Vote dan komennya dong buat Nina sama Sinclair biar rame, dan biar R seneng 😉
Happy Reading ❤❤ADA SEORANG WANITA, mungkin usia empat puluhan, yang mengatur meja makan di kamarku. Sementara dia sibuk, aku hanya meringkuk kembali di dalam selimut karena aku tidak ingin dia melihatku telanjang. Dia mengabaikanku dengan sangat baik, bahkan tidak melirikku sama sekali. Sinclair pergi lagi setelah memberiku kerah yang mungkin seharga satu juta dolar, melakukan apa pun yang dia lakukan di luar sana. Aku tidak bersuara, aku berusaha untuk tidak terlihat, dan sepertinya wanita itu juga berpikir itu hal yang baik. Ketika wanita itu selesai dia pergi tanpa kata, mengunci pintu, dan aku kembali sendirian.
Aku melirik meja yang dia siapkan, ada candelabra di atas taplak meja merah dengan tiga lilin yang menyala. Sebuah piring perak yang tertutup, dua gelas kristal, dan sebotol sampanye yang direndam dalam baskom es. Hanya ada satu kursi di sana tapi aku masih tidak mendekatinya. Perutku menggerutu kelaparan, makanan terakhirku adalah malam sebelumnya dan aku juga tidak minum seharian ini. Bukan berarti aku tidak bisa bertahan lebih lama. Saat aku berdebat dengan diriku secara internal untuk bersikap rasional dan makan sehingga aku cukup kuat untuk lari jika punya kesempatan, pintu kamarku terbuka.
Sinclair masuk dengan rahmat tenang yang selalu dia bawa, tidak ada sapaan, atau sedikit ramah tamah untukku. Aku ingin mengatakan padanya kalau bicara dan sedikit bersikap ramah tidak akan membunuhnya tapi aku menahan itu di ujung lidahku, tahu lebih baik dari pada mencari masalah. Jadi aku menggigit lidahku di dalam dan tetap diam. Dia duduk di satu-satunya kursi untuk meja makan, lalu matanya mencariku.
"Bergabunglah denganku," ucapnya. Ketika aku tidak bergerak dia memejamkan matanya, mengatur napas yang dalam lalu melepaskannya. Jari-jarinya mengepal dalam tinju di atas pahanya. "Bantu aku Nina, jangan buat aku mendorong lebih jauh. Kamu tidak akan suka itu."
Ancaman dalam kata-katanya menggerakkanku, membuatku mudah untuk membuat keputusan. Aku turun dari kasur, kehilangan selimut yang lembut dari kulitku yang terbuka membuatku sedikit gelisah. Udara tidak dingin tapi tatapan mata hajau gelap Sinclair mengirimkan merinding ke tulang belakangku. Aku berjalan dengan kaki yang kikuk masih tidak terbiasa dengan ketelanjanganku. Tidak akan pernah terbiasa. Mungkin aku bisa membujuknya jika aku bersikap baik, buat dia berubah pikiran, mempercayaiku cukup hingga dia mungkin akan melepaskanku.
"Hanya ada satu kursi." Aku merasa bodoh karena mengatakan sesuatu yang sudah jelas tapi aku tidak tahu lagi harus melakukan apa.
"Aku tahu. Berlutut!" Dia menggeser kakinya terbuka, sedikit mengedikkan dagunya yang tajam.
Aku balas mengangkat daguku tinggi. Aku tidak akan melakukan ini. Kebanggaanku tidak akan mengizinkanku berlutut untuknya. Itu terlalu banyak untuk diambil dariku jadi alih-alih melakukan apa yang dia katakan, aku membenturkan tatapanku dengannya. Beradu dengan mata hijau yang sekarang terlalu tajam untuk memandangku. Tidak ada di antara kami yang mengalihkan tatapan, mungkin kami juga tidak bernapas. Aku menunggu dia untuk mengatakan sesuatu tapi sepertinya dia juga bertekad untuk membuatku menjadi yang pertama bicara. Jadi di situ aku mengalah. "Tidak." Satu kata singkat dariku membuatnya mengertakkan giginya.
"Berlutut Magpie! Aku tidak ingin memukulmu. Belum." Selalu dengan nada halus itu, jika aku tidak mengerti bahasanya aku akan berpikir Kalau dia memujiku bukannya mengancam untuk memukulku.
"Tidak. Tidak akan pernah!" Ada kilatan kemarahan di matanya. Aku bertanya-tanya apa aku sudah membangunkan monster.
"Lakukan Nina, sekarang! Atau aku akan menggunakan caraku." Cara dia menggunakan namaku seperti pisau, itu memotong tepat pada rasa takutku. Tapi aku masih tidak bisa membiarkan diriku jatuh ke lutut. Aku mundur secara naluriah, tapi tangan Sinclair menangkap pergelangan tanganku, mencegahku untuk menempatkan jarak yang lebih banyak di antara kami. Dia menyentakku ke arahnya, memaksaku untuk membungkuk di pahanya sehingga pantatku cukup tinggi. Payudaraku menggosok kain linen celananya saat aku memberontak tapi dia menyematkanku dengan mudah. Satu tanganya menahan leherku untuk tetap diam saat satu yang lain menarik turun celana dalamku. "Aku akan memukulmu enam kali dan kamu akan menghitung untukku. Ini hukuman karena kamu berdiri menantangku. Apa kamu mengerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreaming Sinclair
Romance***WARNING*** Dreaming Sinclair merupakan novel romansa erotis gelap. Mengandung penggunaan kata-kata gelap, erotis, dan romansa. Ini memiliki situasi seksual yang intens, hubungan master / budak, pelecehan, dan beberapa kekerasan. Kebijaksanaan pem...