02. Blur

2.1K 383 161
                                    

Blur menunjukkan adanya ketidakfokusan pada gambar yang disebabkan oleh pergerakan objek foto atau kameranya, baik disengaja atau tidak.

📷

"KANG SEULGI AKU INI BOSMU!!!!"

Suara Wendy yang naik beberapa oktaf itu nyaris memekakkan pendengarannya, namun Seulgi tetap tidak berhenti melempari sahabatnya dengan katalog yang ada di atas meja setelah Jongin dan Krystal pamit pulang. Wendy mengangkat bantal sofa yang ia jadikan tameng pelindung tinggi-tinggi di depan wajahnya. "Kau bisa kupecat!"

"Pecat saja pecat!" Balas Seulgi tidak kalah sengit, tangannya sibuk mencari-cari amunisi lain setelah tumpukan katalog itu habis ia lontarkan ke arah sahabatnya dengan membabi-buta. "Aku tidak peduli lagi!"

Mata Wendy melebar saat ia menyadari benda apa yang sekarang Seulgi pegang.

"Hey! Hey! Itu vas bunga dari Vienna!"

"Terserah."

"Kau serius ingin membunuhku?"

Seulgi menatap Wendy dengan ekspresi datar, tangannya masih menggenggam erat vas bunga. "Kenapa tidak?"

"Seulgi ayo kita bicara dengan kepala dingin." Usul Wendy dari balik bantalnya, kali ini mencoba bermediasi untuk mencari jalan keluar. "Jangan biarkan pertemanan kita dan juga perabotan milikku hancur hanya karena hal sepele seperti ini."

"Hal sepele katamu?"

Sergah Seulgi cepat, matanya kembali memicing tajam. "INI bukan hal sepele!"

"Kau hanya diminta memotretnya, apa yang susah?" Tukas Wendy balik sambil menurunkan bantalnya. "Kau sudah menjadi fotografer bertahun-tahun, bukan bocah kemarin sore yang baru memegang kamera pertamanya. Seharusnya kau bisa menjaga profesionalitasmu dengan tidak mencampuradukkan urusan pekerjaan dan perasaan."

Seulgi menggertakkan giginya, kesal karena tidak bisa memberikan pembelaan berarti. Tidak lama, ia memilih memalingkan muka dari wajah sahabatnya yang sekarang tidak lagi ditutupi bantal. Perkataan Wendy memang ada benarnya, namun tetap saja, egonya masih menolak menerima kenyataan.

"Lagipula kau juga sering memotret Krystal diam-diam, jangan pikir aku tidak tahu. Aku pernah masuk kamar gelapmu dan banyak sekali foto Krystal terpampang di situ."

Seulgi terlonjak kaget di tempatnya, merasa jantungnya hampir saja loncat keluar ketika Wendy, dengan santainya, menuturkan rahasia yang disimpannya rapat-rapat dari siapapun. "ASTAGA! BERANINYA KAU MENGUSIK PRIVASIKU!!!" Pekiknya tanpa sadar.

"Oh ayolah, tulisan Dilarang masuk di depan pintu justru membuatku ingin masuk." Sahabatnya itu mengedikkan bahu. "Dan salahmu sendiri karena tidak menguncinya. Bayangkan jika itu Krystal. Entahlah, mungkin kau sudah dijauhinya sekarang kalau dia tahu. Kau seperti terobsesi padanya dan itu sejujurnya tidak sehat, Seul."

Raut wajah Seulgi berubah sendu, membayangkan hal itu terjadi padanya. Perlahan, ia menaruh kembali vas bunga milik Wendy di atas meja.

"Aku tahu kau tidak ingin menghadiri pernikahan mereka dan aku mengerti."

Seulgi menengadah, memandang netra sahabatnya dalam diam. "Tapi aku mohon agar kau mau tetap ikut proyek ini. Aku ingin kau melihatnya dan sadar kalau Krystal sudah bahagia sekarang."

Wendy menjeda kalimatnya, menatap lekat Seulgi yang masih mematung tanpa berujar sepatah kata apapun. "Dan kau juga pantas bahagia."

Tanpa sadar Seulgi sudah menggigit bibir bawahnya dengan keras, berusaha terlihat biasa saja meski kata-kata Wendy tadi sukses membuatnya emosional.

Magic Hour [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang