Depth of Field adalah area yang terlihat jelas dan tajam ketika lensa difokuskan pada suatu objek.
📷
Seolah memiliki daya tarik magnet yang kuat, kedua manik gadis itu membuat Seulgi kesulitan untuk melepas pandangannya. Entah sudah berapa lama Seulgi mematung seperti ini hingga ia tersadar sendiri dari tindakannya yang kelewat tidak sopan dan aneh.
Kau bertingkah seperti seorang maniak! Berhentilah memandanginya, Kang Seulgi! Hardiknya sendiri dalam hati.
Ia menelan ludah lalu dengan sekuat tenaga memalingkan fokusnya dari gadis itu, mencari objek foto lain sembari menekan-nekan asal tombol shutter.
Seulgi merasa ada yang tidak beres dengan kerja otaknya sekarang.
Bagaimana ia bisa betah menatap wajah orang yang sama sekali tidak dikenalnya terus-menerus tanpa jeda?
Benar-benar tidak sopan.
Kembali memutar tubuhnya ke posisi awal untuk menghadap altar, Seulgi lekas menyibukkan diri dan bersikap seolah dia tidak baru saja menguntit orang dari balik kameranya.
Seharusnya ornamen-ornamen kuno yang menghiasi altar ini jauh lebih menarik, bukan?
Seulgi menggerutu, menampar pipinya pelan dengan satu tangan sebelum menekan wajahnya lebih keras pada permukaan kamera.
Dia tadi hampir saja mencuri pandang pada gadis itu, lagi, untuk alasan yang tidak ia pahami sendiri.
Demi menghentikan tindakannya yang bisa menjurus ke ranah kriminal, Seulgi bahkan rela mendongak berlama-lama untuk memandangi lukisan di langit-langit gereja.
Selama bukan wajah sempurna perempuan tadi yang terambil lagi, foto apapun sepertinya tidak jadi masalah.
Lalu Seulgi teringat akan sesuatu.
Saat pandangan mereka beradu dengan dirinya yang masih bersembunyi di balik kamera, gadis tadi sempat mengulas senyum kecil ke arahnya.
Dalam hati Seulgi mulai merasa resah. Apa pujian pelan yang refleks dikeluarkannya tadi sampai ke telinga gadis cantik di seberang sana?
Seulgi menggeleng sendiri, menyanggah apa yang menjadi bahan perdebatan batinnya.
Mereka berjarak lebih dari lima meter, seharusnya gumaman pelan itu tidak bisa didengar oleh siapapun kecuali dirinya sendiri.
Namun mengapa gadis itu memberikan tatapan yang seakan mengatakan jika dia mendengar dengan jelas ucapannya tadi?
Mata Seulgi masih sibuk mengamati lukisan meski otaknya sedang berpikir keras untuk menjawab pertanyaannya sendiri.
Oke, mungkin saja suaranya tadi memang cukup nyaring.
Tapi sekalipun terdengar, gadis itu tidak mungkin mengerti arti kalimat yang dilontarkannya beberapa saat yang lalu. Karena Seulgi yakin dia tadi kelepasan bergumam menggunakan bahasa asalnya.
Sekali lagi, tidak mungkin.
Walaupun demam Korea sudah mulai merambah Eropa, bukan berarti semua orang di sana secara otomatis mengerti bahasa Korea yang digunakannya.
Lagipula meski gadis berkulit seputih salju dengan rambut tergerai itu terlihat memiliki wajah Asia, dia belum tentu orang Korea seperti dirinya.
Karena kemungkinan bertemu orang Korea lain di benua ini sangatlah kecil, apalagi sekarang bukanlah musim liburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Magic Hour [SeulRene] ✓
FanfictionBerawal dari liburan gratis yang dihadiahi sahabatnya ke benua biru, Seulgi mencoba menikmati hari-harinya di sana tanpa teringat peliknya cinta masa lalu. Hingga sepulangnya ke Korea, Seulgi berakhir menyadari hatinya telah benar-benar dicuri oleh...