12. Lens

1.1K 228 43
                                    

Lens atau lensa adalah bagian dari kamera, tempat cahaya masuk melalui permukaan hingga menghasilkan sebuah gambar yang terekam di sana.

📷

"Jadi, Seungwan akan menginap di sini kan?"

Pertanyaan Krystal meluncur begitu ia baru saja menutup pintu kamar. Seulgi menoleh lalu mengangguk pada temannya yang tengah duduk di sofa itu. Ia mendecih pelan sembari berjalan menuju dapur untuk mengambil minuman dingin. Mengurus Wendy tadi sudah membuat tenaganya terkuras habis. "Tentu. Dia bahkan sudah tidak bisa bangun lagi, Krys. Jangan biarkan dia minum alkohol lagi."

Suara kekehan Krystal terdengar hingga dapur. "Biarkanlah. Seungwan sudah terlalu penat dengan pekerjaannya."

"Dia melepas penat dengan cara menambah pekerjaanku." Cibir Seulgi dari balik pintu kulkas seraya menggelengkan kepala. Ia menatap Krystal yang masih santai memainkan ponsel di sana. "Kau mau minum air juga?"

"Boleh." Balas gadis itu pendek sambil menahan senyum. "Oh ayolah, Seul. Seungwan hanya ingin kita berkumpul sesekali. Mengenang masa kuliah dulu. Kau akan sibuk dengan pameran foto pertamamu juga bukan? Aku akan datang, Maestro Kang!"

Seulgi menyeret langkahnya dan berakhir duduk di kursi yang berada tepat di depan Krystal. Ia meletakkan dua botol berisi air mineral di permukaan meja yang membatasi mereka. Tersenyum kecil, Seulgi lantas menggeleng. "Jangan panggil aku seperti itu tapi uhh.. terima kasih Krys."

Dari sudut matanya, ia bisa melihat dengan jelas bahwa Krystal tengah memperhatikannya dari seberang sofa.

"Hey, ada apa?"

Krystal langsung menggelengkan kepala, namun enggan menyudahi tatapannya.

"Kang Seul, apa kau sudah baik-baik saja?"

Seulgi mengerjapkan matanya. Melirik Krystal yang memanggilnya dengan nama itu, nama panggilan yang dibuat Krystal untuknya saat mereka masih sama-sama menjadi mahasiswa baru. Momen pertemuan pertama mereka di kampus, lalu kejadian bagaimana ia dan Krystal menjadi sahabat karib hingga perasaan miliknya itu berakhir mengubah semuanya. Seluruh kejadian itu terlintas di benaknya satu persatu.

Pertanyaan tadi tentu bukan pertanyaan retoris. Ia paham ke arah mana pertanyaan itu. Seulgi mengatur duduknya, lalu menatap penuh arti ke arah Krystal. "Aku sudah baik-baik saja. Kau tidak perlu mencemaskan masalah itu."

Salah satu tangan Seulgi kemudian bergerak untuk mengambil botol minuman di depannya. Ia melirik Krystal yang masih termangu menatapnya. "Maksudku, ayolah. Itu sudah terlampau lama, Krys. Kau tidak perlu merasa bersalah lagi seperti apa yang aku bilang tempo dulu di bandara pulau Jeju."

"Aku tahu tapi tolong dengarkan aku, Seul."

Gerakan tangan Seulgi yang hendak membuka segel botol seketika berhenti. Ia membuang napas begitu melihat Krystal memejamkan matanya sesaat sebelum memulai pembicaraan. "Kau tahu bahwa aku juga sudah mengetahui perasaanmu padaku, meski kau tidak pernah bilang kan?"

Topik ini.

Seulgi lagi-lagi menghela napasnya dengan berat lalu menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, aku tahu tentang itu."

"Tapi mengapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?" Raut wajah Krystal seketika berubah murung. Kedua alisnya saling menaut bersamaan. "Mengapa?"

"Sekalipun waktu itu aku punya kesempatan untuk mengutarakan perasaanku," Seulgi balas menatap mata lawan bicaranya lamat-lamat. "Apa itu akan memberikan perbedaan yang berarti?"

Untuk sesaat Krystal kembali memejamkan matanya. Tarikan napas berat ikut keluar begitu ia menjengitkan kepala. Linangan air mata kini terlihat menggenangi pelupuknya ketika ia membuka mata. Dan dengan bibir yang nampak bergetar, Krystal berujar lemah. "Tentu..."

Magic Hour [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang