06. Flare

1.6K 280 79
                                    

Flare adalah keadaan dimana keberadaan cahaya yang terlalu terang mengenai bagain lensa kamera secara langsung sehingga membentuk refleksi internal. Akibatnya akan terbentuk pola tertentu seperti lingkaran dengan warna pelangi atau bentuk lain pada hasil foto.

📷

“Sampai jumpa esok hari, Seulgi?”

Ulang Seulgi sekali lagi dengan nada tidak percaya seraya menatap kepergian gadis cantik yang baru saja ia ketahui nama dan juga kontaknya.

Gadis malaikat.

Irene.

Bae Irene.

Gadis malaikat bernama Bae Irene baru saja memberikan nomor teleponnya!

“Ya Tuhan.”

Meski masih diliputi rasa terkejut, namun bibir Seulgi belum juga berhenti merekah kala ia kembali mengingat-ingat cara Irene memanggil namanya tadi.

Lembut.

Suara yang tercipta dari mulutnya begitu lembut. Huh, Seulgi tidak tahu namanya akan terdengar sangat indah di telinganya yang mungkin masih merah padam saat ini.

“Seulgi astaga...”

Ia bergidik geli seraya mengepalkan tangannya sendiri.

Bahkan setelah sosok mungil Irene sudah tidak terlihat lagi, Seulgi masih belum bisa beranjak dari tempatnya berdiri.

Dalam pikirannya sekarang sudah banyak pertanyaan yang muncul secara bersamaan dan itu semua berhubungan dengan kehadiran Irene di sana.

“Apa ini benar-benar terjadi?”

Tanpa sadar Seulgi sudah menarik pipinya untuk sekadar memastikan bahwa dia tidak sedang bermimpi. Dan dapat ditebak, ia berakhir meringis menahan rasa sakit di bagian tubuh yang baru saja dicubitnya satu kali.

“Aish!” Lenguhnya pelan sembari menangkup satu pipi. Kedua bola matanya masih terfokus pada jalan di mana sosok Irene terakhir dilihatnya tadi.

“Jadi itu bukan mimpi kan?” Tanya Seulgi dengan senyum yang seketika mengembang penuh.

Berarti ia memang tidak berhalusinasi di tengah pembicaraannya dengan Wendy tadi, dimana dirinya melihat sosok familiar di ujung jalan setapak dekat restoran tempatnya menumpang internet gratis.

Bae Irene si gadis malaikat yang ditemuinya di gereja lima hari lalu, baru saja menyapanya di sini.

Di sini.

Seulgi menghela napasnya pelan seraya melirik ponsel dalam genggaman tangan kanannya.

Nama Irene sudah masuk ke dalam daftar kontak miliknya.

Seulgi kembali menahan senyum hingga kedua pipinya terasa sedikit pegal sekarang.

Ini semua benar-benar nyata.

Kembali menatap angka yang tertera di sana dan Seulgi baru menyadari bahwa nomor yang diberikan Irene hanyalah nomor biasa—dimana nomor itu tidak tersambung pada aplikasi perpesanan manapun meski telah ditambahkan ke dalam daftar kontak miliknya.

Otomatis satu-satunya cara bagi Seulgi untuk menghubungi Irene adalah dengan mengirim pesan atau menelepon langsung lewat nomor yang didapatkannya.

“Astaga!” Pekik Seulgi masih dengan pandangan mata yang tidak lepas dari layar ponselnya.

Seakan baru teringat sesuatu, kedua bola mata perempuan itu seketika melebar dengan sendirinya. “Aku belum mempunyai nomor yang bisa kugunakan di Slovenia!”

Magic Hour [SeulRene] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang