introducing dino

252 44 1
                                    

anak laki-laki berbehel itu merenung memandangi lapangan upacara yang saat ini masih diisi oleh anak-anak paskibra yang sedang berlatih menyiapkan upacara awal tahun ajaran baru. dilihatnya ke sekelilingnya yang didominasi oleh anak-anak sebayanya yang berseragam putih-tua.

ia menunduk memandangi seragam yang ia kenakan, paling beda sendiri.

putih-hijau.

ya, tipikal seragam sekolah islam swasta terkenal yang semua orang pasti tahu dari mana asal smp-nya. sebenarnya tidak sedikit yang berseragam sama sepertinya, bahkan banyak wajah-wajah kakak kelas yang lalu lalang terlihat familiar baginya. tapi tetap saja, ia merasa suasana di sma barunya ini berbeda dengan saat smp dulu.

hah, dasar anak swasta pindah ke sekolah negeri.

agaknya mengalami cultural shock begitu.

i l l e g a l

( introducing

dinoora azzam fathurrahman )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dinoora azzam fathurrahman )

perubahan selalu terjadi di kehidupan ini. ada orang yang hari ini kaya, besoknya jatuh miskin. ada yang pagi hari sudah sampai di kantor untuk bekerja, sorenya mau pulang malah dipecat. ada pula yang malamnya bertanya udah makan belum? ke gebetan, lalu paginya malah berboncengan bersama gebetannya yang lain.

(kalau yang terakhir itu alfano dhanurendra)

sama juga seperti yang sedang dirasakan dinoora saat ini; sebuah perubahan.

skala kecil sebenarnya, tapi dipikirkan terus menerus olehnya sampai tidak bisa tidur.

dinoora azzam fathurrahman, cuma cowok baru lulus smp islam swasta yang melanjutkan pendidikan sma-nya di sekolah negeri.

panggil dia cupu, tapi sepanjang histori pendidikannya, ia hanya pernah masuk di sekolah swasta, dari sd sampai smp.

harusnya ia tetap melanjutkan sma-nya di al-azhar saja sesuai kata mamanya, pikiran dinoora berkecamuk. asumsinya masuk ke sekolah negeri akan membuat ia menjadi anak yang lebih gaul daripada saat di sekolah swasta. tapi ternyata?

ia malah merasa salah tempat, berada di tengah murid-murid kelas 10 lainnya yang memakai baju smp negeri. mungkin ia hanya belum terbiasa. tapi mau tidak mau ia kepikiran kata-kata mamanya yang membuat dinoora sedikit menyesal masuk ke sekolah negeri.

("milih sma negeri biar tambah gaul, ntar kalau kamu malah gagap sendiri terserah ya?!")

mamanya hanya khawatir, ia tahu. bahkan butuh bantuan kak iyel untuk membujuk beliau.

("kalo dino sekolah di smansa kan ada iyel, tante, yang jagain.")

jadilah mamanya menerima alasan si adriel, tetangga sejak masa kecil dinoora.

kembali ke posisinya saat ini. selama ia melamun memikirkan nasibnya 3 tahun ke depan, ternyata upacara sudah setengah jalan, pembina sudah di berada di podium, dan bendera sudah dikerek sampai atas.

aduh, merah-putih, maaf dinoora tadi nggak hormat, keasikan ngelamun, benaknya panik sambil hormat cepat-cepat ke tiang bendera.

dinoora ini termasuk anak yang bongsor, masih 15 tahun tapi tingginya bisa dikira anak kuliahan, jadi ia ditempatkan di barisan paling belakang.

tidak masalah sebenarnya, toh ia masih bisa melihat sekeliling dengan mudah.

selesai upacara, murid kelas 10 diharuskan untuk kembali ke aula besar untuk serangkaian kegiatan mos. belum juga keluar dari area lapangan, ada yang memanggilnya dari arah ujung lapangan tempat pohon-pohon rindang.

"dino, sini!"

yang dipanggil agak melongok dan mendapati tetangga sebelah rumahnya yang tengah berjongkok di bawah pohon besar bersama satu temannya yang berbadan lebih kecil.

dinoora bergegas menghampiri adriel, yang di matanya sudah seperti penyelamat dari segala perubahan drastis di sekitarnya.

"kak iyel ngapain?"

adriel masih tetap jongkok dan mendongak agar bisa melihat wajah dinoora, "kok lo pucat? gak kebiasaan upacara ya?"

dinoora memasang wajah memelas sambil mengangguk lesu.

tetangganya itu tertawa kecil, "abis ini ke aula lagi?"

"iya, kak."

"ya udah, yang betah, ya, " kata adriel. "sana ke aula, jangan sampe telat, keamanannya galak."

dinoora mengangguk ragu, "... oke," lalu berbalik pergi.

ia mendengus sebal.

udah gitu doang? tanggung jawab kek apa gimana, lo yang manas-manasin gue masuk sekolah negeri! dalam hati ia mengomel.

tidak sadar bahwa ia sendiri yang ngotot sekali tidak ingin di sekolah swasta lagi.

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

illegal +skzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang