; joker

5.9K 917 75
                                    

Tertipu---atau memang bodoh?

Sepulangnya mereka dari pantai, bangchan memutuskan untuk langsung tidur. Sementara hyunjin memandang bosan ke arah televisi.

Punggung nya sesekali masih terasa perih. Saat bercermin , hyunjin mengakui jika tato mawar itu terlihat begitu pas di punggung putih nya.

Tapi tetap saja ia bertaruh nyawa karena telah memiliki tato itu.

"Dia tidak melarang ku untuk keluar kan?" Hyunjin pun segera mengambil beberapa lembar dolar , ponsel nya, juga jaket.

Ia turun dengan lift biasa, bukan lift khusus yang ada didalam kamar bangchan.

Hotel ini 25 lantai, lift berhenti beberapa kali, ada beberapa pengunjung hotel yang datang silih berganti.

Kini lift tersebut berhenti di lantai 3.

Pintu lift terbuka, ada 3 orang pria yang berdiri didepan sana. Mereka masuk satu persatu,hingga pria terakhir mematung disana.

"Hyunjin?" Ucapnya.

Hyunjin membulatkan matanya juga menutup mulutnya, ia kaget.

Orang yang dahulu sempat ia tunggu kini berdiri dihadapannya.

"Jeno!?"

.
.
.

Disinilah hyunjin dan jeno sekarang. Di restoran hotel. Hyunjin tampak gugup karena telah lama tidak bertemu dengan jeno.

"Apa kabar ?" Tanya jeno

"Baik. Bagaimana dengan mu?"

"Lumayan, kenapa kau bisa ada disini?" Tanya jeno. Hyunjin bingung. Harus menjawab apa ia.

"A-ada suatu hal" ucapnya.

Tangan jeno terulur untuk menyentuh kedua tangan hyunjin , kemudian "Aku merindukan mu" ucapnya.

Wajah hyunjin memerah, "aku juga"

Dulu , Jeno tinggal di lingkungan yang sama dengan hyunjin. Bahkan ia dipaksa jadi gigolo oleh ibu nya.

Tapi dua tahun lalu, Jeno tiba tiba berpamitan dengan hyunjin, ia bilang bahwa ia telah menemukan sesuatu yang membuat hidupnya lebih baik.

Bisa hyunjin lihat sekarang, tubuh temannya itu kini di baluti pakaian mahal dari merk terkenal.

"Hidup mu benar benar membaik sepertinya" ucap hyunjin bertepatan dengan pelayan yang mengantarkan makanan untuk mereka.

"Begitulah, kau--juga tampak sama membaik nya"

"Hm... ada orang baik hati yang mau susah payah menghidupiku" ucap hyunjin.

"Kau tidak menjual dirimu kepada om om australi kan?" Olok jeno.

"Ck, jangan asal bicara" dan kemudian mereka tertawa.

.
.
.

Satu jam berlalu...

Dan disinilah mereka sekarang. Di kamar jeno.

Hyunjin menunduk malu ketika jeno merangkulnya dan menuntunnya ke ranjang. Sebelumnya, setelah selesai makan, jeno mengajak hyunjin untuk mengunjungi kamar nya. Sekalian untuk melepas rindu.

Mereka berdua duduk ditepi ranjang. Tangan jeno menggenggam sebelah tangan hyunjin.

"Terakhir, waktu SMP kan?" Ucap jeno. Hyunjin mengangguk pelan.

Iya, dulu mereka pernah melakukannya. Tapi percayalah, jeno saat itu tidak sempat memasukkan milik nya.

Ayah hyunjin datang dalam keadaan mabuk, menendang jeno sampai keluar dari kamar. Kemudian memperkosa anaknya yang telah dipersiapkan oleh jeno sebelum nya.

Jeno kini memeluk hyunjin dari samping. Menyesap dalam aroma vanilla yang menguar darintubuh hyunjin.

"Kau wangi" gumam jeno di perpotongan leher hyunjin membuat sang empunya mendesis geli.

Ia mulai mengecup pelan permukaan leher hyunjin. Kecupan kecupan kecil hampir diseluruh permukaannya.

Mata hyunjin terpejam. Tangannya dengan telaten memberi usapan lembut pada rahang jeno.

Bibir jeno merangkak naik menggapai permukaan bibir hyunjin, "mmhhh" hyunjin mendesah ketika jeno menyesap kuat bibir bawah nya.

Tangan jeno bergerak, mengelus pangkal paha hyunjin. Memberikan sensasi menggelitik yang telah lama tidak hyunjin rasakan.

Jeno membawa tubuh hyunjin untuk duduk di pangkuannya. Ciuman mereka makin liar dan tak terkendali. Pinggul hyunjin bergerak dibawah sana, membuat jeno berdiri tegang.

Tangan jeno perlahan membuka kancing kemeja hyunjin. Kemudian meloloskan kemeja itu dari tubuh si manis.

Tautan mereka terlepas, ciuman jeno turun ke pundak hyunjin, memberikan beberapa tanda disana.

Hyunjin benar benar lupa akan tato yang harus ia lindungi.

Mata jeno memicing , berusaha membaca tulisan pada tato di tubuh hyunjin, sementara bibirnya masih bergerak memanjakan si submisif.

Jeno menyeringai ketika tulisan itu terbaca dengan jelas.

Jack Daniel's

Aktifitas mereka terus berlanjut. Jeno harus segera menyelesaikannya. Ia membaringkan hyunjin di ranjang. Kemudian mengambil sesuatu dari laci nakas.

Obat bius.

Tanpa sepengetahuan hyunjin. Jeno menyuntikkan cairan itu. Dari sisi hyunjin rasa nya seperti digigiti nyamuk. Ia mengabaikannya hingga pandangannya memburam, hal terakhir yang ia lihat sebelum matanya tertutup adalah seringaian jelas dari bibir jeno.

"Shit, aku lupa dengan tatonya. Jeno--mafia!?"

.
.
.

Bangchan bangun dari tidur nya dan tidak mendapati hyunjin dimana pun. Ia mengambil ponsel nya dan hendak menghubungi hyunjin. Tapi sebuah pesan membuatnya menggeram.

Foto hyunjin tanpa sehelai benang. Matanya tertutupi oleh kain hitam. Kedua tangannya terangkat. Terikat pada sebuah kayu. Kaki nya terbuka lebar.

Di tengah sana, tepat menutupi lubang analnya.

Ada sebuah kartu.

Kartu Joker.

Bangchan amat mengenal siapa si Joker ini.

Seseorang dibalik nama joker adalah musuh lama bangchan si Jack Daniel's, pembunuh paling ditakuti.

Secara tidak langsung, hyunjin telah membeberkan identitas nya. Apa hyunjin akan selamat? Bukankah bangchan pernah bilang bahwa ia tidak akan segan segan untuk membunuh jika hyunjin membeberkan identitasnya.



👑👑

Sebelumnya aku pengen jelasin. Anggep aja setiap ada pertemuan antar bos mafia gitu mereka sama sama saling menutup diri. Seperti joker dengan riasannnya, frank dengan topeng kelinci nya.

Jadi bangchan sama joker ini saling ga tau wajah asli masing masing gitu.

Minggu ini aku hectic sekali gengs😂

Sudahkah kalian siap untuk i am you? 😂

UNVEIL ● [ Chan × Hyunjin ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang