Chapter 1

1.4K 84 2
                                    

Hi, everyone!

Fanfiction lama yang datang di Wattpad. Saat lihat-lihat file di laptop, judul ini punya word cukup lumayan panjang. Jadi, ada niatan buat re-upload, nih. Yang sudah baca bisa nostalgia sama ceritanya. Buat yang belum, bisa dinikmati. Semoga terhibur, ya!

Happy reading!

==============================

Warning! Chapter ini mengandung unsur dewasa!

==============================

"Hmmmm.. no, Harry!" Ginny mendesah pelan dalam tidurnya. Matanya tetap terpejam dan diam tanpa reaksi lain, kecuali tubuhnya yang bergerak-gerak tak nyaman akibat sesuatu yang hangat berhembus di sekitar lehernya.

Posisi tidur terlentangnya malam ini, hasil rekomendasi dari acara kesehatan di televisi yang ia tonton, berujung pada kesempatan Harry berbuat ulah padanya. Suara kecupan dan lenguhan Harry membuat telinganya risih. "I want it!" bisiknya lantas kembali mencium leher Ginny. Terus dan terus.

Telapak tangan Ginny mendarat sempurna di atas rambut tebal Harry. Meremasnya kuat hingga sang pemilik kepala melepas ciumannya. Hampir saja, kecupan suaminya sampai pada area rawan 'untuk menolak' permintaan tadi.

"Aku tak bisa tidur, Ginny. Please!" Harry memohon.

"Nanti malah kau tak bisa tidur. Sudahlah. Ayo, biar aku peluk saja, sini!"

Tangan Ginny meraih kepala Harry dan memeluknya ke dada. Sedikit kasar, toh Harry juga menyukainya, pikir Ginny. Namun, Harry ternyata mengerang tak mau. "Aku sudah lama menunggunya, sayang. Kau tahu, setiap kali kau selesai melahirkan anak-anak kita, aku selalu merasa 'lapar' tiap kali melihatmu," kata Harry menekankan pada kata lapar. Tentu saja lapar dengan maksud yang lain.

"Bukankah kata healer sudah tak apa kita 'bermain' lagi?" Ia memaksa dengan melanjutan kegiatan mengecupnya di leher sisi lainnya. Tangannya merayap perlahan ke perut Ginny yang masih tampak menggelembung paska melahirkan.

Empat tahun menikah dengan Ginny, serta pengalaman setelah melahirkan dua anak sebelumnya membuat bibir Harry tahu harus berbuat apa pada istrinya. Lenguhan pelan Ginny akhirnya lolos dari mulutnya. Sudah lama juga Ginny berusaha menahan hasratnya akibat mengetahui dirinya positif hamil. Sempat beberapa kali mengalami flek dan pendarahan ringan, Harry dan Ginny sepakat untuk tidak berhubungan badan sampai kandungannya kembali kuat. Frekuensi kegiatan intim mereka berkurang dan berhenti total saat Ginny masuk di bulan ke delapan.

Hingga tiga bulan paska melahirkan si kecil Lily, Harry masih tak berani mendekati Ginny. Apalagi masalahnya kalau terbentur masa nifas, aktifitas menyusui di malam hari, sampai badan Ginny yang belum merasa nyaman menerima kembali serangan suaminya.

"Ini sudah lima bulan, sayang! Aku bisa gila kalau menahannya terlalu lama!" kata Harry frustasi. Tiga kancing piama Ginny sudah terlepas dan Harry berhasil mendapatkan apa yang ia cari di balik sana.

"Aagghh—" Ginny mendesah kalah.

Harry tersenyum bangga. "Oh, poor Ginny! Tak ada yang bisa menolak permintaanku."

"Harry! Itu untuk Lily—"

Mulut Harry cekatan membersihkan beberapa cairan putih yang keluar di sekitar dada istrinya. Meski sedikit risih dengan ASI Ginny yang sering keluar ketika ia merangsang Ginny, Harry cukup menikmatinya dan terus mempermainkan dua buah sumber makanan utama anak-anaknya itu saat bayi.

Knock.. Knock! [FF]Where stories live. Discover now