Hai hai aja!
Happy reading!
===================
Gigi-gigi Lily bergemeletuk. Detak jantungnya memburu seperti meminta keluar dari tubuhnya. Lily takut. Ia hanya berdua dengan Jerome di ruang kerja para Auror. Harry dan Auror lain sedang menjalani rapat rutin di ruangan khusus tak jauh dari markas besar. Jadilah, ruangan itu kini sepi.
"Lily."
Lily terlonjak kecil sebelum membalas tatapan Jerome. "Uncle—"
"Kau tak perlu takut. Aku akan menemanimu. Seperti tugasku menjaga Mr. Potter." Ujar Jerome. Suaranya sangat pelan. Ia terus meremas jemari tangannya yang berkeringat. Memaksa tenang, hah? batin Lily.
Keduanya tampak tegang dalam percakapan yang kaku. Tidak ada respon berlebihan ketika salah satu dari mereka berbicara. Lily lebih banyak diam di sana. "Jujur saja, Lily." kata Jerome tiba-tiba.
Sekali lagi, Lily makin takut. "Jujur, untuk apa?" tanyanya salah tingkah.
"Alasanmu datang kemari—"
Kriett! Pintu ruang Auror terbuka. Scoot masuk sambil membawa buku catatan yang selama ini selalu ia bawa. Buku yang selalu tidak pernah lepas darinya, kecuali ketika dirinya ceroboh meninggalkan buku itu saat berkunjung ke Hogwarts beberapa hari lalu. Untung saja Jerome menemukannya.
"Uncle Scoot." Panggil Lily. Hatinya mulai tenang saat ada orang lain yang masuk ke ruangan itu. Scoot mendekat, memeluk Lily sebentar lantas mengelus pipinya cukup lama. "Kau cantik sekali, Lily—" katanya.
Plak! Jerome menepis tangan Scoot yang menempel lama di pipi Lily. "Dia masih anak-anak." Tepisnya. Scoot hanya tersenyum sambil kembali berdiri dari posisi jongkok menyamakan tingginya dengan Lily.
"Yeahh.. santai saja, Jero. Aku hanya mau mengambil mantelku. Aku mau keluar sebentar. Ada perkamen penting yang harus aku ambil di luar Kementerian."
Jerome kini menatap Lily yang menunduk menghindari tatapannya. Setelah Scoot pergi. "Kenapa Uncle memukul tangan Uncle Scoot kencang sekali?" tanya Lily membela.
"Tentu saja untuk menjagamu.. sudah aku bilang, kan?" Suara Jerome sedikit meninggi.
Lily menahan napasnya. Ia baru saja dibentak. "Kenapa Uncle marah? Seharusnya Uncle sadar bahwa perbuatan Uncle tadi tidak sopan. Uncle Scoot tidak melukaiku—"
"Tidak sopan?" ulang Jerome dingin.
"Ya, jadi aku tak perlu mengatakan apa alasanku sebenarnya ke sini pada orang yang tak punya sopan santun—"
Jerome mendekat, meremas pundak Lily lantas berkata. "Ini berbahaya. Jangan main-main!"
***
James dan Al sampai di nursing home tempat Petunia berada. Tempatnya cukup menyenangkan dan damai, mengingat letaknya tak jauh dari pusat kota. Tanaman dan taman yang dijaga baik membuat atmosfer yang luar biasa nyaman mampu dirasa oleh siapapun yang berkunjung di sana.
Banyak lansia-lansia yang sedang beraktifitas sesuai hobi mereka. Al menyapa salah satu nenek yang menyiram bunga matahari di dekat pintu masuk. Namun James terus menggodanya hingga masuk dengan olokan, "seleramu rendah sekali, Al. Banyak perempuan cantik dan muda di luar sana tapi kau memilih nenek itu. Aduhh!"
"Diam kau, James. Jaga sopan santunmu pada mereka!" protes Al.
Dengan memberikan alasan semasukakal ala James, kakak beradik itu akhirnya diperbolehkan masuk ke area panti untuk melihat-lihat aktifitas para lansia. "Jenius!" bisik Al pada James.
YOU ARE READING
Knock.. Knock! [FF]
FanfictionWarning! Chapter 1 [Rated M] Flo, putri sulung Dudley Dursley ternyata seorang penyihir. Mau tidak mau, Dudley meminta pertolongan Harry untuk membantu kemampuan Flo. Hubungan Harry dan Dudley yang lama memburuk mulai terobati. Kepercayaan Dudley se...