Berasa kayak mati suri.. hahaha.. kelamaan nggak nyentuh Wattpad.. :)
Oke, yuk lanjutin ini!
Happy reading!
-----------------------
Malam semakin larut. Para tamu yang mengunjungi rumah sakit satu persatu berpamitan pulang pada pasangan Dursley. Terakhir pengunjung yang pulang adalah orangtua Sarah. Dudley kembali menutup pintu ruang rawat istrinya setelah memastikan sang ayah dan ibu mertua tidak tampak lagi di tikungan rumah sakit.
"Kau mengingat pertanyaan Mum tadi, sayang?"
Suara Sarah begitu pelan. Ia tak mungkin berbicara keras saat Flo maupun Ed tertidur di sisinya. Dudley menghampiri sofa Flo. Ia membentangkan selimut untuk menutupi putrinya yang sedang terlelap di sana. "Masalah nama Harry?" jawab Dudley. Ia mengecup dahi Flo sembari mengucapkan selamat tidur. Kebiasaan mereka setiap malam.
Sarah menganggukkan kepalanya. "Apakah alasanmu tadi benar? Atau hanya—"
"Aku berkata yang sebenarnya, Sarah," Dudley menarik kursi di sisi ranjang, "dan aku tidak bohong," lanjutnya.
"Kau memilih nama Harry untuk nama tengah Ed karena kau menyadari sosok Harry sebagai sepupumu yang.. paling baik?" ujar Sarah tidak yakin dengan kata-katanya.
Ed bergerak-gerak gelisah di dalam box tidurnya. Dudley mengeluarkan suara mendesis sambil mengelus pelan sisi tangan Ed menenangkan. "Shhh.. tidur lagi, ya," bisik Dudley.
"Memangnya kenapa? Harry satu-satunya sepupuku dari Mum. Dan.. dia pernah—"
"Menyelamatkan nyawamu, bahkan tanpa kau sadari dulu Harry telah menyelamatkanmu berkali-kali. Sayang," Sarah menggenggam tangan Dudley. Meremas jemarinya meluapkan rasa bangganya pada Dudley. Ia belum pernah melihat suaminya begitu terbuka dengan hatinya seperti saat ini.
Mata Dudley memerah, tampak sekali ia kelelahan. Sejak pagi, ia telah disibukkan dengan pekerjaannya. Ditambah dengan informasi yang ia terima dari Ginny bahwa Sarah melahirkan, memaksa rasa lelahnya bergabung jadi satu dengan stres yang menyerang sekaligus. "Aku sadar jika Harry memang orang baik. Ia mungkin tampak sedikit keras kepala. Ya, kau tahu sendiri ia besar dengan ancaman hidup dan kerasnya aturan. Selama ia tinggal bersamaku saat kecil. Kami tumbuh bersama dengan saling benci, sayang," kata Dudley.
"Dan untuk menghargainya, kau memberi nama tengah Ed dengan nama Harry." Sarah tersenyum. Tangannya ditarik mendekat ke bibir Dudley.
Dudley mengecup tangan Sarah sambil mengangguk pasti. "Lalu, apakah kau juga menjadikan Harry sebagai ayah baptis Ed?"
"Ah, tidak. Aku tak mau berlebihan."
"Kenapa? Kau sudah mengakui Harry sebagai orang baik, bukan? Bahkankah ia rela melakukan apapun untuk membantu Flo," kata Sarah.
Keduanya memaksa kembali berbicara dalam pelan. Ed menangis keras. Waktunya ia meminta susu. Tanpa disuruh pun Dudley paham dengan tindakan yang semestinya ia lakukan segera. Ia berdiri, berjalan menuju box Ed dan menggendongnya perlahan. Tangannya tampak kaku saat mendekap tubuh munggil putranya.
Dibandingkan dengan Flo, berat dan panjang Ed saat lahir lebih kecil. Ed lahir dengan berat 6 pound 7 ons dengan tinggi 19 inci. Cukup jauh dibandingkan Flo ketika lahir dengan berat mencapai 8 pound lebih beberapa ons saja dengan tinggi mencapai angka 21 inci. Ya, tidak heran mengingat Dudley sendiri memiliki postur tubuh yang tinggi dan sangat besar kemungkinan anak-anaknya akan menurun juga.
Dudley membantu memposisikan Ed di pangkuan Sarah. Sebenarnya ia sendiri hampir lupa bagaimana cara membantu istrinya menyusui. "Sudah hampir lima tahun kau tak menyusui lagi, aku hampir lupa," gurau Dudley. Ia melihat kembali ke tempat Flo tidur. Tentu, putrinya itu kini sudah besar.
YOU ARE READING
Knock.. Knock! [FF]
FanfictionWarning! Chapter 1 [Rated M] Flo, putri sulung Dudley Dursley ternyata seorang penyihir. Mau tidak mau, Dudley meminta pertolongan Harry untuk membantu kemampuan Flo. Hubungan Harry dan Dudley yang lama memburuk mulai terobati. Kepercayaan Dudley se...