Baru bisa up..
Happy reading!
===========================
"Sisa waktu kurang dari dua puluh menit lagi. Tapi bagi yang sudah selesai, bisa langsung tunjukan hasil sepuhan cincin kalian ke depan. Jika sempurna, saya persilakan langsung pulang."
Teriak guru kimia bertubuh jangkung di depan laboratorium. Sekitar tiga puluh anak terpekur dengan serangkaian tabung dan cairan-cairan kimia di depan mereka. Mulut dan hidung mereka terhalang masker, mencegah bau cairan-cairan kimia yang dipanaskan begitu menyengat masuk ke paru-paru. Beberapa dari mereka bahkan sempat muntah. Mungkin keracunan.
Cincin berwarna emas kehitaman milik Al perlahan berubah menjadi perak. Gerakan tangannya seirama menggerak-gerakkan cincin yang ia ikat dengan kawat dari dalam cairan mendidih. Satu tangannya yang lain berkonsentrasi mencapit lempengan perak yang ia gunakan untuk merubah cincin prakteknya. Tes kimia kali ini bagi Al hanya pekerjaan mudah. Sebut saja sudah biasa.
Cairan di tabung Al sudah tak meletup-letup lagi. Apinya telah ia matikan. Al segera melepas maskernya setelah mencuci hasil sepuhannya dengan air dingin. Lapisan luar cincinnya sempurna tertutup warna perak. Mulus tanpa belang di sisi dalamnya. Al bergegas maju ke depan dan menunjukkannya kepada sang guru.
"Albus Potter, Sir." Kata Al sambil menyodorkan hasil kerjanya.
Mr. Warren, guru pelajaran kimianya mengamati hasil sepuhan Al. Ia lantas tersenyum. "Tak salah jika kau disebut-sebut sebagai profesor kimia. Well done, Mr. Potter. Kau boleh pulang sekarang."
Sorak-sorai teman lain yang iri sekaligus kebingungan dengan cincin mereka yang tak kunjung berubah warna, mengiringi keluarnya Al dari dalam laboratorium. Ia berlari kencang sekali. Bukan karena ia menahan buang air kecil, tapi ia harus segera bertemu dengan James. Misi segera dijalankan.
James sudah berdiri di depan lobi sekolah. Tangannya terlipat sambil sesekali mengamati jam tangannya. Sekolah masih sepi, masih banyak kelas yang belum menyelesaikan pelajaran mereka. Tiba-tiba, teriakan Al sayup-sayup terdengar dari arah salah satu lorong. James menoleh.
"Sembilan belas menit lebih cepat, hah? Apa yang sudah kau lakukan, Al?" tanya James bingung. Usaha adiknya bisa diacungi jempol.
"Kimia. Hanya penyepuhan cincin kecil. Tidak sulit bagiku." Kata Al dengan napas terengah-engah. Turun dari lantai tiga dan berlari beberapa meter menuju lobi, cukup menguras energi.
James tersenyum puas. Lantas menepuk-nepuk pundak Al bangga. "Ku akui kau pintar, Al. Dulu aku paling terakhir saat mengumpulkan ujian menyepuh cincin. Hahaha."
"Dasar. Bahkan aku ingat dulu kau sampai memohon agar Mr. Warren meluluskan hasil cincinmu padahal itu buruk sekali. Tapi.. kau sendiri bagaimana bisa keluar cepat? Aku lihat kelasmu masih ada pelajaran tadi?" tanya Al.
"Ow, itu.. Kau tak lihat siapa yang mengajar di kelasku tadi?"
"Ms. Maureen— Oh my God. Kau menggoda guru muda itu lagi? Dengan mengandalkan ketampananmu itu?" tanya Al merasa jijik dengan pertanyaannya sendiri.
Ms. Maureen adalah guru bahasa Inggris baru di sekolah. Ia masih muda dan belum memiliki pasangan. Menurut cerita James, Ms. Maureen sangat suka melihat siswa laki-laki yang tampan dan suka bermain basket. Sangat James sekali. Apalagi James adalah kapten basket sekolah yang begitu terkenal dengan kemampuannya bermain dan juga.. pesonannya.
"Kau tak takut padanya? Menurutku, Ms. Maureen itu sakit, James. Dia butuh psikolog." Bisik Al.
Kakak beradik Potter itu berjalan menuju luar gerbang. "Sakit tidak sakit, dia telah membantuku untuk keluar lebih cepat. Kita naik taksi saja, bus sekolah belum datang. Let's go!"
YOU ARE READING
Knock.. Knock! [FF]
FanfictionWarning! Chapter 1 [Rated M] Flo, putri sulung Dudley Dursley ternyata seorang penyihir. Mau tidak mau, Dudley meminta pertolongan Harry untuk membantu kemampuan Flo. Hubungan Harry dan Dudley yang lama memburuk mulai terobati. Kepercayaan Dudley se...