Chapter 6

548 53 1
                                    

Lanjot yokkk!

Happy reading!

==============================

Dua pasang langkah kaki jenjang berlari sepanjang koridor. Bersama sahabat sekamarnya, Sanne, Flo mengajaknya ke perpustakaan Hogwarts sore ini. "Aku masih belum percaya jika.. jika Uncle Harry adalah—"

"Aduh, Flo! Dia itu pamanmu sendiri, kenapa kamu tak tahu siapa dia?" kata Sanne.

Flo terpaku selama pelajaran sejarah sihir yang berlangsung satu minggu yang lalu. Dan itu membuatnya tak bisa tenang selama berhari-hari.

Sejak ia masuk Hogwarts satu bulan yang lalu, sejarah sihir di tingkat pertama akhirnya membahas lebih dari sebatas sejarah pendiri Hogwarts, namun telah masuk ke sesi pembahasan perang dunia sihir. Flo, yang datang dari dunia Muggle, jauh dari kata paham dengan masalah perang tersebut. Ia hanya tahu perang dunia satu dan dua dari pelajaran sekolahnya dulu. Tidak ada istilah Death Eater, tiga mantra terlarang, Laskar Dumbledore, sihir hitam dan semua tentang dunia sihir.

Salah satunya, nama-nama tokoh yang berperan besar dalam perang-perang itu. "Aku memang sempat curiga jika Uncle Harry adalah orang yang terkenal. Aku melihat banyak orang tertuju padanya tiap kami ada di luar. Dan kau tahu Sanne, bahkan saat aku dan Uncle Harry hanya makan es krim saja, dua wartawan datang dan bertanya apapun tentang kami. Saat aku bertanya apakah Uncle Harry terkenal, ia tidak bercerita banyak."

"Merlin, ternyata kata orang memang benar. Harry Potter sangat rendah hati." Sanne memilih duduk di satu meja panjang di sisi rak berisi buku-buku sejarah. Sanne tahu ia harus mengambil buku apa.

Brukk! Satu buku tebal bertuliskan "Young" Sanne jatuhkan dari rak. Mata Sanne berbinar cerah. Ditunjukkannya cover buku itu pada Flo. "Aku yakin itu bukan buku berisi roman percintaan, Sanne." Flo berkilah sambil tertawa.

"Siapa bilang? Meski buku sejarah, di dalam sini ada kisah cintanya juga. Bahkan dari orang-orang yang sangat kau kenal."

Lembar pertama, Flo membaca tulisan deskripsi mengenai kata pengantar si penulis. Flo tidak tahu jelas siapa itu. Namun menurut Sanne, penulisnya berasal dari salah satu profesor Hogwarts yang pernah mengajar semasa generasi sebelum perang dunia sihir ke dua.

"Mereka muda, tapi jiwa mereka bak sihir terkuat milik Merlin. Tercipta karena semangat, tumbuh karena cinta, dan bersatu seperti cahaya. Terang." Flo berhenti membaca paragraf terakhir pembuka sang penulis.

"Sanne, apa ini tentang mereka?"

"Dan semangat mereka!" jawab Sanne yakin. "Di saat semua orang hanya mengenal mereka sebatas buku, kau mengenal mereka secara personal. Tapi rupanya kau lebih baik mengenal dari buku ini. Kau akan mengenal mereka dari sini, Flo. Ah, ya, aku harus keluar dulu dengan profesor Flitwick—"

"Kau jadi bergabung dengan paduan suara Hogwarts?" potong Flo bersemangat.

Suara berdesis memperingatkan keduanya untuk diam. Flo tak sengaja hampir berteriak. "Masih seleksi. Doakan aku, ya!"

Flo mengangguk. "Pasti, aku yakin kau lolos. Suaramu bagus sekali!"

***

Sheen Primary School, Harry menghentikan mobilnya tepat di depan sekolah itu. Memutar kemudianya perlahan masuk ke area lapang di area sekolah. Beberapa mobil orangtua lain juga sudah terparkir di sana. Harry terdiam dan bersandar tenang di bangku kemudi. Menanti paling tidak ada seorang anaknya keluar dari dalam gedung besar itu.

Menunggu dengan pandangan berbinar, membaca tulisan dari tugu besar berwarna biru pastel dengan tulisan terang nama lembaga pendidikan terbaik di negerinya, Harry terharu. Ia kembali teringat ketika usianya masih menginjak seperti beberapa anak yang melintas di sekitar mobilnya. Harry bersekolah di public school biasa di sekitar rumah Vernon. Sekolah negeri yang biasa karena memang biaya masuk sangatlah murah, bahkan dengan status Harry yang yatim piatu, ia digratiskan. Itu sangat membuat Vernon bahagia.

Knock.. Knock! [FF]Where stories live. Discover now