Hi, semua!
Masih sepi? Tak masyalahhh... :)
====================
Ginny terkekeh melihat Hermione. Wanita itutama begitu kesusahan membersihkan bagian tubuh Hugo setelah bayi dua bulan itu buang air besar. Selama beberapa bulan setelah putranya lahir, Hermione belum begitu cekatan membersihkan Hugo. Tidak seperti saat Rose bayi dulu, Hermione begitu merasa berbeda saat mengurusi bayi laki-lakinya ini.
"Bersihkan bagian depan dan belakangnya. Jangan lama-lama, nanti Hugo kedinginan," pesan Ginny. Ia gemas juga mengamati Hermione sejak beberapa menit lalu belum juga selesai mengurus anaknya sendiri.
Sang kakak ipar mendesah lemas namun masih terus menyapukan kapas basah ke kulit pantat Hugo. "Aduh, aku masih belum terbiasa mengurus bayi laki-laki," kata Hermione pelan.
"Nah, Hugo putramu sendiri, kan, Mione?" Ginny berdiri dari duduknya untuk menenangkan Lily yang menangis. "Apa bedanya?"
"Yaa, tubuh perempuan dan laki-laki, kan, berbeda. Jadi—"
"Kau malu melihat tubuh telanjang putramu sendiri? Merlin, kau sebelumnya bahkan sudah melihat jauh lebih parah dari ini saat membuatnya, bukan begitu Hermione— Ouch!"
Tutup bedak bayi milik Hugo seketika melayang ke dahi Ginny. Penekanan kata 'membuatnya' yang Ginny ucapkan sambil melihat ke arah Hugo menyiratkan satu bukti bahwa tidak mungkin Hermione malu melihat tubuh bayi laki-lakinya sendiri. Sedangkan dengan lahirnya Hugo, Ginny sangat yakin tak mungkin Hermione tidak pernah melihat yang jauh lebih parah dari sekadar melihat bayi laki-laki telanjang.
"Aku yakin Ron memiliki teknik sendiri saat bersamamu. Aku akan tanya Ron untuk memastikan bahwa dia pernah telanj—"
"Cukup, Mrs. Potter. Jangan mengotori telinga bayi-bayi ini dengan urusan kamar orangtuanya!" Hermione menatap tajam Ginny yang terkiki geli lantas melanjutkan memasang popok Hugo. "Yups, aku sudah selesai, jadi kita ke rumah sepupu Harry?" tanya Hermione mengubah topik pembicaraan.
Ginny mengangguk. Ponselnya menyala saat pesan singkat Sarah Dursley masuk. Istri Dudley itu mengirimkan pesan bahwa ia dan putrinya, Flo, sudah kembali ke rumah setelah menyusul pulang dari kindergartennya. Seperti informasi dadakan yang sebelumnya sempat disampaikan Harry, Ginny diminta untuk menyusul Flo dan mengantarkannya ke Kementerian. Harry sedikit terlambat karena urusan rapat sehingga tidak sempat jika harus menyusul Flo sendiri.
"Jadi benar, anak sepupu Harry yang tukang bully itu penyihir?" tanya Hermione menyalakan mobilnya. Para bayi diposisikan nyaman dibangku khusus yang sudah dipasang sebelumnya di bangku tengah. Ginny memilih duduk di bangku belakang untuk menemani dua anak-anak itu.
"Ya, aku juga terkejut saat semalam Dudley rela datang sambil.. yeah tampak sekali dia begitu ingin meminta bantuan Harry untuk putrinya. Karena kata Dudley, ia sangat yakin Harry bisa membantunya untuk urusan ini. Sungguh, Dudley sedikit banyak berubah," cerita Ginny tentang Dudley yang berkunjung tengah malam ke rumahnya hanya untuk meminta pertolongan Harry menetralkan hasil sihir Flo. Gulingnya menjadi separuh tikus.
Setelah coba ditenangkan, Dudley akhirnya bersedia untuk menyerahkan urusan putrinya yang positif penyihir untuk dibantu segalanya oleh Harry. "Ya, semoga dengan putrinya yang juga seorang penyihir bisa membuat hubungan Harry dan Dudley semakin baik."
"Semoga saja, Mione."
Mereka pun berlalu melintasi jalanan perumahan menuju kediaman Dudley.
***
YOU ARE READING
Knock.. Knock! [FF]
FanfictionWarning! Chapter 1 [Rated M] Flo, putri sulung Dudley Dursley ternyata seorang penyihir. Mau tidak mau, Dudley meminta pertolongan Harry untuk membantu kemampuan Flo. Hubungan Harry dan Dudley yang lama memburuk mulai terobati. Kepercayaan Dudley se...