Ternyata memang harus disuruh posting rajin biar ada yang baca, hahaha...
oke, deh. Lanjut yuk.. happy reading..
===============================
Flo menangis di kamarnya. Ia tidak mau bertemu dengan siapapun berjam-jam. Ia menjadikan kamar asramanya sebagai tempat menyendiri. Pintu ditutup. Diana dan Sanne sampai tak bisa untuk masuk. "Flo harus ditemani," kata Diana.
"Ya, tapi kita harus membuka pintu ini dulu. Alohomora!"
Pintu pun terbuka lebar. Flo meringkuk sendiri di sisi ranjangnya. Meremas ujung jubah sambil melesakkan wajahnya masuk ke selimut ranjang. "Pergilah!" pinta Flo.
"Tidak, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian seperti ini, Flo!" tolak Sanne. Diana mengikutinya dari belakang. Membawakan segelas air untuk Flo minum.
"Itu hanya mulut si Juliard. Jangan kau ambil hati." Kata Diana.
Flo terus terisak. Menyaksikan kedua sahabatnya begitu baik menemaninya dalam keadaan banyak orang mencibirnya. "Aku harusnya malu—"
"Malu kenapa? Bukannya pamanmu juga sayang padamu, dan tidak pernah mempermasalahkan itu? Aku yakin Mr. Potter sudah memaafkan keluargamu, Flo."
"Bukan begitu Sanne, Dad bahkan Uncle Harry dan yang lainnya tidak pernah menceritakan masalah ini padaku. Bahkan Mum, aku yakin dia tahu. Dad dan Mum seolah melupakan hal seperti ini dan membiarkan aku memandang mereka sebagai keluarga dari Uncle Harry yang baik. Padahal, mereka jahat! Aku tak punya alasan untuk membalas pembelaanku pada Juliard."
Kesunyian memasuki atmosfer kamar mereka. Hujan turun deras di luar sana. Sampai malam nanti, Flo dan teman-teman seangkatannya tidak ada jam pelajaran. Untung saja, Flo membutuhkan waktu untuk sendiri. Ia belum siap kembali bertemu siswa lain terutama Juliard. Anak itu pasti akan memulai masalah baru jika bertemu Flo.
"Aku hanya ingin sendiri, Sanne. Aku ingin menenangkan diriku. Aku harap kalian bisa memahami posisiku sekarang."
Ya, yang dibutuhakn Flo hanya sendiri. "Mungkin aku akan menghubungi Dad secepatnya." Flo mendesah sebal. Meraih pena bulunya dan mulai menulis.
***
"Dia tahu."
Sarah meletakkan surat pertama Flo di sisi piring sarapannya. Pagi ini surat pertama Flo sampai. Sejak masuk Hogwarts, informasi-informasi tentang sekolah Flo selalu datang dari Harry. Flo belum pernah mengirim surat kepada orangtuanya sendiri. Hanya pada Harry, yang selanjutnya disampaikan pada mereka.
"Ya, bagaimana dengan Harry. Dia sudah tahu?" tanya Sarah. Dudley menaikkan pundaknya tidak tahu. Harry seharusnya tahu masalah ini.
"Jika Flo terus merasa dirinya dibohongi, aku takut ini akan berpengaruh dengan dirinya di Hogwarts. Kau tahu, kan, bahwa Harry sangat terkenal di dunia mereka. Akan cepat berita ini menyebar." Ujar Dudley.
"Kau baca sendiri, kan, Dudley, bahwa ia tahu dari teman seangkatannya."
Dudley mengangguk pelan. Tentu saja ia tahu, bahkan ia sendiri pernah membaca buku biografi Harry yang diterbitkan di dunia sihir milik Hermione. Walaupun ia rela melepas saat Flo berangkat menuju Hogwarts, dalam hati kecilnya ia sendiri takut. Flo punya kemungkinan besar akan tersangkut masalah yang berhubungan dengan Harry. Salah satunya tentang masa lalu.
Dudley meraih jas kerjanya, "kita sudah percaya pada Harry. Aku harap ia bisa menjaga kepercayaan kita padanya." Kata Dudley pelan.
"Semoga Flo bisa memposisikan dirinya di sana seperti penyihir yang lain, bukan membuatnya spesial sebagai keponakan Harry." Lanjut Dudley.
YOU ARE READING
Knock.. Knock! [FF]
FanfictionWarning! Chapter 1 [Rated M] Flo, putri sulung Dudley Dursley ternyata seorang penyihir. Mau tidak mau, Dudley meminta pertolongan Harry untuk membantu kemampuan Flo. Hubungan Harry dan Dudley yang lama memburuk mulai terobati. Kepercayaan Dudley se...