Dia tersungkur di tanah dengan bibir pecah, mata kanannya lebam parah dan secuil daging hilang dari pelipis kanan Tae Hyung membuat wajahnya bersimbah darah. Tae Hyung meringkuk, hampir tak bisa bicara karena dia merasa rusuknya teramat sakit sekali.
***
Sembilan tahun meninggalkan Silla bagaikan puluhan tahun bagi Tae Hyung. Dia nyaris tak mengenali kota ini lagi karena banyaknya perubahan yang terjadi selama ketiadaan dirinya di sini. Kemajuan Silla sama sekali tak berarti, pikir Tae Hyung ketika mengingat kejadian itu. Dia memutuskan kembali bukan untuk mengagumi kemakmuran Silla tetapi untuk mencari siapa pembunuh orangtuanya.
Jadi, pertama-tama, Tae Hyung ingin mengunjungi desa tempat tinggalnya dulu. Ternyata untuk melangkah ke sana sungguh tak mudah. Tae Hyung takut kenangan buruk tentang pembantaian itu membuatnya perasaan duka yang tak kunjung sembuh justru bertambah sakit. Tapi, aku harus ke sana, katanya tetap berkeras.
Menarik napasnya terlebih dahulu lalu mengembuskannya dengan kasar, Tae Hyung melangkahnya kaki kanannya. Pandangan beberapa orang yang berpapasan dengannya di jalan menimbulkan perasaan aneh bagi Tae Hyung. Dia menurunkan topi petani (yang ternyata menyeret Tae Hyung dalam masalah baru, tapi itu akan ditulis nanti) dan berjalan buru-buru dari sana. Setelah berjalan lurus tiga ratus meter Tae Hyung lalu berbelok ke kiri ke arah pasar. Sewaktu kecil dia sering sekali berlari-lari di sini bersama teman-temannya.
Ada dua tempat yang mau dilihat Tae Hyung, kedai minum yang kadang-kadang didatangi ayahnya dan gerai penjual daging babi langganan ibunya. Tae Hyung ingat dulu si penjual daging yang dia panggil nenek sering memberi kue pada Tae Hyung tiap kali dia ikut ibunya ke pasar. Karena jarak ke kedai minum lebih dekat jadi Tae Hyung menuju ke sana dulu. Tae Hyung punya kesan mendalam di kedai minum itu yang sampai sekarang belum dilupakannya. Pernah suatu malam Tae Hyung diminta ibunya untuk menjemput sang ayah. Bocah di bawah umur tentu saja dilarang masuk tapi Tae Hyung yang telah berjanji pada ibunya akan membawa ayahnya pulang tak menyerah ketika dua orang laki-laki bertubuh besar memakinya dan mengusirnya. Beruntung pemilik kedai minum mengenal Tae Hyung―dari cerita ayahnya―dan dia pun diizinkan masuk.
Tae Hyung disuruh menunggu di dalam sementara si pemilik kedai minum berkeliling mencari ayahnya. Tae Hyung duduk diam, tak berani melontarkan pertanyaan apa pun pada pria di sampingnya yang tampaknya sangat mabuk sekali. Saat dirinya mulai bosan, datang seorang wanita cantik menghampiri Tae Hyung. Wangi parfumnya membuat kepala Tae Hyung sangat pusing tetapi, dia berusaha bersikap sopan ketika wanita itu mengajaknya bicara. Untungnya tak berapa lama setelah itu si pemilik kedai datang bersama sang ayah, menarik wanita itu menjauh dari Tae Hyung sambil melontarkan makian kasar. Tae Hyung merasa bersyukur sekali ayahnya segera datang sebab wanita tadi mulai berlaku genit padanya. Sejak saat itulah Tae Hyung bersumpah tak mau lagi masuk ke kedai minum tersebut dan bila mengingat kejadian ini Tae Hyung tak mampu menahan senyumannya.
Dari sana Tae Hyung melangkah menuju gerai penjual daging babi di tengah pasar. Di sana-sini para pedagang sibuk menawarkan barang jualannya bahkan di dua-tiga gerai pemiliknya menghampiri Tae Hyung lalu agak memaksanya supaya membeli. Tujuan pria ini melewati pasar bukan untuk membeli sesuatu jadi Tae Hyung mengabaikannya saja. Tapi, di satu gerai Tae Hyung melihat seorang wanita berusia 50-an―menurut dugaan Tae Hyung―yang sama sekali tak menawarkan dagangannya pada tiap-tiap orang yang lewat.
Lebih karena penasaran saja, Tae Hyung bergegas ke sana. Wanita itu tampaknya senang mendapat calon pembeli dan dia pun sibuk mempersilakan Tae Hyung untuk melihat-lihat. Menurut Tae Hyung dari semua gerai penjual aksesoris, gerai ini yang barang-barangnya paling bagus. Tae Hyung heran mengapa tak ada seorang pun melirik atau sekadar mampir sebentar seperti yang dilakukan Tae Hyung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Faceless Man
FanfictionNiat untuk membalas dendam kedua orangtuanya seakan tak pernah surut dalam hati Tae Hyung. Dengan kemampuan langka yang dipelajari sejak berusia lima belas tahun, Tae Hyung mencari dalang di balik pembantaian yang terjadi sembilan tahun silam. Sampa...