Ketika upacara pemakaman hampir selesai, pintu gerbang rumah terbuka bersamaan dengan suara ladam kuda. Laki-laki yang duduk di atas pelananya adalah Geon Ho. Dia meluncur turun, mengikat kudanya kemudian bergabung bersama ayahnya, Yeon Hee dan Yu Gyeong. Tampang lelaki itu masam tapi juga waspada.
***
Pencarian Tae Hyung terhadap penyerang Yeon Hee sama sekali tak membuahkan hasil dan dia memutuskan―walau dengan terpaksa―untuk membiarkan orang tersebut. Setidaknya segala ketakutan dan kecemasan Tae Hyung agak berkurang karena pengawal yang dijanjikan Jimin sekarang berjaga di rumahnya. Dari percakapannya beberapa hari lalu Tae Hyung hanya menyimpulkan bahwa akan ada satu orang pengawal yang diutus Jimin. Tetapi, Tae Hyung amat terkejut manakala bukan satu orang yang datang ke rumahnya melainkan setengah lusin pengawal. Tak pernah terpikir oleh Tae Hyung bila persahabatannya dengan Jimin sedalam ini.Kebiasan lama Tae Hyung untuk memeerhatikan lingkungan sekitarnya akhirnya kembali lagi. Sekarang dia lebih paranoid jika melihat pria-pria di jalan yang bentuk tubuhnya sama persis seperti pria yang menyerang Yeon Hee. Bila sudah begitu, Tae Hyung memasukkan tangannya ke pergelangan tangan lainnya, menyentuh gagang belati yang tersembunyi di sana sementara tangan kirinya memang kekang kuda dan ketika kecurigaannya tidak terbukti, Tae Hyung baru melepaskan tatapannya dari pria tersebut. Tae Hyung merasa sangat terkuras secara emosional.
Kuda cokelat Tae Hyung berhenti tepat di depan toko. Seakan hendak memberitahu tuannya bahwa mereka sudah sampai di tempat tujuannya, kuda tersebut meringkik sambil menggoyangkan surainya. Tae Hyung tersentak, melihat ke sekeliling lantas menyadari di mana dia sekarang. Kedatangan Tae Hyung disambut oleh Jeong Min yang bertugas merawat kuda. Dia segera turun, menyerahkan kekangnya pada Jeong Min.
"Maaf, Tuan," kata Jeong Min dengan sikap agak canggung. "Saya perhatikan Tuan sangat gelisah akhir-akhir ini."
Tae Hyung bimbang antara ingin menjawab atau membiarkan saja. Dia sudah akan meninggalkan Jeong Min lalu terpikir olehnya untuk bertanya. Siapa tahu saja pria setengah baya ini punya sedikit informasi berharga yang sangat dibutuhkan. "Pernah kau mendengar atau mengetahui ada pembunuh bayaran di Silla?"
"Sama sekali tidak pernah, Tuan," jawabnya dengan raut terkejut. "Saya harap Anda tidak sedang berencana menyewa pembunuh bayaran."
"Apa tampangku seperti orang jahat? Tidak, aku hanya bertanya karena―" Tae Hyung merendah suaranya. "seseorang telah menyerang istriku dan aku curiga ini ulah pembunuh bayaran. Tolong rahasiakan ini dari siapapun."
"Baik, Tuan," kata Jeong Min yang sekarang pucat karena ketakutan. "Semoga saja orang itu tidak menyerang anggota keluarga Anda yang lain."
"Ya, semoga saja begitu," kata Tae Hyung lalu meninggalkan pengurus kudanya.
Hampir sepanjang hari itu Tae Hyung habiskan di ruang pribadinya ditemani seorang penasihat keuangan. Dari catatan penjualan bulan ini, lagi-lagi Tae Hyung memperoleh keuntungan yang besar. Jika keadaan terus begini, dia ingin membuka toko lain di luar ibukota.
Tae Hyung menutup tokonya. Dia tak berencana pulang selarut ini tapi karena salah seorang utusan dari pulau tempat tinggalnya dulu datang menawarkan kain. Setelah perbincangan panjang itu, Tae Hyung dan sang utusan membuat kesepakatan. Banyaknya bangsawan Silla yang tertarik pada kualitas kain di tokonya, membuatnya butuh seorang pemasok lagi.
Dia memang selalu menjadi orang terakhir yang pulang karena sebagai pemilik, Tae Hyung merasa berkewajiban memeriksa setiap pintu dan jendela sudah dikunci dengan baik. Pintu terakhir yang ditutupnya adalah pintu depan. Begitu menyimpan kuncinya di bagian dalam pakaiannya, Tae Hyung naik ke atas kuda. Dia agak bergidik kala angin malam menerpanya. Musim dingin hampir tiba, pikir Tae Hyung dari atas kudanya. Dia pun mempercepat laju kudanya agar segera sampai di rumah.
![](https://img.wattpad.com/cover/162272102-288-k371269.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Faceless Man
FanfictionNiat untuk membalas dendam kedua orangtuanya seakan tak pernah surut dalam hati Tae Hyung. Dengan kemampuan langka yang dipelajari sejak berusia lima belas tahun, Tae Hyung mencari dalang di balik pembantaian yang terjadi sembilan tahun silam. Sampa...