[Bab 5]

150 20 6
                                    

Happy Reading📖

.

.

.

.

.

[In Silence]

Seoul Korea Selatan

Ruangan itu gelap. Tidak ada pencahayaan sama sekali yang terdengar hanya suara teriakan seseorang yang membuat Dahyun begitu takut untuk membuka kedua matanya

"Harusnya kau pun ikut mati Dahyun-na. Harus nya kau tidak masuk ke dalam keluarga ini begitu saja!"

"Kau tidak pantas bahagia. Harusnya.. harusnya kau hidup menderita!" Kalimat itu keluar beriringan dengan deru nafas memburu semakin kencang

Kalimat itu terdengar semakin menusuk telinga dan berakhir membuat luka Dahyun semakin lebar. Namun, pria itu masih enggan membuka mata untuk memastikan keadaan di sekitarnya

"Kau di sini hanya menjadi beban keluarga ku Dahyun-na" Sekali lagi, suara itu kembali terdengar

"Aku mau kau menderita. Aku mau kau tahu bagaimana hancurnya keluarga ku karena mu!"

"Dan harusnya.. harusnya kau ikut Eomma mu mati!"

****

"Hah.. andwae!!"

Dahyun terperanjat dari tidur nya. Pria itu terduduk di atas ranjangnya dengan nafas yang terdengar begitu memburu juga tubuh yang gemetar dan berkeringat. Lagi dan lagi tidur tenangnya kembali terganggu akan mimpi itu, bahkan kini tubuh kekarnya semakin terlihat gemetar sambil memegangi dada nya yang terasa sesak juga kepalanya yang terasa begitu sakit

Namun dengan ringisan rasa sakit yang terus saja keluar dari bibir nya Dahyun perlahan turun dari atas ranjang lalu mencari sesuatu dari dalam nakas di samping ranjangnya, mengacak-acak isi di dalamnya dengan tangan gemetar hingga menemukan satu botol obat di dalam sana

Pria itu segera mengeluarkan dua butir obat tersebut dan segera di telan nya dengan cepat lalu meminum air hingga tandas. Beberapa menit berlalu sambil menunggu efek obat itu bekerja, Dahyun menyandarkan tubuh lemas nya pada tepi ranjang sambil menengadahkan kepalanya menatap kosong langit-langit kamarnya

Sejak saat itu, hidup yang Dahyun jalani tidak lagi berjalan dengan normal. Setiap hari bayang-bayang masa lalu itu menjadi gambaran kehidupan Dahyun selama ini. Anak yang tidak di harapkan dan hanya di anggap sebagai seorang pembawa sial. Dahyun, yang terduduk dengan nafas memburu itu, tidak lebih dari seorang pria tanpa kehidupan bahagia.

Setelah di rasa, rasa sakit yang tadi dirinya rasakan nya sudah berangsur membaik, pria yang hanya mengenakan celana training hitamnya itu lantas mulai melangkah menuju pintu balkon kamar nya membuka seluruh gorden hingga cahaya matahari pagi yang belum muncul sepenuhnya menerangi kamar yang terlihat begitu berantakan itu

Waktu masih menunjukkan pukul 05.49 pagi, awan di atas langit kota Seoul pun belum sepenuhnya terang, bahkan udara pagi yang dingin begitu menembus kulit Dahyun yang tidak mengenakan baju ketika pria itu berdiri di pagar pembatas balkon kamarnya.

Cracked [깨진]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang