09. Luka

1.4K 152 130
                                    

Ini panjaaaaaang bangeeeeeetttttt...

WANTED!

MATA AKAN KESERIMPET KARENA ADANYA KEMIRIPAN PADA SATU KATA. BENAR-BENAR MENGGUNAKAN HURUF YANG SAMA HANYA PELETAKAN HURUFNYA YANG BERBEDA WKWKWK

ITU KARENA SAYA BUKAN SEORANG YANG KREATIF DALAM MEMBUAT NAMA TOKOH WKWKWK SELAIN GAK KREATIF GAK MAU USAHA MIKIR JUGA SIH.

PERNAH KEJADIAN DEH DI WORK #2 KALINA DAN KANINA, DAN MASIH BANYAK LAGI WKWKWK

ADA YANG PERNAH SILAP WAKTU ITU? HAHAH RASAIN WKWKW

OKE NEXT,

Sesuai judulnya, banyak kesedihan di chap ini, semua tokoh kecipratan sedihnya.

Eh tau-taunya gagal ngefeel wkwkwkw

But, i do my best, KALIAN HARUS TAU ITU.

Tapi, aku bayanginnya aja sedih, mudah-mudahan aku bisa menyampaikannya dengan tepat dan buat kalian ngerasain sedih juga. hahaha

Happy Reading..

***

Bee memarkirkan si black matte tepat di pintu utama Avocado, dia turun lebih dulu dan bergegas untuk membukakan Rae pintu.

Pemuda itu keluar, dia membuka kacamata hitamnya lalu menyerahkannya pada Bee.

Dia berjalan penuh wibawa yang menjurus ke arah arogan.

Penghuni Avocado yang berpapasan menunduk sekilas, memberi salam pada lelaki yang terus menatap jalannya lurus, tidak peduli pada sekitarnya.

Sesampainya di lantai delapan gedung Avocado, dimana ruangan pribadi Rae berada, ada Hana yang sudah menyambutnya dengan salam.

Bee terus mengikuti Rae hingga ke dalam, lalu dia bergerak di sekitar meja besar Rae.

Membuka laci yang menyimpan stok obat-obatan yang wajib Rae konsumsi, juga memeriksa stok obat-obatan baik yang diminum atau disuntikkan.

Bee memindahkan sekitar 8 butir obat-obatan itu dalam sebuah piring kecil.

Sementara Rae yang sudah duduk di kursi kebesarannya menonton Bee mondar-mandir di sekitarnya, sedikit merasa risih namun dia berusaha untuk tidak terusik.

Bee menekan tombol intercom yang terhubung dengan Hana.

"Hana, saya minta tolong antarkan segelas air mineral untuk Bapak Rae. Thank you."

Rae melirik sinis kearah Bee, gadis itu menyadarinya.

Dia menoleh pada Rae yang masih memberikannya tatapan tidak suka.

Gadis itu mengangkat alis.

"Anda siapa hingga berani mengatur Hana? Yang menggaji Hana itu saya, bukan anda."

"Begini ya Tuan Rae yang agung, saya juga mengatur Hana untuk melayani anda. Lalu bagaimana dengan saya yang melayani anda padahal saya tidak digaji?" Bee menyelesaikan pekerjaannya, dia menegakkan tubuh, lalu melipat tangan di bawah dada.

"Jadi, tolong hilangkan prinsip seperti itu. Uang anda bukan segalanya, bukan berarti juga jika anda menggaji seseorang, hidup seseorang itu adalah milik anda sepenuhnya. Atau sebaliknya, tanpa uang anda sekalipun, seseorang akan memberikan hidupnya untuk anda, mungkin anda belum menemukannya saja. Maka, berubahlah. Anda masih punya waktu Tuan sembari menunggu."

Bee mengalihkan pandangan ke arah pintu yang dibuka oleh Hana. Sementara Rae masih terus memperhatikan Bee.

Hana membawakan air mineral yang di minta Bee. Gadis itu memberi senyuman pada Hana.

#3 Bee's Attack (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang