40. Pernyataan

1.8K 143 196
                                    

Sesuai judulnya.
Akan ada pernyataan-pernyataan disini. Ada yang buat lega tapi lebih banyak yang nyelekit sih.

Readernim~
Mungkin chap ini agak drama  heheu wkwkw jadi ingat waktu nulis Gavin untuk Pagi wkwk

Perasaan kalian mungkin seperti kalian sedang main wahana roller coaster.

Drama roller coaster ala emaknya Gavin.

Guys fasten your seatbelt!

oke readyyy???

Enjoy!

***

"Keluar yuk? Kita cari angin," ajak Pagi pada Rae yang terus-terusan menunduk enggan menatap Pagi.

Dia takut, takut berharap.

Mereka memilih sisi rumah Rae yang ada kolam renangnya. Mereka duduk berdua di sana. Pagi membuka kotak bekal yang dia bawa lalu menyerahkannya pada Rae.

"Makan dulu." Rae menggeleng kecil.

"Sedikit aja, biar cepat pulih." Pagi memangku kotak bekal bawannya. "Atau mau Mami suapin?"

"Gak usah, Mi."

"Gak usah apanya?"

"Aku bisa makan sendiri. Gak usah disuapin."

Pagi terkekeh kecil. "Gak apa-apa. Kalau kamu masih lemes biar Mami suapin. Adeknya Bee juga suka gengsi disuapin padahal masih lemes. Padahal kalian tuh gak bakal berkurang juga kadar kerennya cuma karena disuapin," kata Pagi semangat sambil mulai membuka tutup bekal tersebut.

Rae mengangkat kepalanya menatap Pagi sesaat melihat isi kotak makan tersebut. Pagi lantas tersenyum hangat.

"Ma-mami kok tau?"

"Bee bilang kamu sukanya itu. Aak coba." Pagi menyodorkan satu sendok berisi makanan. "Ayo, aaak."

Rae ragu-ragu membuka mulutnya dan menerima makanan tersebut. "Bee belum bisa ke sini, jadi kamu sama Mami dulu, ya?"

Rae mengangguk ragu. Dimata Pagi, Rae hanya seorang anak kecil yang tersesat di ruang gelap yang memohon untuk diselamatkan.

Pagi dan Jea yang baru bergabung pun tersenyum kecil saat melihat Rae akhirnya memakan makanan pertamanya setelah beberapa hari.

Lalu Rae berhenti mengunyah, menatap lurus makanannya. Pagi dan Jea tentu merasa takut tiba-tiba Rae berubah pikiran.

"Gimana? Gak enak ya? Gak—" Rae menggeleng cepat, manik hazelnya lembab kembali.

"I-ini seperti masakan bi Ni-nina," lirihnya. Pagi mencondongkan sedikit tubuhnya, menyentuh kepala belakang Rae dan mengelusnya lembut.

"Kalau gitu makan lagi." Rae mengangguk.

"Aku makan sendiri aja, Mi." Pagi tersenyum, mengangguk mengiyakan dan menyerahkan kotak makan itu pada Rae.

Suasana kembali hening, Pagi dan Jea sesekali menghirup udara segar, sambil berperang batin karena jiwa keibuan mereka seolah memberontak melihat seorang anak yang harus merasakan hidup sesakit ini. Rae mungkin sudah dewasa tapi ibu-ibu seperti mereka mengerti, menjadi dewasa dengan jalan hidup sekejam ini sama sekali tidak membuat mereka kuat. Anak-anak seperti mereka hanya kuat dari sisi luar yang orang bisa lihat karena keadaan menuntut mereka untuk melindungi diri mereka sendiri.

Rae menyelesaikan aktifitas makannya. Pagi pun dengan cekatan menyerahkan obat-obatan yang sudah cukup lama Rae abaikan.

"Mami bakal kirimin kamu makanan setiap hari, sampai  keadaan balik seperti biasa lagi."

#3 Bee's Attack (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang