bagian 1 Morgan

17 1 0
                                    

Perkenalkan namaku morgan, saat ini usiaku sekitar 12 tahun. Aku adalah anak seorang pengembala domba di desa yang cukup jauh dari kota. Desa kami bernama woollvins. Sebagian masyarakatnya merupakan seorang petani dan pengembala. Ibuku sakit-sakitan sedangkan ayahku hanya berjualan bulu domba yang bisa dipanen 3 bulan sekali. Selain pengembala ayahku juga bertani buah tomat yang hasil panennya cuman untuk mencukupi kehidupan sehari hari. Aku memiliki seorang adik yang bernama mozza yang berumur 5 tahun. Kami hidup sangatlah kekurangan, tapi kami tak pernah mengeluh dan selalu bersyukur karena masih diberi kehidupan. Setidaknya aku masih bisa bermain bersama domba domba ayahku.

Sahabatku bernama louvre dia seorang anak laki-laki berusia satu tahun di atasku. Ia sering mengunjungiku di waktu waktu tertentu. louvre sangatlah baik, ayahnya bekerja di kota sebagai seorang ilmuan yang sesekali pulang ke desa untuk bertemu keluarganya. ia sering mengajakku kesebuah danau di tengah hutan dan bermain di sana. Kami memancing dan berenang bersama. Bumi seakan berhenti berputar kala itu, kesenangan yang hanya milik kami berdua. Sungguh menyenangkan hanya bermain dan bermain. louvre dan aku sangat jauh berbeda dia sangatlah pintar dan memberitahuku banyak hal yang ia pelajari di sekolah. Aku tidak bersekolah karna tidak memiliki biaya dan harus membantu ayahku berkebun dan mengembala.

Suatu ketika ayah louvre datang kedesa. Louvre membawakanku coklat yang dibawa ayahnya dari kota. Aku sangatlah menyukai coklat. Tetapi saat itu Louvre menunjukkan ekpresi wajah yang tidak biasa. Dia seperti bersedih. Kemudian aku menanyakannya, ternyata Louvre disuruh ayahnya untuk melanjutkan sekolah ke kota dan tinggal di asrama. Aku sangatlah sedih dan kemudian menangis. Tapi louvre mengatakan bahwa dia akan mengunjungiku sesering yang ia bisa. Aku pun mengangguk dalam keadaan menangis.

Hari dimana louvre berangkat aku memberinya sebuah kayu yang kuukir seperti bentuk ikan. Kuharap dia akan selalu mengingatku disana. Louvre pun menangis dan kami berpelukan, suasana yang begitu hening dan kemudian terpecah karna suara mobil dan membawanya pergi dalam hitungan menit. Aku hanya melihat louvre semakin menjauh dan menjauh hingga dia menghilang dari pandanganku. Kemudian aku berlari menuju hutan dan menangis ditepi danau. Perasaan sedih menyelimuti diriku saat itu.

Hari pun berlalu begitu cepat tetapi, aku tidak pernah mendengar kabar tentang louvre bahkan ibunya tidak memberitahu mengingat keluarga louvre sedikit tertutup. Aku menghabiskan waktuku dengan membantu ayahku mengembala dan bertani. Sesekali ayah mengajakku ke kota untuk menjual hasil bulu domba dan tomat untuk ditukarkan dengan beberapa bahan makanan. Kami menggunakan sepeda tua untuk pergi kekota yang jaraknya memakan waktu 3 jam lamanya. Setelah membeli makanan kami juga membeli obat obatan untuk ibu.

ElementalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang