Bagian 3/Jenny

17 1 0
                                    

            Pagi ini terlihat cerah di hari ulang tahunku yang ke5 . Saat itu ayah dan ibu memberiku hadiah berupa baju berwarna ungu. Mereka berharap agar aku sehat selalu. Ibu membuatkanku kue strawberry yang sangat kusuka. Hari itu sangatlah menyenangkan, aku tak ingin melewatkan hari itu. Suatu ketika ayahku mendapatkan telpon dari seseoang dan kemudian ia bergegas mengenakan baju polisi lengkap dengan atributnya. Sepertinya ada kasus kejahatan, ayahku mengatakan ''jaga ibumu ya'' dan ternyata kalimat itu adalah kalimat terakhir yang kudengar darinya.

Ayahku tertembak saat hendak menangkap penjahat. Pulang dalam bentuk mayat yang tertutup kain putih. Kupikir hari ini adalah hari yang menyenangkan, coba saja hari itu aku mncoba menahan ayah untuk pergi dengan alasahn ini adalah hari ulang tahunku mungkin masa depan bisa berubah. Hari itu aku menangis dengan ibu. Kemudian kami mendapatkan sejumlah uang dan membuka sebuah bar. Entah mengapa ibu ingin membuka bar, ia mengatakan bahwa ingin menjadi pribadi yang tegar. Kemudian kehidupan kami dimulai dengan banyaknya warga pergi ke bar untuk minum.

Pernah suatu ketika seseorang datang kebar dengan wajah yang gelisah dan pucat. Dia minum cukup banyak, kemudian aku menyuruhya untuk berhenti karna terlalu banyak. Dia seperti orang linglung dan mengabaikaanku. Dia mengenakan seragam putih dan bet lab, saat itu aku tau bahwa namanya louvre. Ia terlihat kebingungan, aku beberapa kali bertanya jika butuh teman cerita aku siap mendengarkan. Tetapi dia tak memperdulikanku jadi aku mengabaikannya hingga dia tak pernah lagi pergi ke bar. Beberapa tahun kemudian ada seseorang yang kupikir dia memperhatikaku, aku tak tau dia siapa, tetapi dia terasa hangat buatku. Dia tak pernah minum lebih dari satu gelas. Aku tak tau mengapa, ini seperti ingin mabuk tapi tak ingin mabuk, sungguh membingingkan.

Kemudian ada pria yang menggangguku, aku takut jika dua orang ini memukulku, perasaanku saat itu campur aduk tetapi dengan beraninya dia datang menghampir dua pria itu dan menyuruhnya untuk melepaskanku. Saat itu perasaanku berubah menjadi tenang. Perasaan takut pun menghilang seketika. Tetapi saat dia dipukul hatiku berkecamuk, aku takut kalau dia kenapa napa. Setelah beberapa saat dua pria itu pergi. Aku langsung menghampirinya untuk mengobati luka lukanya. Saat itu akhirnya aku tau bahwa namanya adaalah morgan. Nama yang baik, sebaik dirinya. Saat itulah aku mulai menyyukainya.

Beberapa bulan pun berlalu. Aku masih mencintainya. Ternyata dia seseorang yang pekerja keras. Dia buruh di sebuah desa. Aku tak peduli dengan pekerjaannya. Aku hanya peduli dengan pejuangannya. Aku melihat sosok ayah di dirinya, sosok yang telah lama hilang di hidupku. Pernah suatu malam di tepi kota dia mengajakku melihat bulan dan bintang. Sungguh itu tempat yang indah. Gemerlap lampu kota menghiasi pemandangan kala itu. Dia menciumku dan berkata ''I love you''. Mataku berkaca kaca mendengarnya. Ciuman yang di kelilingi heningnya malam dengan gemerlap kota dan disaksikan oleh langit malam seolah olah mereka merestui kami. Aku sangatlah bahagia.

ElementalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang