Jimin rebahkan badannya ke kursi kantornya dengan rengsa. Pun beberapa berkas menumpuk di atas mejanya. Sekretaris Jung, sudah meng-update jadwal meeting-nya dengan klien satu jam lagi. Namun, iras si pria tersebut sudah kusut sebelum menyambutnya. Kendati ia harus profesional, bayang-bayang wajah sang mertua yang akan menginap selama tiga hari di kediamannya dengan sang istri membuat ia cukup membuat gelisah. Barangkali memang jarang dikunjungi oleh sang ibu dan mertua, ketika dihadapkan situasi seperti ini ia akan menjadi dilema. Karena pastinya ia dan Aeri akan tidur satu ranjang.
Itulah yang menjadi kewas-wasannya.Katakanlah jika Aeri ingin, itu akan mudah. Tapi, Aeri sudah menentang keras tidak akan, seolah-olah hubungan mereka hanya sebatas orang mengenalㅡtapi tak akrab. Apalagi ketika ia mengantar gadis itu kuliah tadi, gadis itu memintanya menurunkan di halte bis dekat tempat kuliahnya itu.
"Daepyo-nim."
Jimin tersadar dari lamunan, dan ia lupa bahwa Sekretaris Jung sudah berada dihadapannya membawa dokumen-dokumen yang dipintanya.
"Anda baik-baik saja, daepyo-nim?"
"Ne. Aku baik-baik saja." Jimin menegakkan badannya. "Apakah ada jadwal lain setelah meeting nanti?"
"Animida, daepyo-nim."
"Baiklah. Buatkan jadwal kosong setelah meeting. Aku sedang ingin menemui partner bisnis-ku. Jadi, aku tidak ingin ada perubahan jadwal setelah itu. Mengerti?" Jimin tersenyum lalu mengerlingkan matanya.
Membuat sekretaris Jung sedikit tersenyum malu lalu pamit undur diri. "Algesseumnida, daepyo-nim."
❤❤❤
"Aku baru tahu kau bisa masuk kelas siang."Pria berkulit pucat itu duduk di sebelah gadis yang sedang membaca novel pinjaman. Lalu menyodorkan Iced Americano pada gadis berkepang dua itu. Si pria tak memandangnya, melainkan menatap lurus ke depan.
"Aku tidak bisa tidur hingga jam 2 pagi. Saat aku membutuhkanmu tapi kau malah meninggalkanku tidur," ujar sang gadis dengan datar, walaupun begitu ia masih menerima pemberian sang pria, lalu meminumnya.
"Kau tahu benar aku."
Gadis itu hanya mencebik. Lalu menyeruput Iced Americano-nya tanpa minat. Obsidiannya meneliti halaman per halaman novel yang dibacanya.
"Aku tidak suka melihat kantung matamu yang hitam itu."
Tanpa izin, pria itu mengambil novel sang gadis dengan cekatan dan menyimpannya di sampingnya. Tangannya menjatuhkan badan gadis itu agar sang gadis tidur di atas pangkuannya. Gadis itu awalnya mendengus kesal karena tingkah pria itu. Tapi ia juga gemas akan sikap pria itu yang tiba-tiba.
"Kau bisa mengatakannya, tanpa perlu membantingku seperti ini, bodoh!"
Pria itu terkekeh dan berujar santai. "Ada yang bilang pria itu harus peka pada hal tertentu tertentu. Aku sedang memikirkan hal itu."
Sang gadis ikut terkekeh lalu memulai tidurnya karena kantuk menyerang. "Kau terbaik. Nanti bangunkan aku jika langit mulai sore."
❤❤❤
Sore itu, Jimin pulang dari kantornya lalu menjemput Aeri, sesuai apa yang diperintahkan mertuanya. Karena mereka kedapatan bahwa jarang berangkat bersama. Bahkan tidak pernah sama sekali. Hari itu kali pertamanya. Walaupun sering memata-matai kejauhan, Jimin tidak pernah menjemputnya. Yaitu masih dengan alasan yang sama. Jimin menunggu di seberang halte, tempat yang dijanjikan gadis itu. Mobil porsche hitam terparkir disana membuat orang-orang yang lalu lalang berdecak kagum karena kebanyakan anak sekolah menengah, dan anak kuliah. Itu membuat Jimin kadang merasa risih padahal ia tidak berada di luar mobil. Bisa-bisa ia dikerubungi karena ia tahu semasa sekolah ia sangat populer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Fanfiction[REMAKE] Park Jimin dan Jung Aeri, hubungan mereka terjalin karena keegoisan, kesalahpahaman, namun mereka mempunyai cara untuk meredamnya. Tapi Jimin tak bisa mengelak ketika suatu harapan yang lain datang padanya, membawa kebahagiaan yang lain hin...