Aeri menutup laptopnya setelah berkutat terlalu lama dengan tugas dari kampusnya. Wajahnya terlihat lelah. Ia kemudian melepas kacamata bulatnya dan mengucek matanya pelan. Setelah ibunya menginap selama tiga hari, keadaan kembali seperti semula. Tidak ada satu ranjang berdua, tidak ada sarapan pagi bersama, karena ia yang meminta. Itu sudah sebagai mestinya perjanjian Aeri dengan Jimin.
Apakah ia mulai terbiasa dengan kesehariannya yang singkat itu? Entahlah. Hati seseorang mana ada yang tahu.
Karena jenuh, ia lalu mengetik pesan untuk Yoongi.
Maaf mengganggumu, Yoong. Tapi, apakah kau sudah tidur?
Hm.
Bisa diperjelas apa yang kau maksud dengan 'hm' ?
YKWIMAku tidak akan selalu mengerti apa maksudmu, Yoong. Aish!
Ada apa menganggu tidurku?
Belum menulis pesan, untuk menjawab, Yoongi sudah menelponnya. Sahabatnya ini memang selalu peka.
"Ada apa menganggu tidurku?" Pria itu langsung melontarkan pertanyaannya tanpa basa-basi. Aeri sudah hafal sekali perihal kelakuan Yoongi yang seperti itu.
"Ck. Aku kan bisa menjawabnya di pesan. Kenapa malah menelponku?" Aeri pindah duduk di tepi ranjang, setelah mematikan lampu kamarnya.
"Aku malas mengetik." Terdengar suara berisik dari seberang sana. "Aku sedang meluangkan waktu untukmu, cepat katakan."
Aeri merebahkan badannya, "Tidak sabaran sekali." Lalu menggulingkan badannya sambil menatap ke langit-langit kamarnya. "Aku masih penasaran dengan omonganmu tempo hari di danau."
Ada hembusan berat dari seberang sana, sebelum Aeri meneruskan kata-katanya, Yoongi sudah menyela.
"Cepat tidur. Kau hanya akan merasa pusing jika kuberitahu. Otakmu tidak akan sampai."
"Ya!"
Belum sempat melayangkan protesnya, Yoongi sudah mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Kadang, pria itu memang membuat darahnya mendidih.
Satu pesan masuk ke dalam notifikasi ponselnya.
Good night, uri kang-a ji. [Kesayanganku]
Ini sedikit jenaka, tapi aku menyarankan, besok pakailah syal.
Aeri lalu mengetik balasan singkat dengan kalimat 'Ya, baiklah.' Karena ia sudah paham jika Yoongi mengingatkan, pasti akan terjadi sesuatu.
Tapi, kini ia bingung, walaupun ia menurutinya. Musim dingin masih lama, tapi apakah akan lebih cepat yang ia perkirakan?
Ia lalu menggeleng tak peduli.
❤❤❤
Setelah meletakkan cangkir bekas kopinya ke dapur, Jimin kembali naik tangga menuju ruang kerjanya. Tapi seketika ia melirik kamar utama tepat di samping ruang kerjanya.
Apakah Aeri sudah tidur, pikirnya.
Bohong jika Jimin tidak rindu. Walaupun mereka serumah, jarak yang diberikan Aeri terlalu jauh. Hingga ingin menggapainya pun teramat susah untuknya.
Karena menuruti kata batinnya, ia kini berada di depan kamar utama sekarang. Dengan gugup, ia memutar kenop pintunya dan masuk ke dalam. Bersamaan ia melihat pemandangan yang tidak ia duga.
"Astaga, padahal waktu itu tidak terlalu sulit utuk menaikㅡKyaaaaa!"
Jimin merutuk lalu membalikkan badannya ke arah pintu. Bodohnya ia masuk pada saat yang tidak tepat. Padahal, punggung terekspos gadis itu yang ia lihat, bukan yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Love
Fanfiction[REMAKE] Park Jimin dan Jung Aeri, hubungan mereka terjalin karena keegoisan, kesalahpahaman, namun mereka mempunyai cara untuk meredamnya. Tapi Jimin tak bisa mengelak ketika suatu harapan yang lain datang padanya, membawa kebahagiaan yang lain hin...