Delapan

68 0 0
                                    

Hujan gerimis turun, sehingga napi Letda Joowon di kasih payung untuk naik ke truk militer. Letda Joowon pun naik ke truk militer di ikuti oleh pengawal lee dae han, dan di ikuti oleh 5 pengawal lainnya dan sisanya ada di truk militer 2 dan 3. Mobil pun melaju, saat di jalan Letda Joowon hanya merenung di dalam mobil tersebut dan akhirnya pengawal lee dae han membuka mulut.
Pengawal Dae Han:" Jangan cemas joowon, kau akan baik-baik saja nanti, tenanglah jangan gelisah begitu. Aku tahu kau gak melakukan kesalahan. Aku tahu sifat kamu baik, kau tidak pernah panjang tangan. Aku juga kaget dengan tuduhan palsu ini kepada dirimu, ya bagaimana lagi aku tak bisa apa-apa. Kalau aku membela kamu, bisa-bisa pikiran Letkol Seung Gi kita itu bersekongkol dengan kamu."
Joowon:" Tak apa-apa pak, terima kasih atas perhatian bapak kepada saya. Sudah nasibnya pak aku seperti ini. Saya sudah pantas dapat hukuman seperti ini. Saya sudah terbiasa sejak aku keluar dari SMP, mendapatkan Cacian dan Makian dari temanku yang ada di SMP dulu, anak-anak nelayan maupun ayahnya dari anak-anak nelayan. Tetapi kata ayahku, hiraukan saja anggap saja mereka iri kepada kepribadian kita, jangan dilawan biarkan saja mereka capek sendiri, sedikit-sedikit kita meleburkan dosa kita sendiri." Sahut Joowon melirik ke arah pengawal Dae Han.
Pengawal Dae Han:" benar juga!" Sembari menganggukkan kepalanya.

Rumah Joowon
     CRANG... tiba-tiba piring yang di pegang ibu lepas dari genggaman ibu dan akhirnya pecah. Perasaan ibu itu tidak enak.
Eun bi:"eommoni, kau tidak apa-apa? Astaga piring ibu pecah, sini aku bantu untuk membereskannya." Sembari menghampirinya dan membereskannya serpihan-serpihan kaca piring tersebut.
Eommoni:" oh, nea gomawo (iya terima kasih).
Eun bi:" eommoni, waktu-waktu ini eommoni sering sekali melamun dan sedikit-sedikit melihat kamar hyung (sebutan anak perempuan lebih muda ketimbang usia kakak laki-lakinya) Joowon, emangnya ada apa eommoni?" Sahut eun bi khawatir dengan raut wajah ibu yang kusut.
Eommoni:" perasaan ibu tidak enak nak, eommoni ingat sekali sama hyung-mu. Ada apa dengan anak sulungku ya tuhan?" Sahut ibu melihat ke atas.
Eun bi:" apa eomma ingat hyung?, mari kita telepon hyung." Sambil mengodok saku celana pendeknya.
Eun bi pun mencari kontak hyungnya dan akhirnya ketemu.

Tuut..tuut...tuut, "mohon maaf panggilan anda tidak dijawab, mohon tunggu beberapa saat lagi" sahut operator pusat.
Eun bi:" eomma, hyung tidak menjawab teleponnya." Sembari menutupi teleponnya.
Eommoni:"hahh, tidak dijawab. Ya tuhan ada apa dengan putraku, mohon beri jawabannya ya tuhan." Sembari memohon.

Percakapan eomma pun sampai ke hati Joowon, joowon juga gelisah terhadap kondisi keluarganya.

Penjara IM SIWAN
Im Siwan pun berbicara di talky walky bersama serda yoon si yoon, sertu goo ma jun, dan sisanya teman-teman yang ikhlas membantu menyelamatkan letda joowon.

Saat di jalan sepi ( ya seperti daerah jalan hutan, maklum pintas jalan tiba-tiba ada mobil yang mengepung mobil yang di tumpangi joowon. Joowon pun merasa takut plus ingin sekali memberontak. Ya mobil itu adalah mobil yang ingin menculik joowon sehingga mobil joowon menabrak pohon bambu. Semua pada mati terkecuali joowon yang selamat. Joowon pun lari dengan kencang sehingga ketemulah dengan para gangster yang ingin menangkap joowon dari arah lumaya jauh. Joowon pun berusaha lari dengan cepat walaupun hujan peluru sudah menembus badannya.
"Heyyy...joowon kemarilah..." sahut gangster yang terus menembaki tubuh joowon yang terus lari jauh.
Di sebuah pabrik tua joowon bersembunyi di balik tumpukan peti bekas telur. Dengan nafas tersenggal-senggal dan masih terasa seluruh anggota badannya bergetaran. Saat kepala joowon menengok ke luar, datang lah segerombol gangster tadi dan mulai mencari joowon dari sudut ke sudut lain. Joowon masih tetap berdiam di persembunyian joowon.

Joowon terus pantau para gangster itu sembari membawa tongkat balok kayu panjang sebagai senjata seadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joowon terus pantau para gangster itu sembari membawa tongkat balok kayu panjang sebagai senjata seadanya. ( siapa yang mau dong 49 orang gangster melawan 1 anggota tentara yang sudah disiksa habis-habisan ).

 ( siapa yang mau dong 49 orang gangster melawan 1 anggota tentara yang sudah disiksa habis-habisan )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Saat gangster itu pergi joowon merasakan lega dan nafasnya teratur.

Hujan pun turun dengan deras joowon hanya terdiam disana dengan kondisi perut yang sangattt lapar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hujan pun turun dengan deras joowon hanya terdiam disana dengan kondisi perut yang sangattt lapar. Mau tidak mau joowon diam disana semalam walaupun cuacanya masih pagi. Dari pagi hingga ke petang hujan terus mengguyur disana. Joowon merasakan pusing yang dialaminya ( sepertinya ke kurang minum dan makan sehingga dehidrasinya muncul dengan pertanda awalannya pusing ).
"Ssss, periiih!!, perih perutt, aaawww" sahut joowon meringis kesakitan. Benar saja perut joowon ada peluru yang menancap di sisi kiri perut joowon. Dengan tegarnya, joowon mencabut peluru itu yang ada di perut joowon. "ARRRRGGHHH.." Jeritan keras joowon pun bersamaan dengan petir menggelegar di awan. Joowon pun ambruk sesaat setelah peluru itu tercabut. Darah yang manglir dari perut pun sudah terlihat mengalir keluar. Mata joowon pun sedikit demi sedikit tertutup akhirnya pingsan.

Sebuah Kisah Seorang TentaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang