"Tidak hyung, aku tidak menelfon Jim-"
"Diam ! Kau tahu karena ulahmu, Jimin sekarang koma." Namjoon membentak Jungkook dengan keras membuat orang yg lewat memperhatikan mereka.
"Tapi-"
Namjoon memilih meninggalkan Jungkook di halaman Rumah Sakit menuju Kamar Jimin. Jungkook memilih mengikuti Namjoon dan melihat yg lainnya berada di ruang Jimin.
"Hyung."
"Jungkook ? Pergilah." Hoseok mengusir Jungkook dengan nada halus namun bagi Jungkook itu menyakitkan. Jin hanya melamun, luka di kepalanya belum kering namun ia memilih duduk di kamar rawat Jimin.
"Hyung aku benar-benar tidak menelfon Jimin hyung." Taehyung tersenyum sinis mendengar ucapan Jungkook.
"Lihat, aku menemukannya di tasmu, kau mau mengelak ?" Taehyung menunjukkan hp Jungkook yg ia temukan di tas yg Jungkook tinggalkan.
"Ta-tapi" Ucapan Jungkook terhenti saat melihat tatapan Jin yg seolah akan membunuhnya.
"Jimin sangat khawatir saat mendengar teriakanmu, ia berlari dan mobil dengan cepat menabraknya kau tahu itu ??" Jungkook membeku mendengar teriakan Jin. Sedangkan Jin menjadi sesak karena masih lemah.
"Bahkan Jin hyung di pukul preman saat mengejar Jimin dan Lihat ? Ia hampir kehabisan darah." Taehyung segera membawa Jin keluar untuk memeriksakan keadaannya.
"Pergilah !" sekali lagi ucapan Hoseok membuat Jungkook benar-benar pergi.
Jungkook hanya seoarang anak SMA yg tidak tahu apa-apa. Ia berjalan dengan lesu dan tanpa sengaja matanya melihat sesosok manusia yg mungkin menjebaknya ?
"Hei, Kau orang yg tadi meminjam handphone ku kan ?" Jungkook menahan bahu orang tersebut dan membalikkan badannya.
"Oh kau masih mengenalku ? Bagaimana kabar hyungmu ? Apa ia sudah mati ? Haha." Ucap Orang tersebut.
"Kau Gila. Apa yg kau lakukan hah ?!" Jungkook tidak peduli jika orang di hadapannya dapat menyakitinya.
"Aku ? Aku hanya menelfon Jimin dari hpmu lalu aku memutar rekaman saat kau menang di permainan basket lalu aku membuat seolah ada yg bertengkar. Aku hebatkan ? Kau tahu, aku yg menyuruh orang memukul dan menabrak hyungmu." Jelas orang tersebut yg Jungkook ketahui bernama Jeongjae.
"Kau benar-benar gila, apa sebenarnya maumu ?"
"Aku ingin kalian merasakan apa yg ku rasakan."
"Maksudmu ?"
"Taehyung dan Jimin, dua orang yg sangat populer dengan kepintaran mereka di Sekolah kita benarkan ?"
Jungkook tidak mengerti maksud Jeongjae namun yg ia katakan benar. Jimin menempati posisi pertama setiap tahun untuk murid terpintar, ia sudah tahun terakhir di SMA. Sedangkan Taehyung yg menempati peringkat ketiga, ia bukanlah anak yg rajin seperti Jimin namun otaknya terlalu jenius.
"Lalu, Kim Seokjin dan Kim Namjoon. Anak favorit para dosen dan dengan mudah mendapatkan beasiswa. Sedangkan Jung Hoseok, pria yg sukses sejak SMA bahkan saat ia kuliah, ia menjadi pelatih tari yg di sukai dan juga menjadi bahan carian agency-agency ternama." Lanjut orang tersebut membuat Jungkook heran.
"Kalian terlalu sempurna, aku menjadi iri. Aku ingin mengalahkan Tae dan Jimin, aku ingin membuat kakakku tenang dengan menghancurkan Jin dan Namjoon dan membuat Hoseok kehilangan senyum seperti ibuku." Jeongjae memandang Jungkook tajam namun Jungkook sama sekali tidak gentar.
"Maksudmu ?"
"Ya, karena Jimin dan Taehyung aku menjadi tersingkirkan. Karena Jin dan Namjoon, kakakku tidak mendapatkan beasiswa dan bunuh diri yg membuat ibuku semakin gila karena tidak dapat menari dan di tinggalkan anak pertamanya."
"Tapi bukan begini caranya, kau harus membuat hyungku tidak menyalahkan ku." Jungkook menarik Jeongjae dan membawanya ke ruang Jimin.
"Jungkook, apa yg kau lakukan ? Lepaskan Jeongjae, kau menyakitinya." Taehyung menghempaskan tangan Jungkook dengan keras.
"Hyung ! Dia yg menjebak kita. Aku tidak bersalah, dia yg bersalah." Jungkook menunjuk Jeongjae yg berpura-pura tidak mengerti.
"Jungkook dia yg menolongku, kau jangan menuduh orang seperti itu." Jin yg duduk dengan bersandarpun menjadi geram.
"Hyung, dia ingin menghancurkanmu, dia pengkhianat. Aku mohon percaya padaku."
"Dan kami tidak percaya padamu. Lihat, bahkan tangan Jeongjae menjadi merah karenamu." Ucapan Namjoon membuat Jungkook menangis dalam diam.
"Hyung, dia akan membunuhmu jika ia mau bahkan-"
Bugh
"Berhentilah beromong kosong Jeon Jungkook." Teriak Hoseok.
Jungkook terdiam, pukulan Hoseok tidaklah sakit namun memukulnya di hadapan seorang penjahat membuatnya menjadi tersingkirkan. Dan hyungnya yg lain hanya diam tanpa ada niat membantunya.
"Kenapa anda memukul Jungkook ? Tanganku baik-baik saja." Jeongjae bertingkah pahlawan namun Jungkook mendorongnya.
"JUNGKOOK !" Ucap Taehyung mendorong Jungkook hingga terpental.
Jungkook berlari dan duduk di taman Rumah Sakit. Pikiran berkecamuk dan tak beraturan.
"Hahaha bagaimana actingku ?" Jungkook mendongak melihat Jeongjae.
"Hei, Hyungmu lebih mempercayai orang yg jelas bukan siapa-siapa dan membuangmu yg jelas adalah adik yg mereka rawat." Ucap Jeongjae.
"Bahkan Jimin yg koma itu akan membuangmu. Kau selalu datang di hari penting mereka bahkan jika kaupun harus terluka." Ucapan Jeongjae mengingatkan Jungkook akan masa lalunya.
Jungkook berlari dari sekolahnya untuk menghadiri kelulusan Namjoon dan Hoseok di SMA. Namun ia harus berhadapan dengan orang yg tidak bertanggung jawab yg menghajarnya tapi Jungkook tidak putus asa, ia tetap hadir bahkan menunjukkan senyum yg tulus untuk kedua kakaknya. Tidak ada yg menyadari jika kakinya terkilir.
"Bahkan Jimin tidak mengutamakanmu, andaikan ia memilih pulang bersamamu, ini tidak akan terjadi. Tapi ia lebih memilih bersama temannya." Lanjut Jeongjae.
"Apa mereka pernah tepat waktu menghadiri acara pentingmu ? Tidakkan ?" Jeongjae tersenyum licik menyaksikan api kemarahan Jungkook.
Jeongjae meninggalkan Jungkook sendiri.
Flashback off
Mereka mencari Jungkook saat Jimin telah sadar, Jimin khawatir mengetahui Jungkook hilang. Jimin juga menjelaskan jika ia dan Jeongjae adalah musuh. Mereka semua menyesal karena tidak mempercayai Jungkook.
.
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Now, I know [END]
Short StoryBersembunyi ? Apakah harus ? Silahkan baca jika mau Kalau tidak mau jangan baca, oke ?