My Customer

245 15 3
                                    

Siang ini, cafe masih ramai seperti biasanya.

Hentakan high heels ku masih menggema, melangkah kesana kemari memenuhi permintaan pelanggan.

Ku tampakkan senyum sempurna hanya untuk menyapa memberikan kesan ramah.

Walau jauh dilubuk hati terdalam, senyum ini hanya akal-akalan pekerjaan.

Bukannya terlalu sering senyum akan memberikan keriput saat menua nanti?

Yah, walau banyak yang bilang senyum itu sehat dan menyenangkan.

"Capucchino ice dan Strawberry cake untuk anda" aku menghidangkan pesanan pelanggan dengan antusias.

Pelanggan itu hanya tersenyum ramah. Dan kembali berbincang pada sesosok teman dihadapannya.

Aku melangkah ke arah kasir. Namun manik mataku menangkap objek yang tidak asing bagiku.

Dia.

Dia, yang satu minggu ini hanya mengamati cafe atau diriku?

Hah? Diriku?

Aku tidak begitu memikirkannya.

Tapi sungguh aneh, bahkan dia tidak pernah sekalipun mencoba masuk ke dalam cafe ini.

Apa dia seorang mata-mata?

"Pria itu datang kembali?" tanya Maria dibalik kasirnya.

"Apa kau mengenalnya? Aku semakin penasaran. Apa dia seorang penguntit?" mulutku mulai berkomentar jahat.

"Bagaimana kalau kau temui dia?" saran Maria benar-benar tak kusuka.

"Maria, aku tidak mengenalnya. Apa cafe ku membawa dampak buruk? Aku sudah mengurus perijinannya dan semua baik-baik saja"

"Atau dia fans mu?"

"Maria!"

Ku lihat Maria hanya terkekeh. Bercanda Maria terlalu buruk kali ini.

Dia masih berada diluar. Masih menatapku.

Akupun menatapnya balik.

Dia tersenyum seperti biasanya. Dan mengedipkan sebelah matanya.

"Aneh.. " gumamku.

Setelah itu, dia pergi.

Karena penasaran, aku mencoba keluar dari cafe untuk mengkutinya.

Tapi, lagi-lagi nihil.

"Dia membuatku penasaran" lirihku sambil menengok kesana kemari.

Aku melangkah, kembali menuju cafe.

Namun langkahku terhenti, ketika suara asing menyapa pedengaranku.

"Mencariku, nona?" tanyanya.

Aku berbalik.

Rupanya dia.

Dia yang kucari.

"Ah, maafkan atas kelancanganku, tuan. Tapi sepertinya anda mengganggu kenyamanan cafe saya beberapa hari ini" ucapku sambil berusaha seramah mungkin.

"Benarkah? Maafkan aku kalau begitu" dia tersenyum sedikit membungkukkan badan, karena seolah baru saja dia sadar kalau perilakunya seminggu ini membuat objek yang dilihatnya kurang nyaman.

"Baik, tuan. Saya permisi. Anda bisa berkunjung ke cafe tanpa harus memandang dari luar. Kami punya menu yang spesial setiap harinya. Permisi" ucapku sembari tersenyum untuk beranjak meninggalkan dia dihadapanku yang diam mematung walau masih tampak samar-samar senyumnya.

"Kau melupakanku rupanya" dia kembali bersuara.

"Ya?"

"Aku berusaha untuk memandangmu dari jauh agar kau mengenalku tanpa harus aku menjelaskannya"

Dia berbicara seolah aku menjadi orang terpikun dihadapannya.

Aku semakin bingung.

"Maafkan saya jika melupakan anda, banyak sekali pelanggan, saya tidak mung-"

"I'm Johnny, do you remember me?"

Mataku terbelalak. Napasku tercekat. Badanku terasa kaku.

"Johnny?" tanyaku masih tak percaya.

"Ya... Calon pengantinmu, nona" ucapnya begitu santai.

Aku mendekat kearahnya. Memandang wajahnya yang dihiasi kacamata bulat yang pas.

Tanpa kusadari, aku sudah memeluk tubuhnya.

"Bodoh! Selama ini kau tidak memberiku kabar. Bagaimana bisa aku mengenalmu? Kau berbeda sekarang" aku menggerutu dalam pelukannya.

Johnny sudah mengelus lembut rambutku.

Membalas pelukanku.

Dan terasa hangat.

"Ya aku tau. Waktu kita berpisah saat kau umur 5 tahun dan aku 7 tahun, bukan?"

Aku mengangguk dalam pelukannya.

"Apa aku semakin tampan? Ah, sudah kuduga"

"Percaya diri sekali. Masih sama seperti dulu" aku mendongak menatap wajahnya, yang memang aku harus akui.

Tampan.

Kami masih saling berpelukan.

Mencoba menebus rasa rindu yang begitu memuncak.

Hampir seperti bumi dan seisinya rasa rindu ini.

"Apa kau punya pacar?" tanya Johnny

"Sepertinya aku kena kutukan. Aku bahkan tidak bisa berkencan dengan siapapun" aku kembali kesal dengan pertanyaannya.

"Baiklah, besok aku ingin bertemu om dan tante"

"Untuk apa? Sebenarnya kapan kau kembali? Kau jahat sekali padaku"

Johnny hanya terkekeh, menertawaiku seolah rencananya yang dibuat olehnya berhasil.

"Semenjak satu minggu ini. Aku mencari keberadaanmu dan langsung menguntitmu" jelasnya seolah tak bersalah.

"Jangan temui papa dan mama. Aku tak mengijinkanmu, bodoh" sahutku kesal.

Johnny kembali meraih tubuhku. Memelukku kembali.

Sembari mengecup kening ku.

"Jangan menciumku!" kesalku.

"Aku ingin menikahimu. Tolong jangan tolak aku. Aku memaksa"

"Bodoh. Kau memang Johnny si pemaksa"

End

Eng.. Ing.. Eng....

Menyambut teaser NCT 127 yang b.n.g.s.t syekali :))

Membuat ku ingin menjadikan Johnny mas mas yang awwwgituhh.

Happy reading yaww..

😚😚😚

Your Story (K-pop idol Random) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang