Four

5K 109 0
                                    

Aku mulai mengerjap-ngerjapkan mataku  perlahan. Mencoba mencari setitik kesadaranku saat ini. Saat aku mencoba menggerakkan kakiku, aku merasakan sakit di daerah kewanitaanku. Dan itu membuatku teringat kejadian semalam. Ku toleh sisi kananku, tak ada siapapun. Bukankah semalam masih ada Eric yang tidur disampingku sambil memeluk tubuhku? Namun saat ini Eric tak ada di tempatnya. Kemana dia? Apa dia sudah pergi?

Aku mencoba bangkit dari tempat tidur dan perlahan-lahan turun dari ranjang, "Aaakkkhhh...." rasa sakit itu mencengkramku lagi. Dengan susah payah aku berusaha meraih ponsel yang tergeletak di atas nakas. Terkejut saat kulihat jam sudah menunjukkan hampir tengah hari. Aku bahkan tidak pernah bangun sesiang ini meski secapek apapun.

Dengan tertatih-tatih, aku melangkah ke dalam kamar mandi. Ada jadwal kuliah siang ini yakni kelas Bu Sonia, dosen Ekonomi. Dan aku tak ingin meninggalkan materi dosen tersebut. Ahhh....kalau saja tidak ada kelas, ingin rasanya aku meringkuk kembali di tempat tidur.

Setengah jam aku menghabiskan waktu di kamar mandi. Dengan berendam air panas, aku merasa diriku sudah lebih baik. Dengan cepat aku berpakaian. Kali ini aku tak ingin memakai baju yang ruwet. Sebuah dress cream yang cukup simple dan cukup elegan. Kali ini bukan jeans atau legging. Itu akan semakin menyiksa rasa sakitku. Entah kenapa aku ingin berpenampilan lain saat ini. Yang sebelumnya tak pernah sekalipun aku menggunakan make up, kini aku mencoba mengoles pipiku dengan blas on yang cukup tipis. Lipstik pink cerah dan lembut juga terpoles dibibirku. Akupun mencoba tatanan rambut barbie seperti yang ada di tutorial you tube. Sedikit rumit dan hampir saja aku menyerah. Namun akhirnya bisa juga meski tak sesempurna dengan apa yang di contohkan. Setelah melihat penampilanku di cermin, sebuah pertanyaan pun muncul di pikiranku, kenapa aku tak menyadari kalau diriku cantik dan menarik? Mungkin karena selama ini aku terlalu acuh tak acuh dengan penampilanku dan berdandan ala kadarnya. Cuma saat-saat tertentu saja aku berpenampilan menarik. Seperti semalam saat hendak menghadiri pesta.

Aku melangkah menuju dapur sebentar. Mencari sesuatu yang kira-kira dapat untuk mengganjal perutku. Saat hendak membuka lemari es, ku temukan sebuah memo kecil tertempel di depan pintu kulkas tersebut. Nampaknya itu pesan yang di tinggalkan Eric untukku. Di kertas itu tertulis,

Aku sudah menyiapkan sandwich dan segelas susu untukmu. Semua ada di meja makan.

Aku tersenyum kecil. Ternyata sahabatku ini tau apa yang ku inginkan. Sejujurnya, aku enggan untuk turun ke dapur. Dan sepertinya Tuhan menjawab doaku dalam hati. Aku lalu memeriksa ponselku kembali  sambil sesekali menggigit sandwich yang ada di tangan kananku. Ada beberapa notifikasi pesan dari sahabatku, Viona. Lalu ada sebuah panggilan tak terjawab dari mama. Dahiku sedikit mengernyit. Lalu aku mencoba menghubungi balik nomor tersebut.

"Ma..." aku memulai pembicaraan di telfon.

"Sayang, mama menghubungimu semalam. Tapi kau tidak menjawab telfonnya."

"Ehmm...maaf. Sofie....tidur lebih awal," sebuah kalimat kebohongan terlontar begitu saja dari mulutku. Seketika itu juga aku menggigit bibirku sendiri. Selama ini, tak pernah aku berkata bohong pada orang tuaku. Dan kali ini aku melakukannya.

"Kau baik-baik saja kan?" nampak nada cemas di tunjukkan oleh mama.

"Iya. Sofie baik-baik saja. Sofie hanya lelah setelah seharian berada di kampus."

"Oh...ya sudahlah. Hmm, gimana kabar Eric? Dimana dia sekarang?"

"Dia sedang keluar ma. Dan mama juga nggak perlu khawatir padanya. Eric baik-baik saja."

"Baiklah. Mama senang tidak ada apa-apa dengan kalian. Entah mengapa semalam mama tiba-tiba ingat kalian. Mama takut terjadi sesuatu dengan kau dan Eric."

FwB (END) Sudah Terbit Di Google PlaybookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang