™™™
Air mata itu tidak mau berhenti bahkan malah mengalir lebih deras saat Jungkook mendekap gadis itu.
Semua cacian, makian, keringat dan tubuh remuk yang selalu ia simpan sendiri demi Jungmoon rasanya menghilang begitu saja. Ia kembali menjadi gadis bodoh yang dibutakan oleh cinta. Dan semua itu karena pria itu. Jeon Jungkook. Ada perasaan takut luar biasa yang Saeron alami sekarang , ia takut pria itu kembali membuangnya dan Jungmoon. Tapi disisi lain ia ingin percaya bahwa pria yang berada dihadapannya ini telah berubah dan sepenuhnya mencintai dirinya dan Jungmoon. Dan ia ingin sekali lagi percaya pada pria itu.
Saeron tidak tahu apakah sekarang ia mengambil langkah yang salah atau benar dengan percaya pada Jungkook. Mungkin bila ini jalan yang benar maka semua akan menjadi hal baik dan bila salah.. ia mungkin akan hancur sepenuhnya.
Jungkook menangkup wajah Saeron dan membersihkan sisa air mata gadis itu dengan ibu jarinya. Pria itu menatap Saeron dalam jarak beberapa centi sebelum akhirnya memberikan sebuah ciuman pada bibir gadis itu. Melumatnya dengan pelan dan menyalurkan semua perasaan rindunya untuk gadis itu selama ini. Jungkook bersumpah ia tidak akan pernah melepaskan Saeron lagi. Ia sudah menetapkan hatinya. Ia tidak akan mengecewakan Saeron dan akan menjadi ayah yang baik untuk Jungmoon.Pada akhirnya pria itu tidak pulang dan menginap disana. Mereka duduk disofa berdua dengan tangan yang saling bertaut dan kepala yang saling bertumpu.
Saeron sesekali bercerita tentang masa lalu Jungmoon yang tidak diketahui Jungkook. Tentang bagaimana pertama kali Jungmoon berbicara, berjalan bahkan makanan kesukaan anak laki-lakinya dan bagaimana pintarnya Jungmoon berbahasa China hingga pada akhirnya mereka tertidur.
.
.
Jungkook terbangun sekitar pukul 5 pagi dan Saeron masih tertidur pulas disampingnya. Pria itu menatap lekat kearah gadis itu. Seulas senyum kembali terukir. Tangannya bergerak membenarkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah tidur gadis itu. Jungkook mengecup kepala Saeron pelan. Ini adalah pagi paling indah dalam hidupnya.
"Kau sudah bangun ?" Saeron akhirnya ikut terbangun. Dan Jungkook hanya mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu bergerak mengikat rambutnya menjadi satu tingi-tingi.
"Kenapa kau bangun cepat sekali ? Ini masih pagi"
"Aku harus memasak. Bukankah kita akan ke taman bermain ?"
"Ah benar! Aku pulang dulu, aku akan menjemput sekitar jam 9"
"Baiklah, hati - hati di jalan" Jungkook sudah hampir mencapai knop pintu saat pria itu mengingat sesuatu dan berbalik menghampiri Saeron lagi.
Pria itu mengecup cepat Saeron.
"Saranghae" tambahnya membuat pipi gadis itu merona.™™™
Sekitar jam setengah sembilan Jungkook sudah datang. Pria itu memakai kaus putih dengan tulisan hangul 'appa' dan jeans hitam. Tangannya membawa 1 kantong belanja berisi 2 baju untuk Saeron dan Jungmoon. Ya. Itu baju couple yang baru dibelinya tadi. Ia sering melihat sekeluarga memakai baju seragam seperti itu jadi ia ingin mencobanya juga.
"Jjan !" Jungkook mengeluarkan baju itu dan memperlihatkannya dengan semangat pada Saeron.
"Kau membeli baju couple ?" tanya Saeron
"Bagaimana ?"
"Bagus.. Jungkook-ah. Apa menurutmu ini saatnya memberitahu Jungmoon ?" senyum pria itu seketika luntur. Ia belum siap tentang itu. Ia memang ingin Jungmoon tahu tapi ia takut pria kecilnya itu membencinya.
"Bagaimana bila dia membenciku ? Aku sudah meninggalkannya selama ini"
"Jeon Ahjjuchi sudah datang ?" Jungmoon muncul dari arah kamar mandi. Saeron tersenyum. Gadis itu menarik baju putih Jungmoon bertuliskan 'SON' dari tangan Jungkook.
"Jungmoon-ah, dengarkan eomma. Bukankah selama ini kau ingin tahu siapa appa ?"
"Eung"
"Jeon ahjjushi sebenarnya adalah appa" pria kecil itu terdiam. Tampak berpikir. Membuat Jungkook berkeringat dingin di tempatnya.
"Jadi ayah Jungmoon adalah Jeon ahjjuchi?" Saeron hanya mengangguk sebagai jawaban. Jungkook ikut berjongkok dihadapan Jungmoon.
"Mianhae Jungmoon-ah" Jungmoon bergerak maju memeluk Jungkook.
"Appa~" Jungkook mengeratkan pelukannya pada pria kecilnya.
"Appa~ Mana balonku ?"
"Apa ?" Jungkook mengerutkan dahinya menatap Saeron yang terkekeh di tempatnya. Bertanya melalui sorot matanya mengenai maksud pembicaraan Jungmoon.
"Jungmoon-ah, appa akan belikan balon yang banyak di taman bermain nanti. Sekarang ayo ganti bajumu"
"Ne !"
"Minta appa membantumu" Jungmoon menarik tangan Jungkook ke kamar, meninggalkan Saeron yang melanjutkan pekerjaannya membungkus bekal mereka.™™™
Saeron tersenyum sembari melambaikan tangannya kearah putranya yang sedang duduk di kereta putar, disebelahnya Jungkook berdiri dengan wajah tersenyum.
"Jadi bisa jelaskan padaku tentang balon yang dimaksud Jungmoon?" Saeron terkekeh sebelum menjawab.
"Aku membohonginya. Dulu saat dia bertanya dimana appa , aku selalu menjawab appa sedang membeli balon yang banyak untuknya. Jadi sepertinya dia masih ingat dengan kata-kata itu"
"Tunggu aku disini" Jungkook pergi meninggalkan Saeron. Pria itu berlari cepat kearah seseorang yang memakai kostum beruang dan membeli semua balon yang ada. Pria itu juga berlari ke toko permen di taman bermain itu. Dan berlari kembali ke tempat tadi. Napasnya hampir putus dan keringatnya bercucuran. Tapi wajah sumringah Jungmoon dan Saeron cukup untuk mengisi kembali tenaganya.
Jungkook memberikan semua balon yang ia beli untuk putranya.
"Apa ini cukup sebagai permintaan maaf Jungmoon-ah ?"
"Ne !"
"Dan ini untukmu" Jungkook mengeluarkan satu kantung berisi coklat dan setangkai bunga untuk Saeron.
"Kau mau membuatku gendut dengan semua coklat ini ?"
"Ini untuk coklat valentine dan hari ibu yang kulewatkan selama 5 tahun ini" Saeron tersenyum mendengarnya. Jeon Jungkook membuatnya ingin menangis lagi..
.
.To be continue
~~~~
Chapter ini gimana ? Romance-nya kurang banyak ya ?
Untuk chapter ini dengerin lagu Just One Day start dari scene 'Jungkook terbangun sekitar pukul 5 pagi'
Next chapter di update minggu depan.
Jangan lupa like,comment and follow !
Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth Untold ✅
FanfictionPenyesalan selalu datang terakhir. Sama halnya dengan yang dialami Jeon Jungkook. Mengabaikan Saeron dan buah hati kecilnya adalah kesalahan besar. Dan disaat gadis itu pergi meninggalkannya, ia baru sadar itu adalah sebuah kesalahan besar.