-9-

2.1K 138 7
                                    

™™™

Jungkook menangkap sosok Saeron sedang terduduk di depan ruang operasi gawat darurat dengan wajah pucat dan masih terisak. Gadis itu seperti kehilangan sebagian nyawanya. Dibelakang Jungkook berdiri Park Jimin. Pria itu akhirnya mengikuti Jungkook saat mendengar nama Saeron dalam pembicaraan telepon Jungkook dan sepertinya hal gawat telah terjadi.

Jungkook dan Jimin serentak menghentikan langkah mereka saat melihat sosok lain yang berdiri tidak jauh dari Saeron. JEON WOOSHIK.
Pria yang hampir menginjak umur enam puluh dua akhir tahun nanti itu sedang berdiri dengan wajah keruh. Yang bahkan Jungkook tidak mengerti arti raut wajah itu dan kenapa ayahnya bisa berada disana.
"Abeojji" suara Jungkook memecah keheningan.
"Apa yang abeojji lakukan disini ?" Jungkook bertanya, pria itu lalu berjalan mendekat ke arah Saeron, menggapai pundak gadisnya.
Belum sempat Tuan Jeon menjawab Ny.Jeon sampai terlebih dahulu.
"Yeobo~ aku benar-benar tidak tahu apa-apa" Ny.Jeon dengan panik menjelaskan pada suaminya, ayah Jungkook. Dibelakangnya Lee Jieun mengikutinya.
"Tidak tahu apa-apa ?" tanya Saeron dengan sarkastik.
"Lalu apa yang sekretarismu lakukan ?! KENAPA sekretarismu mengejar Jungmoon?!" Teriak Saeron. Kepalanya hampir pecah memikirkan keselamatan Jungmoon diruang operasi dan wanita itu masih berkata ia tidak tahu apa-apa.
"Dan anda menabraknya" mata Saeron beralih memandang kearah Jeon Wooshik. Tatapan penuh amarah yang bisa pria tua itu rasakan.
.
Ditempatnya Jungkook membeku. Tangan pria itu mengepal keras menahan amarah yang sudah mencapai batas. Ia tidak peduli lagi dengan status bahwa wanita yang melakukan semua ini adalah ibunya sendiri.
"Tolong tinggalkan tempat ini sekarang juga"
"Jungkook-ah eomma bisa jelaskan"
"Pergilah eomma! Aku sedang tidak ingin mendengar apapun sekarang!" bentak Jungkook.
"Jungkook-ah,, eommonim tidak bermaksud seperti itu.." Lee Jieun ikut bersuara. Membuat Jungkook menoleh kearah gadis itu dengan tatapan penuh dengan kebencian.
"Andai saat itu noona tidak memasukan obat tidur ke dalam minumanku semua ini tidak akan terjadi" kalimat Jungkook menusuk hingga membuat gadis itu terdiam.
"Jika malam itu aku pulang keluarga kecilku tidak akan seperti ini. Anakku tidak akan mengalami tumbuh besar tanpa kehadiran seorang ayah. Dan kami semua tidak akan menderita.." Jieun semakin bungkam.. Disisi lain Saeron terperangah hebat. Ia tidak pernah tahu tentang hal itu. Kenyataan pahit apalagi ini ?!
.
.
Jungmoon sudah melewati masa kritisnya, Jungkook dan Saeron memutuskan untuk menginap semalam untuk menjaga dan memantau keadaan putra mereka.
Mereka menoleh bersamaan saat seorang pria masuk dengan nafas tidak beraturan.
"Seokjin Oppa!" Saeron mengenalinya.
"YA! Apa yang terjadi ? Aku naik pesawat paling pertama setelah mendengar kabar Jungmoon kecelakaan dari Hoseok dan Taehyung. Kenapa kau tidak mengabariku ? Bagaimana keadaannya?"
"Dia sudah melewati masa kritisnya. Sekarang sedang tidur karena pengaruh obat" Seokjin menggangguk mengerti, mengabaikan kehadiran Jungkook pria itu memeluk Saeron dengan perasaan lega dan lebih tenang.
"Kau harusnya mengabariku" kata pria itu sembari mengeratkan pelukannya. Membuat rahang Jungkook mengeras melihatnya.
Pria jangkung itu beralih ke ranjang Jungmoon mengecek keadaan pria kecil itu dan baru menyadari kehadiran Jungkook disana. Ia menatap Jungkook sejenak sebelum bertanya pada Saeron.
"Siapa dia ?"
"Dia Jungkook" balas Saeron.
"Jungkook-ah, dia Kim Seokjin teman kerjaku di China. Rumah sewaku juga milik ibunya" jelas Saeron.
"Bisa kau jelaskan padaku kenapa pria itu disini ?" Seokjin menatap Saeron intens. Rahang pria itu mengeras saat Saeron menyebutkan nama itu.
.
Mereka berdua akhirnya pergi berbicara, meninggalkan Jungkook untuk tetap menjaga Jungmoon.
Saeron dan Seokjin menghentikan langkah mereka disebuah koridor rumah sakit yang sedikit sepi.
"Kami kembali bersama" Saeron memulai pembicaraan, ia melirik Seokjin yang berdiri disebelahnya sedang menghela napas berat.
"Bagaimana kalau dia meninggalkanmu lagi?"
"Dia sudah berubah. Aku hanya ingin mempercayainya sekali lagi"
Seokjin mendengus kesal.
"Berubah ? Semudah itu ?! Sadarlah Kim Saeron! Pria itu membuangmu dengan memilih gadis lain! Dan sekarang kau memaafkannya begitu saja ?!"
"Oppa.. Itu hanya sebuah kesalahpahaman. Aku juga tidak tahu, tapi yang jelas pria itu tidak bermaksud seperti itu. Dia sudah menunjukan padaku bahwa ia menginginkan aku dan Jungmoon untuk kembali. Aku hanya ingin mempercayai perkataannya sekali lagi. Bisakah oppa mendukung keputusanku ?" mata Saeron mulai berair. Ditempatnya Seokjin mengalihkan wajahnya. Mengatur kembali labil emosinya. Ia sadar bahwa ia baru saja membentak Saeron. Mereka berdua akhirnya sama-sama terdiam mengatur kembali labil emosi masing-masing.
"Baiklah. Itu pilihanmu. Aku akan tetap mendukung keputusanmu. Tapi dengar apapun yang terjadi aku akan selalu ada untukmu" kata Seokjin pada akhirnya, Saeron tersenyum mendengarnya. Kim Seokjin adalah pria baik. Mereka bertemu pertama kali saat di China, memiliki kebangsaan Korea dan sama-sama bermarga Kim membuat mereka dengan mudah dekat. Pria itu tahu segalanya tentang masa lalu Saeron. Dan pria itu yang menyarankan Saeron untuk tinggal di tempat rumah sewa milik ibunya. Dan pria itu juga yang berpesan pada kedua temannya Hoseok dan Taehyung untuk menjaga Saeron dan Jungmoon. Seokjin mengulurkan tangannya untuk mengelus kepala Saeron.
"Ayo kembali, ada yang harus kubicarakan pada pria itu"
"Bicara apa ?" Saeron menghentikan Seokjin.
"Pembicaraan antar pria. Kau tidak perlu tahu"

.

To be continue

~~~
Maaf ya lama..
Next Update juga mungkin akan sedikit lebih lama yaa..
Lagi cari mood dulu buat nulis..
Makasih banget buat yang udah setia nunggu🙏❤

The Truth Untold ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang