6

5K 1K 124
                                    

PIYORIN's

Vampix yang paling dulu bereaksi atas segalanya, tepat setelah dia mendengarkan pengumuman itu.

"Wow, wow, wow, Piya, berhenti sampai di sana," ucap Yanda (Vampix) dengan heboh, sambil menunjukku pula. "Jangan coba-coba."

Kalau diilustrasikan dalam pandangan orang-orang, kelihatan seperti Yanda yang sedang menunjuk Vampix (membayangkan saja, aku ingin tertawa).

"Aku kan tidak berniat mencoba kekuatan keduamu!" balasku, malah ikut panik. "Kalau begitu, jangan katakan!"

"Lebih baik jangan ada yang menggunakan kekuatan."

Yanda (Vampix) belum tamat dari kepanikannya.

Aku memahaminya. Vampix belajar dari pengalaman. Aku sudah pernah mengendalikan kekuatan yang bahkan tidak kuketahui dengan jelas. Dulu saat aku belum mengetahui cara kerja kekuatan pengubah, aku tetap bisa menggunakannya tanpa cacat. Semuanya bisa saja terjadi, aku tidak ingin menambah masalah hari ini.

"Ya, kau benar." Momen langka, karena aku setuju denganVampix. "Tidak ada Hize yang bisa menahan kekuatan kita semua."

"Apa ada yang memanggilku?"

Kupikir, aku tidak akan pernah menemukan Hize yang diserang baik dengan kekuatan maupun mantra. Tetapi, hari ini kami melihatnya. Dari pintu dapur, keluarlah Invi yang mengaku sebagai Hize.

"Lho? Mengapa kau juga berubah?" tanya Yanda (Vampix), tersentak. "Apakah seharusnya kekuatan un-attackmu tidak mempan dengan sihir itu?"

"Eh ... Bukan tidak mempan. Invi sepertinya sudah membaca pikiran Odione dan Trax sebelum acara dimulai. Dia memintaku melepaskan kekuatanku saat pembacaan mantra dan ..., ya, akhirnya aku bergabung di permainan ini," jelas Invi (Hize).

Invi yang licik, pikirku memandang Hize dengan iba.

"Wah, dan kau bisa sekebetulan itu menjadi Invi," ucap Sonic (Kayaka).

Percayalah, walaupun sebebal apapun Kayaka, dia bisa mengetahui perasaan Hize terhadap Invi. Oh ya, maksudku, seakademi sudah mengetahuinya dan itu bahkan bukan lagi rahasia kecil.

Hize juga sepertinya hobi sekali menyesuaikan menu makanan dengan mood Invi.

Contohnya saja, beberapa minggu yang lalu, Invi bilang dia ingin makan daging yang banyak karena sedang kurang darah. Keesokan harinya, benar-benar ada permintaan pembelian daging di anggaran dapur!

"Sudah kubilang, semuanya bisa terjadi kalau memang ada yang menghendaki," balas Yanda (Vampix) dengan nada bosan, seolah tidak ada yang mempedulikan kalimatnya.

"Lalu, kemana Invi?" tanyaku.

"Tidak tahu. Tiba-tiba saja aku menjadi Invi," terang Invi (Hize).

Itu masuk akal, mengingat tadi aku malah muncul di ruangan Vampix saat dia sedang membereskan dokumen atau mungkin sedang mempelajarinya. Entahlah, aku tidak pernah mengerti apa yang dikerjakan olehnya.

"Dan apa yang kau lakukan selama babak pertama?" tanyaku.

Invi (Hize) hanya diam.

Baguslah, sepertinya aku pun langsung dapat menangkap segalanya dengan cepat.

Semua orang mengenal Hize dan dia bukanlah tipikal yang meninggalkan pekerjaannya begitu saja. Ya, kurasa yang dia lakukan hanyalah berdiam diri di dapur bersama tim dapur lainnya (buktinya makanan hari ini juga tetap enak).

Dan ... bagaimana ceritanya aku bisa mengobservasi semua ini dengan tepat?!

"Begitu rupanya," gumamku yang membuat mereka semua melihatku dengan tatapan aneh—bertanya dan menjawab sendiri.

"Iya," jawabnya sambil mengusap rambutnya, lalu tersentak sendiri karena sepertinya dia baru menyadari bahwa tangannya menyentuh rambut panjang milik Invi.

Invi (Hize) langsung mengangkat kepalanya dan menatap ke arahku.

"Kau bisa membaca gerakanku?" tanya Invi (Hize), yang membuatku langsung membekap mulutku sendiri—walau tidak berguna.

"Jangan membuatku terlihat bodoh, tolong." Yanda (Vampix) memohon dengan sangat. "Itu memang kekuatan vampire nature. Membaca gerak-gerik lawan itu memang sudah biasa."

"Wah, apakah akan ada Piya yang peka di sini?" tanya Light (Yanda) ala reporter sepak bola yang membuat Sonic (Kayaka) menatapnya tidak suka.

"Bukankah ini berarti Hize bisa membantu kita mencari rantai-rantai kita yang lain?" tanya Kayaka (Light) yang sesungguhnya memberikan pertanyaan yang mencerahkan. "Kekuatan Invi kan membaca pikiran."

"Bisa, tapi itupun kalau Hize mau," ucapku.

"Aku bisa membantu kalian, sambil mencari rantaiku," ucap Invi (Hize) dengan kalem, seperti biasa.

Eh, aku bahkan tidak tahu siapa yang sedang kubicarakan, Hize atau Invi. Mereka berdua memang tenang (Invi lebih jahat, sih).

Invi terkadang memang bisa terlihat seperti gadis panikan yang tidak tahu harus melakukan apa, tetapi selebihnya, dia memangnya seseorang yang tenang.

Kurasa kalau seandainya mereka berdua berkencan, mungkin mereka akan menjadi pasangan yang paling diam.

Ya, mungkin.

***TBC***

SLOW UPDATE COBA WKWKWKW

Cindyana

The Sorcery : HIDE and SEEK [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang