15

2K 380 258
                                    

PIYORIN's

Baiklah, kini semuanya semakin rumit. 

Sekarang, bukan hanya tubuhku, tubuh Kayato pun menghilang entah kemana.

Kami sudah mencari di sembilan planet--agak ambigu, ya?--dan kini dia lenyap. Ya, persis seperti tubuhku yang seolah hilang ditelan Bumi. Aku jadi curiga, jangan-jangan dia membuat dirinya menjadi hantu dan menghilang dari sana.

"Piya, kau yakin dengan apa yang kau lihat?" tanya Yanda (Vampix) yang jelas-jelas tengah meragukanku.

"Kau tidak yakin dengan kekuatanmu?" tanyaku sambil melotot, berharap Vampix diam saja dengan wujud cantiknya itu.

"Tapi aneh, lho." Sonic (Kayaka) tiba-tiba memiringkan kepala, kini berpikir ala detektif.

"Apanya yang aneh?" tanya Ryuko (Aquane).

Kulihat tubuh Raia (Kayato) ikut berpikir keras, "Nah, iya. Memang aneh. Aku juga bisa merasakannya."

Sepertinya, meskipun ada di tubuh yang berbeda, sifat mereka yang penuh dengan keingintahuan tetap berjalan sebagaimana mestinya.

"Nah, iya. Nah, iya saja terus. Lalu, apanya yang aneh?" tanya Yanda (Vampix) dengan tidak sabaran.

Tampaknya tidak ada satu pun yang memahami jalan pikiran kakak adik ini. Ya, aku sendiri juga memang sering gagal paham dengan mereka.

"Maksudku, Trax dan Odione juga hilang, kan?" tanya Sonic (Kayaka).

"Iya, lalu kenapa? Tolong langsung di intinya."

"Ada kelas duplikat lain kan, di sini? Mungkin tidak, kalau akses di bangunan utama dibuka?" tanya Sonic (Kayaka) kepada Yanda (Vampix).

Itu pertanyaan yang masuk akal. Namun pertanyaan itu dibantah cepat olehnya.

"Yang bisa membuka akses bangunan utama hanya aku," balas Yanda (Vampix) dengan cepat.

Tak sampai tiga detik, Yanda (Vampix) memincingkan mata ke arahku, menatapku curiga, "Kau membukanya, ya?"

"Hah? Kau serius menuduhku begitu? Aku kan sudah bilang, aku tidak berminat atau bahkan berkeinginan untuk mencoba mantra panjang dan sulit seperti itu! Dan lagipula apa untungnya buatku? Siapa juga yang mau di tubuhmu lama-lama?!" tanyaku sambil mengoceh panjang lebar.

"Ya, siapa tahu kau menikmati masa-masa menjadi peka ..." tuduh Yanda (Vampix).

"Kalau kau lupa, aku tidak pernah pisah dari rantai ini sama sekali. Lalu bagaimana bisa--"

"Tolong jangan bertengkar," lerai Aquane (Rainna). "Aku seperti melihat Vampix dan Yanda yang sedang adu mulut." 

Light (Yanda) malah tertawa mendengarnya. Sama sekali tidak terlihat keberatan dengan hal itu.

"Daripada menebak-nebak, lebih baik kita langsung coba ke bangunan utama." Ryuko (Aquane) memberikan saran.

Kayaka (Light) tampak memelas untuk beberapa alasan, "Dengan teleport?"

Pasti horror sekali, apalagi ramai-ramai begini. Salah-salah, bukannya mendarat di bangunan utama, kami malah mendarat di awan dan terjun bebas kembali ke bawah. 

"Sebenarnya aku juga merasa aneh." Akhirnya kuputuskan untuk mengutarakan pendapatku.

"Kenapa, Rin?" tanya Raia (Kayato).

"Tadi aku lihat tubuh Tazu di sana," ucapku sambil menunjuk balkon tempat terakhir kali aku melihatnya, "Dia berjalan ke arah kelas, tapi tadi dia juga tidak ada di kelas."

Yanda (Vampix) tiba-tiba menepukkan tangannya agak keras, "OH! Jadi itu alasan mengapa kau tiba-tiba mau ikut memeriksa kelas? Mau melihat tubuh Tazu?!"

Otomatis, perkataan Vampix membuat semua orang di sana menengok ke arahku.

"Hah? Bukan begitu! Bukankah aneh? Tubuhnya sendirian, padahal ini sudah lebih dari lima jam sejak kita memulai permainan ini!" bantahku.

"Piyan ... Ternyata kau ...." Aquane (Rainna) menatapku dengan syok, seolah tidak percaya.

"Sudah kubilang, bukan begitu!"

Kulirik Aquane asli yang ada di tubuh Ryuko. Dia tidak berkomentar tentang apa yang diperbuat Rainna dengan tubuhnya, berbeda sekali dengan Vampix yang super berlebihan.

"Aku ... Jujur merasa aneh, entah mengapa. Aku sendiri juga tidak mengerti, tapi entah kenapa aku merasa aku harus mencari tahu. Ini sebuah pemikiran yang membuatku frustrasi," jelasku.

"Hm, itu berarti kau tidak cocok menjadi terlalu peka." Yanda (Vampix) menambahkan dengan muka datar.

"...Mengapa segala hal harus dikaitkan dengan kepekaan?" tanyaku kesal.

Light (Yanda) menghela napas, tidak sengaja kulihat statik listrik kecil terbentuk di napasnya. Aku dan Yanda (Vampix) langsung terdiam dan tidak lagi melanjutkan perdebatan. Mungkin saja Yanda melakukannya secara tidak sengaja, tetapi pandanganku seolah melihat bahwa dia tengah marah. Itu menakutkan. 

Mungkin Vampix juga memikirkan hal yang sama. Itulah sebabnya dia juga ikut terdiam. 

"Berdebat seperti ini tidak akan membawa kita kemanapun."

Yanda (Vampix) menaikkan alis, "Kau juga mengatakan itu, waktu dulu kita membahas soal hubungan kita."

Wajah Light (Yanda) malah memerah akibat perkataannya, "Tidak ada hubungannya, tahu!"

"Tolong jangan bermesraan di aula sekolah," tegur Kayaka (Light) dengan masam. "Dan tolong jangan malu-malu dengan wajahku, di tubuhku."

Light (Yanda) memutar bola matanya, "Padahal sendirinya juga sering malu-malu kalau sedang bersama Ka--"

"KALALALA!" potong Kayaka (Light) dengan kesal.

"Kalalala?" Rainna (Sonic) memiringkan kepala, bingung.

"Aku punya ide." Sonic (Kayaka) membuka suara. "Kalau Light mencoba teleportasi di sana dulu, bagaimana?"

"Sendirian?" tanya Kayaka (Light) yang entah mengapa tampak tidak nyaman. 

"Kenapa kau malah panik begitu? Kami tidak akan kemana-mana," ucap Raia (Kayato) dengan garang. 

Kayaka (Light) menatap Raia (Kayato) dengan tatapan kurang meyakinkan. 

"Jangan memelas dengan wajah Kayaka yang imut dan ma--"

"Astaga! Sudah, Light! Ayo teleport saja, kutemani!" ucap Sonic (Kayaka).

"Hah?!" Raia (Kayato) dan Kayaka (Light) tersentak tak percaya.

"Tapi ... hmm ..., kalau tempat teleportasimu salah sasaran lagi, bisa-bisa kita jatuh bebas dari awan--"

"Aku tidak akan seceroboh itu!" potong Kayaka (Light) dengan panik. 

Aku tidak menyangka, aku bisa memikirkan hal yang sama dengan Kayaka. 

"Rin, kau temani Light, ya? Kalau salah sasaran, setidaknya kau bisa terbang meskipun--"

"Tidak boleh, tidak boleh!" Yanda (Vampix) lebih dulu menyatakan keberatannya. "Kalau anak ini panik dan kekuatan keduaku keluar, bisa-bisa semakin gawat." 

Aquane (Rainna) mengangkat tangan, memberikan kode bahwa ia akan mengintrupsi pembicaraan. "Aku bisa mengendalikan uap awan dengan tubuh ini, jika memang salah teleportasi." 

Kulihat, Ryuko menaikkan sebelah alis. Dari tatapannya, dia tampaknya terkesan dengan kata-kata yang diucapkan Rainna. 

"Bagaimana kalau kita langsung memeriksa apakah bangunan utama memang dibuka atau tidak?" Rainna (Sonic) memberikan saran. 

Ya, kurasa ide itu lebih baik daripada harus berteleport ramai-ramai dan mendarat di tempat yang kurang tepat sasaran. Maafkan aku, Light! 

***TBC***

Lah ini udah oktober lagi? :')


Cindyana H

The Sorcery : HIDE and SEEK [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang