7

6.2K 1K 360
                                    

BINGO untuk Vampix (bukan untuk aku), karena dia berhasil menemukan Sonic yang asli, tengah merenung sendirian di atap—entah memperhatikan apa—dan sesungguhnya kami semua tidak tahu seberapa kuat firasatnya untuk langsung dapat menerka dengan tepat siapa orang yang ada di balik sana.

Tetapi, mengingat keduanya adalah teman sekamar, mungkin hal itu memang mungkin-mungkin saja.

Berita menariknya, sebelum kami menyapanya, Invi (Hize) lebih dulu mengiyakan pemikiran Yanda (Vampix)—dari kekuatannya membaca pikiran.

Berarti, yang kuperkirakan juga tepat. Tubuh Rainna yang tengah melihat keramaian di bawah sana memangnya Sonic.

"Sonic ya?" Invi (Hize) sudah tahu pasti bahwa itu memanglah Sonic, tetapi dia lebih senang memastikannya secara langsung.

Rainna (Sonic) menolehkan kepalanya ke arah kami dan meremas tangannya sendiri (eh, tepatnya tangan Rainna—eh, ini susah dijelaskan). Kurasa, sosok Rainna memang memancarkan aura idol yang terlalu berlebihan, karena tiba-tiba aku merasa seperti tengah menonton drama dimana Rainna menjadi pemerannya.

"Kalian siapa?" tanyanya dengan tatapan biasa.

Ketika aku mengatakan biasa, itu artinya benar-benar biasa; tanpa lekukan senyum, tanpa suara imut yang biasa dibuat-buat oleh Rainna dan tanpa adegan terjang-peluk, karena Rainna biasanya memang melakukan itu.

Dan sepertinya Rainna (Sonic) tidak melihat keberadaan Sonic (Kayaka) yang memang berdiri paling belakang.

Aku menyerahkan kertasku kepadanya dan dia menyimaknya selama beberapa saat.

"Berarti Vampix ini Piya, ya?"

Mendengar kata Piya dari suara Rainna membuatku shock—tanpa kuduga. Kupikir aku hanya akan mendengar nama penyihirku disebut sebagai Piyan, hanya oleh Rainna. Dan bukankah lucu kalau aku menyebut "Piyan" dari tubuh Vampix? Aku berani bertaruh Yanda akan memelototiku lagi.

"Ini rantai berapa, sih?" keluh Light (Yanda) mengerang malas.

"Karena Rainna tidak mungkin di tubuh Piya, kemungkinan paling bagusnya, ini rantai delapan," simpul Invi (Hize) dengan bijak.

"Ayo kita mencari Piya!" seruku dengan semangat, sambil mengangkat tanganku—tangan Vampix—tinggi-tinggi.

Aku benar-benar hanya bercanda, tetapi Vampix benar-benar menepuk kening Yanda pelan dengan pasrah.

Seperti sedang berkata, "Beginilah akhirnya. Image keren yang selama ini kujunjung tinggi. Hancur di tangan seorang Piya."

"Tadi aku melihatmu," ucap Rainna (Sonic), sebelum akhirnya dia meralat kata-katanya, "Maksudku, tapi aku melihat tubuhmu di bawah sana."

"Kapan?" tanyaku.

"Saat babak pertama." Rainna (Sonic) memperhatikan keadaan di bawah sana, "tapi sudah tidak ada."

Dan aku kembali menghela napas panjang.

Kemana larinya tubuh asliku itu?!

Mengingat bahwa babak kedua telah dimulai dan siapapun bisa menggunakan kekuatan wings maker, sepertinya akan makin sulit bagi kami untuk menemukannya.

Beberapa saat kemudian, aku baru menyadari bahwa Rainna (Sonic) menatap ke arah Sonic (Kayaka) dalam diam.

Kupikir, sebagai teman yang baik, aku pun berjalan mendekati Kayaka, lalu berbisik bertanya kepadanya.

"Apa kau merasakan sesuatu saat melihat Rainna?"

Sonic (Kayaka) menatap ke arahku sejenak, sebelum menolehkan kepalanya ke arah Rainna (Sonic) yang kebetulan juga sedang memperhatikannya.

"Tidak ada sih, memangnya kenapa?" tanya Sonic (Kayaka) kebingungan.

"Uhm, jadi kan sekarang kita bisa membaca reaksi pemilik tubuh yang asli terhadap orang lain. Jadi, Rainna ini menyukai Sonic. Aku hanya ingin tahu apa yang Sonic pikirkan tentang Rainna, begitu," bisikku.

Light (Yanda) bergabung dalam obrolan kami, entah bagaimana ceritanya. "Iya, Kazie, coba perhatikan dia baik-baik. Mungkin kau merasakan sesuatu?"

"Uh, ya, akan kucoba," gumam Sonic (Kayaka) sungguh-sungguh.

Sonic (Kayaka) menghampiri Rainna (Sonic) yang masih sedang menatapnya. Mereka beradu pandang selama beberapa detik, sampai akhirnya lomba tidak mengedipkan mata itu dimenangkan oleh Sonic (Kayaka), karena tiba-tiba saja Rainna (Sonic) memalingkan wajahnya dengan pipi memerah padam.

"Ah ... kita malah melihat reaksi Rainna," sahut Light (Yanda) dengan nada rendah.

"Uh, tiba-tiba aku merasa bersalah dengannya," gumamku.

Sonic (Kayaka) sepertinya belum menyadari hal itu, tetap saja dia menatap Rainna (Sonic).

"Berhenti melihatku seperti itu," lirihnya pelan.

Sonic (Kayaka) akhirnya menoleh, lalu menghampiri kami. "Dia tidak memperbolehkan," ucapnya agak sedih.

Tentu saja, Yakaaa, ingin sekali aku menjeritkan hal itu kepadanya.

"Dan ngomong-ngomong ..." Light (Yanda) menatap ke arah Kayaka (Light) sejenak, lalu menatap ke arah Sonic (Kayaka). "Kau harus merasa beruntung."

Sonic (Kayaka) memiringkan kepala, "Maksudmu?"

"Light--"

"Ah! Itu dia! Tubuh Piya ada di sana!" seru Yanda (Vampix) dengan heboh.

Pandangan kami semua pun otomatis tertuju ke lantai bawah, tepatnya di halaman belakang sekolah. Di sana, memang ada tubuhku, duduk diam seorang diri entah memperhatikan apa.

"Ayo, cepat kita turun!"

Semula, kami hampir turun, sampai akhirnya kami semua panik saat melihat tubuhku berdiri dari duduknya, lalu membuka sayap putih yang biasa kugunakan.

"Piya! Cepat hentikan dia!" seru Light (Yanda) dengan panik.

"Menghentikan wings maker?! Mana mungkin!" balasku dengan enggan.

"Keluarkan saja sayap kelelawarnya, lalu hampiri dia," sahut Yanda (Vampix).

Kali ini Vampix yang asli ikut memberi saran--kuanggap itu sebagai tanda persetujuan bahwa dia memang mengizinkanku menggunakan kekuatannya.

"Tapi, memangnya sayap kelelawarmu bisa mengejarku?" tanyaku kepada Yanda (Vampix).

"Tidak. Tapi bukankah jiwamu tetaplah wings maker, apapun kekuatanmu sekarang?" tanyanya balik.

Aku akhirnya mengangguk mengerti, "Terima kasih, Vampix."

Ternyata, perkataan Vampix tidak sepenuhnya benar.

Baru saja hendak membuka sayap kelelawar Vampix, sosok diriku sudah menghilang dari sana.

"CEPAT SEKALI HILANGNYA!" seruku.

"YA, BIASANYA KAU JUGA SEPERTI ITU!" balas yang lain, ikut heboh karena menghilangnya tubuhku.

Tapi aku tidak bercanda. Cepat sekali dia menghilang!

Belum lagi berakhir dengan kebingungan kami, Sonic (Kayaka) tiba-tiba mengangkat tangannya, membuat perhatian kami beralih kepadanya.

"Kenapa?" tanya Kayaka (Light).

"Aku ... sepertinya ... aku perlu ke WC."

***TBC***

HAHAHAHHAHAHAHHA AYO NGAKAK BERSAMA, GUYS.



Cindyana

The Sorcery : HIDE and SEEK [Telah Diterbitkan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang