PIYORIN's
Tak butuh waktu lama untuk mengeringkan pakaian dan rambut kami, sebab seperti yang kukatakan sebelumnya, Rainna cukup berbakat dalam mengendalikan elemen air. Jadilah, kurang dari lima menit, kami sudah kering sepenuhnya.
"Sudah hampir puncak acara," ucap Yanda (Vampix) sambil menarik tanganku untuk memperlihatkan arlojinya kepada semua orang.
Bagiku, kesannya lebih ke dia yang secara tidak langsung memamerkan jam tangan mahalnya yang tahan air dan mengagumkan itu di depan semua orang, tapi ya sudahlah.
"Tidak ada yang tahu ini rantai berapa?" tanya Kayaka (Light). "Aku sudah lelah menebak-nebak."
"Tidak ada yang tahu. Bahkan Hize yang bisa membaca pikiran," sambung Sonic (Kayaka).
Sementara Ryoka (Aquane) bingung dengan pembicaraan mereka, aku bertanya kepadanya, "Apa kau tahu caranya berbicara dengan tanaman?"
"Em? Harusnya caranya sama saja seperti waktu berbicara melalui air, kan?" tanya Ryoka (Aquane), bingung. "Hm ... biar kucoba dulu."
Ryoka (Aquane) menghampiri tanaman kecil yang ada di pinggir kolam renang, lalu mulai mengobrol sendiri. Sementara itu, aku menoleh ke arah Kayaka, bermaksud untuk menanyakan keanehan yang kurasakan, kemudian aku baru ingat kalau yang ada di raga Kayaka adalah Light. Lalu, aku pun menatap ke arah Sonic (Kayaka).
Aneh ... biasanya Ryoka berbicara dengan tanaman tanpa harus berbicara, kan?
Namun, alih-alih mengerti apa yang sedang kucoba sampaikan padanya, Sonic (Kayaka) malah mengerutkan keningnya bingung.
Biasanya, kami hanya tatapan saja dan akan langsung mengerti maksud masing-masing. Jika diceritakan secara singkat, aku punya batin yang kuat dengan Kayaka, sehingga hampir memungkinkan kami untuk berkomunikasi dalam hati. Oh, ini bukan bagian dari kekuatan kami, karena sejak dulu kami memang bisa seperti itu--walau beberapa kali kami gagal, sih.
"... Aku ... tidak mengerti, Rin," ucap Sonic (Kayaka) dengan raut pucat.
"M-mungkin karena kau sedang ada di tubuh Sonic," ucapku, mencoba menghiburnya.
"Kalian berdua sedang apa, sih?" tanya Light (Yanda) sembari menatap kami dengan tatapan datar.
"Aku bisa berbicara dengan mereka, tapi hanya sesekali," ucap Ryoka (Aquane) setelah beberapa saat.
"Apa kata mereka?" tanyaku.
"Katanya ada laki-laki yang mencoba berbicara dengan mereka tadi pagi, tapi dia tidak menyebutkan namanya..." Ryoka (Aquane) mengerutkan kening dengan ragu, "Apa itu Ryoka, ya?"
"Entahlah, tapi, bisa saja," jawab Yanda (Vampix).
Kupejamkan mataku--sengaja tidak menutupnya menggunakan tangan karena Vampix akan menghalangiku lagi--lalu mulai melihat gambar-gambar yang dilihat oleh kelelawar-kelelawar yang tersebar hampir di seisi akademi untuk kebutuhan dekorasi. Sebenarnya aku melihat semuanya secara runtun dan berurut, persis seperti ketika memeriksa CCTV di milky way, tetapi penglihatan kelelawar tidak terlalu jelas, terlebih di siang hari.
"Ah! Mataku sakit!" seruku kesal.
Pemandangan yang kulihat hanyalah merah kabur dan aku harus terus fokus untuk menatap hal yang ingin kulihat. Sulit. Sulit sekali.
"Sudah, jangan dipaksakan lagi, Piya. Cahayanya sedang terik begini--" Light (Yanda) tiba-tiba terdiam oleh ucapannya sendiri. "Kalau kita membuat mendung, kelelawar bisa tetap melihat?"
"Um ... bukankah mereka malah akan bersembunyi kalau sudah tahu akan hujan?" tanya Ryoka (Aquane).
"Hmm, kurasa kita harus berkeliling lagi? Tapi tinggal beberapa menit sebelum jam tiga," ucap Yanda (Vampix) yang membuatku secara otomatis memberikan tanganku di depannya. Daripada tanganku--tangannya--ditarik-tarik lagi.
"Apa kita harus teleportasi lagi?" tanya Sonic (Kayaka) yang entah mengapa terlihat ragu.
"T-tadi itu hanya pemanasan, Kazie!" ucap Kayaka (Light), mencoba meyakinkan Kayaka. "Aku bukannya lupa caranya, tapi kan aku tidak pernah membawa rombongan."
Sonic (Kayaka) memaksakan senyumnya, "Iya, iya, aku percaya."
"Sungguh!" ucap Kayaka (Light) lagi. Kali ini terdengar seperti rengekan seperti ketika Kayaka merengek kepada Kayato.
"Kalau begitu, kurasa kita harus teleport ke aula? Daritadi di sana ramai," sahut Yanda (Vampix).
Kayaka (Light) tiba-tiba tampak bersemangat, lalu menjentikan jarinya, "Oke, pegangan, semua."
Kuhela napasku, lalu mulai berpegangan ke Sonic (Kayaka) dan Aquane (Rainna).
*
Suasana di aula pun tidak kalah kacaunya.
Jam besar yang terpajang di dinding tinggi yang ada di aula telah menunjukan pukul tiga lewat beberapa menit. Sepertinya memang butuh waktu beberapa saat sampai akhirnya kami bisa mencapai aula dengan teleportasi.
Desisan panjang dari loudspeaker adalah alasannya. Tampaknya alat itu sudah dinyalakan beberapa menit yang lalu, tapi belum ada yang mengatakan pengumuman apa-apa. Itu yang membuat orang-orang meledak kesal.
"Kemana mereka?!"
Kulihat sekitarku, rata-rata sudah berombongan. Aku juga bisa akhirnya menyadari tubuh Invi berdiri bersama dua orang lain tengah melihat ke arah rombongan kami dengan serius. Posisi berdirinya agak jauh dan sebenarnya agak sulit juga melihatnya dari sini.
Tampaknya mata Vampix agak sedikit rabun.
Kenapa, Hize?
Tampaknya Invi (Hize) tidak menyadari isi pikiranku. Mungkin terlalu ramai di sini, sehingga dia kembali berbicara dengan kedua orang itu. Sepertinya rantainya, entahlah.
"Apa kita harus ke Milky Way untuk memeriksa keadaan mereka?" tanya Light (Yanda).
"Tadi aku sudah mencoba ke sana, tapi tidak ada siapapun. Sepertinya mereka bukan melakukan broadcast dari sana," balas Yanda (Vampix). "Hm ... apa mungkin mereka di Bangunan utama ya? Tapi kan bangunan utama sedang dikunci ...."
Kebiasaan Vampix, bertanya dan menjawab sendiri.
Ada sebuah firasat aneh, ketika yang lain sibuk dengan pikiran mereka sendiri. Kuperhatikan sekitarku dengan hati-hati.
Keributan yang masih saja sama, Aquane (Rainna) yang sibuk berdiskusi dengan Rainna (Sonic)--aku tidak terlalu memeperhatikan apa yang sedang mereka bahas. Yanda (Vampix) masih saja berceloteh kosong akibat tidak tahu harus melakukan apa, apalagi setelah jam puncak telah datang.
Mantra penetralisir telah berakhir ....
Kurasa bukan hanya aku yang mendengarkan hal itu, sebab kini semuanya mengelandahkan kepalaku ke atas--sumber suara--tapi itu jelas bukan suara yang dihasilkan loudspeaker sekolah.
"A-apa-apaan ini?!"
Bisa kudengar suara orang-orang yang panik--tampaknya baru menyadari apa yang terjadi.
"Jangan mengeluarkan kekuatan kalian!" ucap Yanda (Vampix) tiba-tiba, memberikan instruksi pada semua orang.
Harapannya mungkin agar semua orang mendengarkan, sayangnya semuanya sibuk dengan pemikiran dan ketidaksenangan mereka masing-masing. Aku bisa mengerti sih, mengapa semuanya sekesal ini--semuanya tidak berjalan seperti yang kami inginkan.
Lalu, secara tidak sengaja, aku bersitatap dengan seseorang yang berdiri menatap kerumunan dari lantai dua.
Biar kujelaskan dengan cepat. Lantai dua gedung cadangan memang mengelilingi aula, bentuknya mirip dengan balkon, kecuali fakta bahwa balkon itu menghadap aula.
"...Tazu," gumamku.
Iya, ada tubuh Tazu di atas sana, sedang memperhatikan ke arah kami.
***TBC***
KOK TAPEK YA, DAHAL GA NULIS APAPUN.
Cindyana
KAMU SEDANG MEMBACA
The Sorcery : HIDE and SEEK [Telah Diterbitkan]
FantasyHalloween tahun ini datang lagi! Permainan yang diberikan oleh Trax dan Odione sebelum pesta halloween malam nanti adalah Hide and Seek. Tapi, bagaimana kalau tantangan itu justru malah membuat masalah baru? *** ©2018 Halloween, Cindyana H