a/n:
Fic ini sudah saya tulis beberapa waktu yang lalu di ffn. Dan sekarang saya recast disini.
Terima kasih untuk semua yang mau mampir, memberikan vote serta komennya.
.
.
.
-Malam 1-
"Seokjin!" Permuda bermarga Kim satu ini memang memiliki temperament yang sangat tinggi. Sepertinya, Busan Corp miliknya menyandung batu kerikil. Ada sedikit masalah yang menyita perhatiannya.
Tentu hal ini tak berdampak besar-besaran hingga mem-PHK beberapa karyawan yang bekerja. Hanya saja, jika dilihat dari grafik perkembangan perusahaan, sekarang perusahaan sedang mengalami fase deklinasi.
Cukup sampai disini. Tentu kita tak mau berlama-lama membahas mengenai permasalahan Kim Namjoon selama dia berada di kantor seharian tadi.
Yang menjadi permasalahan sekarang adalah Namjoon sedang butuh hiburan pelepas penat dari permasalahan di kantornya. Banyak yang bisa dilakukan untuk melepas ketegangan, salah satunya dengan bermain seks!
Good idea!
Kim muda ini memang memiliki solusi singkat dalam menyelesaikan masalahnya.
Namun ternyata solusi tersebut tak berjalan dengan lancar. Partner dalam bermain seks nya hilang entah kemana.
Setahunya, Seokjin tidak akan pernah pergi dari rumah tanpa pamitan terlebih dahulu. Tidak ada jadwal bekerja bagi Kim Seokjin pada hari ini. Itu artinya, sang kekasih yang lebih tua dua tahun darinya itu kini sedang free, dan tak ada alasan kuat bagi Seokjin untuk menolak keinginannya saat ini.
Catat, tidak ada!
"Jinseok!" sekali lagi Namjoon berteriak lantang, memasuki ruangan, mencari keberadaan sang surai merah jambu.
"Jin—" Teriakan Namjoon terpotong ketika si rambut merah jambu menyembul dari arah lemari baju ukuran besar. Saat itu Seokjin terlihat asik mengaduk-aduk sebuah kantung hitam berukuran sedang.
"Sedang apa kau?" Namjoon memasang wajah stoic.
Seketika itu pula, hasrat bermain seks nya menguap entah kemana.
XXX
-Malam 2-
"Pabo!" Namjoon berteriak sekeras-kerasnya.
"Argh, jangan berteriak seperti orang kesurupan, chagiya!"
"Hanya orang bodoh yang tak berteriak saat diperlakukan seperti ini!" Namjoon makin melancarkan aksi pembebasan dirinya.
"Ck, padahal hanya kuikat tangan dan matamu saja..tapi kau menggelepar-gelepar seperti ikan tenggelam." Seokjin menghentikan sementara kegiatannya.
"Hah..hah..hah...lepaskan ikatanku, sayang! Dan—Argh, singkirkan jarimu dari tubuhku!"
"Diam! Kalau kau bergerak terus, rasanya akan semakin sakit." Seokjin makin menusukkan kedua jarinya pada bagian bawah tubuh Namjoon.
"Seokjin, kuperingatkan sekali lagi. Jika kau nekat melakukannya, aku akan—ARGH!"
XXX
-Malam 3-
"Pintar sekali kau menggunakan cara licik untuk memperlakukanku seperti kemarin. Kubalas kau, sayang.." Kilatan nafsu dan seringai licik terpampang jelas di wajah Namjoon.
"Lepaskan aku, Joon!" Seokjin mulai menggeliat tak berdaya di atas king size miliknya. Tak pernah terlintas sedikitpun bahwa Namjoon akan mempersiapkan tali pengikat sebelumnya. Sungguh, kemarin itu hanya improvisasi saja. Menggunakan alat semacan dasi hanya untuk menaikkan gairah semata.
Beda kasusnya dengan sekarang! Sempat-sempatnya sang Kim muda dihadapannya membeli tali tambang untuk mengikat tubuhnya di ranjang.
"Tak usah memakai penutup mata. Akan lebih menyenangkan jika kau melihat prosesnya secara langsung." Seringai Namjoon mulai melebar.
"Aku—hei, apa itu?" Seokjin mulai mengeluarkan keringat dingin.
"Sex toy. Tak usah buru-buru. Kita bermain dulu, sayang!" Namjoon merangkak ke atas tempat tidur, lalu memasukkan mainan karet tersebut ke dalam tubuh Seokjin.
"Ingat baik-baik. Aku yang lebih mendominasi. Semestinya aku yang berada di atas sini.." Bisikan itu terkesan seperti kata sambutan untuk memulai malam yang penuh peluh, seperti malam-malam sebelumnya.
"Joonie,,hnghh..."
XXX
-Malam 4-
"Jangan terlalu banyak bergerak Joon!"
"Seharusnya perkataan itu ditujukan untukmu!" Namjoon membalik keadaan. Saat ini Namjoon berada di atas. Cukup untuk acara gulatnya.
"Hah..kita tidak mungkin seperti ini terus.." Seokjin mengheningkan pergulatannya.
"Ya..sepertinya begitu.." Namjoon mengendurkan pertahanan. Saat ini mereka hanya terdiam dan duduk di tepi ranjang sambil menenggelamkan muka masing-masing pada kedua telapak tangannya. Frustasi? Sudah pasti!
"Kau menyesal berhubungan denganku?"
"Eh?" Jantung Seokjin serasa akan melompat keluar. Dia tak menduga pernyataan itu keluar dari mulut kekasihnya, Kim Namjoon.
"Jika kau menyesal, akhiri saja.." kali ini lebih lirih, hampir tak terdengar.
"Apa maksudmu, chagiya? Aku tak pernah merasa menyesal berhubungan denganmu. Bahkan tak pernah terlintas sedikitpun rasa bersalah karena telah meninggalkan semuanya hanya untuk hidup bersamamu." Kedua pasang manik itu bertemu. Tak ada rasa pengkhianatan. Tak tersembunyi sedikitpun rasa penyesalan.
"Kau mau membuatku bahagia selamanya, bukan?" kini hidung mereka saling beradu. Jarak pandang semakin dekat.
"Tentu." Seokjin mendekatkan wajahnya, dan menautkan bibir mereka untuk kesekian kalinya.
Hangat, seperti sesuatu yang mulai meleleh.
"Kalau begitu aku di atas..." masih seperti berbisik di sela ciuman mereka.
"Tidak.." seokjin masih menolak secara lembut.
"Iya, sayang.." agak keras.
"Tidak, Joon.." kian mengeras.
"Iya.." Kini Namjoon membaringkan Seokjin secara paksa.
"Tidak.." suara Jin keras maksimal.
"Tak ada penolakan, sayang.." kali ini Namjoon memegang kedua tangan Seokjin di atas ranjang menggunakan satu tangan.
"TIDAK!" Oke, kali ini suara Seokjin telah mencapai 20.000 Hertz (?).
Hal itu sudah pasti akan membangunkan penghuni apartment sebelah sebentar lagi. :D
-End-
YOU ARE READING
I Should Be On The Top! - one shoot [NamJin/JinNam]
RomantizmBagaimana jadinya jika kedua Kim selalu saja berebut posisi di ranjang? Sedikit humor. Namun entah masuk atau tidak humor saya yang setipis kulit ari ini. :D