BILAL || 02. Awal

59 4 0
                                    

Malam panjang telah terlewatkan. Waktunya bangun menyambut segarnya suasana pagi.
.
.
.
Happy Reading

"Huam...."

Mata indah terbuka perlahann terpapar sinar mentari pagi menyelimuti kehangatan dunia. Terpancar dari sebuah jendela tertutup kain yang perlahan tertiup angin.

Terbinar-binar mata keduanya merapihkan mahkota wanita bagai akar serabut, membuka selimut hangat yang menutupi sebagian tubuhnya. Terdengar launan detik jam yang bergantung bersih di dinding.

Esa Rasya Wijaya. Ia melihat dengan mata yang belum terlihat jelas pandangnya.

"Sial!" dengus Esa, ternyata ia terlambat.

15 menit lagi bel akan berbunyi. Esa terpelonjat kaget ia bangkit dari kasur empuk yang membuat ia terlambat.

Terdengus dari bibir Esa menggerutu, mulut seperti membaca mantra dukun. Kekesalannya menjadi kenapa ia tidak dibangunkan. Untung saja pintu tidak terkunci kembali.

Seorang gadis cantik bak bidadari berjalan menuju kamar mandi sembari menguap beberapa kali dengan terlihat taruhan handuk di atas pundaknya.

"Gue duluan!" Esa berlari terburu-buru menuju kamar mandi menarik handuk yang ada dipundak sang kakak tercinta Pupu Rasya Wijaya.

"Sialan! Woy gue duluan," dengus Pupu dengan nada nyolot dan tak biasa.

"Disalip lagi gue dasar bocah semprul."

"Gue duluan. Buka!" Pupu mengetuk pintu kamar mandi dengan keras tapi hanya dijawab dengan suara gercikan air turun membasahi lantai.

Di lain arah seorang lelaki paruh baya menghampiri Pupu dengan ekspersi lelah.

"Papa berangkat dulu ya pu." Kalimat yang dikatakan lelaki tersebut untuk kakak Esa itu.

"Iya Pa. Hati-hati."

"Bilangin Esa jangan pulang terlambat."

"Iya iyaa Pa. Nggak sarapan dulu?" tanya Pupu.

"Nggak keburu. Papa ada meeting nanti sarapan di kantor aja," jelas Papanya dengan tatapan sendu.

"Iya pa."

"Yaudah Papa berangkat, ya."

"Hm."

"Assalamu'alaikum, sayang."

"Wa'alaikumsalam Pa."

Papa nya meninggalkan Pupu untuk pergi ke kantor. Seorang Papa yang membesarkan Pupu dan Esa dengan sendirian. Mamanya sudah terlebih dahulu meninggal karena sakit jantung. Setiap minggu ia akan mengunjungi makam ibu tercintanya.

Esa keluar dari kamar mandi setelah 10 menit berlalu.

"Cepet juga lo mandi, kaya mandi ular suttt... suttt...." Pupu menirukan jalan ular dengan santai bersandar dekat dengan kamar mandi.

"Diem! gue kesiangan." Esa dengan jawaban kilatnya berlari menuju kamar bersiap-siap untuk sekolah.

Esa sekolah di SMAN 1 Bogor, dekat perkebunan dari rumahnya hanya sekitaran 10 menit jarak yang Esa tempuh untuk sampai di sekolahnya.

Dilain waktu Pupu sedang menyiapkan sarapan untuk adik tercintanya. ya, walaupun seperti tom & jerry yang gak tamat-tamat cekcoknya demi adiknya ia tidak jadi mandi dan lebih memilih menyiapkan sarapan. Pembantu di rumah Pupu belum kerja lagi karena anaknya sakit.

"Sarapan dulu noh!"

"Gue gak keburu kak!" Esa menjawab kilat bagai petir menyambar hebat di pagi ini. Esa meminum setengah susu yang disiapkan Pupu kemudian pergi menuju teras rumah. Dengan kilat pula Pupu mengejarnya.

One Day With Bilal | Lee Eunsang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang