04. Kemarahan

44 3 0
                                    

Hidup lo terlalu ribet seperti matematika, sedikit angka salah harus ngulang dari awal.
.
.
.
Happy Reading

Bel kedua berbunyi, pelajaran berganti menjadi Matematika kesukaan Esa.

Trok... trok...

Terdengar suara sepatu menuju kelas XI IPA 3. Ternyata benar, Bu Dila masuk ke dalam kelas untuk melaksanakan tugas, mengajarkan matematika pada murid tercintanya.

"Pagi anak-anak." Bu Dila menyapa muridnya sambil berjalan menuju tempat yang disediakan untuk guru mengajar.

"Pagi Bu," serempak murid menjawab.

"Sekarang Ibu mau kasih tugas kelompok Ibu mau rapat sebentar karena soalnya 20 jadi Bu bagi saja."

"Iya Bu."

"Aing ngedenger soalnya 20 aja udah pusing duluan," dengus Alan dengan merendahkan nadanya.

"Dahlah, kita tunggu kabar baik aja, semoga bisa sekelompok sama yang pinter."

"Yasudah ibu sudah bagi 3 orang 3 orang, jadi tinggal ibu sebutin aja."

Murid-murid berdo'a dalam hatinya. mudah-mudahan mereka dikelompokan dengan Esa.

"Debo, Santi dan Ketti."

Debo terpelonjat kaget dengan nama-nama kelompoknya. "Bisa dicakar-cakar gue sama mulut mercon."

"Alan, Pita dan Resa."

Giliran alan terpelonjat kaget dengan nama-nama kelompoknya. "Cobaan apa ini? Sama si tali kusut! Satu aja pasti gak bisa jawab."

"Deon, Queen dan Resti"

Deon santai-santai saja dan lebih bersyukur dengan kelompoknya. "Ya Allah, makasih sudah kasih dedek kesempatan buat sama ratu."

"Esa, Bobi dan Bilal."

Kenapa esa dikelompokan sama orang yang otaknya miring semua.

"Bu. Kenapa saya sama laki-laki semua?" protes Esa.

"Tidak papa, kamu pintar bisa ngajarin mereka," jawab Bu Dila dengan melanjutkan kelompoknya sampai tuntas.

"Yaudah kalian bisa duduk sama kelompoknya, sekretaris tolong bagikan soalnya dan Ibu tinggal dulu. Kumpulkan di Queen kalau sudah. Jika tidak ada satu yang nulis Ibu gak akan kasih nilai kelompoknya."

"Siap bu."

Lalu bu dila pergi meninggalkan kelas.

"Eca, boleh duduk dekat Eca." Bobi tiba-tiba datang di pinggir Esa yang sibuk dengan mengambil peralatan tulisnya.

"Hmm," jawab esa singkat.

"Makasihhh."

Esa melirik sekilas lelaki di sampingnya.  Bobi terus saja menatap Esa. Banyak yang bilang Bobi menyukai Esa tapi ia biasa saja pura-pura bego dan tidak tahu.

Esa memulai mengotret dan menjawab semua soalnya. itu soal gampang bagi Esa, terlebih dahulu ia menyelesaikannya.

"Nih kalian salin aja." Esa memberi semua jawabannya. Esa tidak ingin ambil pusing apalagi harus mengajari 2 curut, buang-buang waktu baginya.

"Udah cantik pinter juga jadi tambah suka." Puji Bobi. Tak ada jawaban dari orang yang sudah dipujinya.

Tanpa diperintah beberapa kali Bobi langsung menyalin jawaban Esa. Tetapi tidak dengan Bilal ia hanya memainkan bolpoin berwarna hitam dan menggigitnya.

Esa mencoba untuk tidak peduli tapi Bilal sedari tadi tidak mengerjakan dan mulai kesal dengan tingkah slonong nya.

"Kerjain!" Tak ada jawaban dari sang empu.

One Day With Bilal | Lee Eunsang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang