BILAL || 03. Drama pagi

50 4 0
                                    

Esa. Seperti namanya, semoga dia jadi satu-satunya buat gue.
-Bilal Rakatiri-

HAPPY READING
.
.
.

Pintu gerbang telah terlihat dimata Esa. Namun sayang ia terlambat hari ini.  Esa mendecak sebal. manghela nafas pelan berjalan menuju gerbang yang telah ditunggu sang satpam.

"Pagi, pak jono." Tatapan esa tiba-tiba memelas.

"Pagi. Eh Caca Mari Ca Hei Hei kembaran mbok Minah, terlambat yah." Pak Jono melihat kecantikan Esa yang melebihi mbak minah penjaga kantin sekolah. Wagelaseh wajar sekaleh!

Sialan! dibandingkan dengan janda muda ditinggal suami karena keceklok biji salak.

"Pak bukain dong, yah." Wajah esa semakin memelas. "Em. Caca bawa bekel lagi lho buat pak Jono, soalnya makin ganteng sih sekarang jadi Caca kepikiran mulu pak Jono."

Caca, cuih!

Padahal Esa tidak suka dipanggil Caca emang dirinya permen dengan terpaksa ia memanggil dirinya sendiri dengan sebutan Caca.

"Yaudah sini bekelnya Pak Jono nanti bukain. tapi jangan bilang siapa-siapa terus kasih senyuman yang termanis dulu buat akang jono ini," ucap satpam tersebut.

Pria paruh baya sekitar 40 tahun ini membuat Esa bertepuk jidat sendiri, kenapa ada makhluk planet luar angkasa yang membuat pundak esa berigidig sendiri mendengarnya.

Esa tersenyum manis dengan paksa, "ini pak."

Esa menyodorkan bekal tersebut dan diambil cepat oleh Pak Jono.

"Tapi bukain sekarang yah," jawab Esa dengan menunggu si akang Jono nyebelin tingkat internasional yang kegantengannya mengalahi justin bieber.

"Oke Caca Marica."

Lantas pak Jono membuka kunci gerbangnya. membukanya lebar-lebar untuk kemudian dimasuki oleh si gadis mungil nan cantik menawan bak bidadari turun dari sorga itu.

"Makasih ya pak. Caca masuk kelas dulu," ucapnya kemudian melangkah pergi.

"Sama-sama caca," sahut pak jono dengan mata genitnya.

Esa segera berlari kecil menuju kelas XI IPA 3 sembari menggrutu tak jelas.

"Dikira gue permen, gapapa si manis. ya itu Marica pedes kali!"

Esa mengepalkan kedua tangannya serasa kesal campur aduk dengan adonan lalu digoreng. PANAS!

"Ee-e-ee pak tunggu."

Mendengar teriakan itu Esa berbalik badan melihat siapa makhluk bumi yang berteriak pagi-pagi seperti ini sampai volume nyaris menggoyangkan planet singgahannya.

"Huhhh...," lirih esa kesal.

"Pak. Jangan dikunci dulu dong."

"Kamu terlambat," cetus pak Jono.

"Yah... yah... pak tu anak bisa masuk ko saya enggak," desis laki-laki tersebut memegang pak Jono dengan erat.

"Kamu sudah terlambat 3 kali Ilal! Dia baru pertama kali." Pak Jono melepaskan genggaman laki-laki tersebut.

"Ilal Ilal!" Lelaki tersebut kesal menepuk jidatnya dengan keras, "Bilal pak Bilal... pake B, B."

Laki-laki tersebut bernama Bilal Rakatiri Yudha Darmawan, namanya cukup panjang tapi tidak dengan pemikirannya. Seorang anak laki-laki yang kaya raya, tinggi, tampan, beralis tebal dan mempunyai hidung mancung. Tapi sayang satu kelebihannya ia tidak tahu malu bertingkah seperti cacing kepanasan, pemalas, pecicilan.

One Day With Bilal | Lee Eunsang ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang