"...jadi, sekarang ini kamu baru berusia lima belas tahun? Dengan semua percakapan menyenangkan tadi? Juga betapa pintarnya kamu mengambil celah untuk tersenyum semanis itu? Aku sampai bingung siapa geiko kita hari ini, Kouyou-neechan atau kamu."
Entah untuk keberapa kalinya, aku tersenyum sambil menahan tawa. Satu tanganku yang kecil terkepal pelan menutup mulutku, diikuti anggukan lembut yang disusul oleh tepuk tangan pemuda itu. Aku tidak tahan dengan ekspresi jenaka dan terheran-heran pada wajahnya.
Hari sudah malam. Baru saja aku melakukan latihan rutinku pada tahap minarai ini dengan cara menemani Kouyou-neechan melayani tamu di kedai teh. Tamu kami kali ini adalah Dokter Mori dan rekan bisnisnya. Aku tidak diberikan penjelasan lebih banyak, kecuali rekan bisnisnya itu adalah seorang gaijin kaya dari luar negeri.
Syukurlah, mereka semua terpukau oleh gerak-gerik anggunku dan respon yang kuberikan ketika kami berbincang. Sekarang, aku sudah bukan pelayan lagi, masa shikomi atau membantu okiya sebagai pelayan pun sudah berlalu. Tanggal debutku sebagai maiko telah ditentukan, dan selama sebulan ke depan, aku akan menjalani kehidupan minarai ini.
____________________
MINARAI
Masa di mana seorang calon geiko telah menyelesaikan tahap shikomi, yaitu belajar di sekolah-sekolah keterampilan seni sambil mengurus okiya selayaknya pelayan, dan mulai belajar secara langsung dengan cara mendampingi geiko senior melayani klien.
____________________
Pada dua hari ke depan aku akan mengenakan kimono bagus dan berdandan cantik lengkap dengan kanzashi roncean bunga di rambutku, juga memakai oboko, yaitu sandal kayu ekstratinggi ini.
Pada pesta kecil di kedai teh tadi, Dokter Mori dan Mr. Fitzgerald ditemani oleh orang-orang kepercayaan mereka. Mr. Fitzgerald mengajak Miss Alcott yang sangat antusias dengan penampilanku, Mr. Melville yang ramah, dan Mr. Poe yang agak pendiam. Dokter Mori membawa Elise-chan yang manis, Hirotsu-san yang terlihat bijaksana, dan Dazai-san yang terlihat dingin pada awalnya, tetapi ternyata adalah seorang periang.
Dikarenakan Kouyou-neechan memiliki janji dengan Dokter Mori di tempat lain yang sepertinya belum boleh dimasuki anak di bawah umur sepertiku, ia memintaku pulang. Dazai-san adalah orang pertama yang menjadi sukarelawan untuk mengantarkanku ke okiya, karena aku selalu tersesat di malam hari.
Ia tidak keberatan untuk melangkah lambat-lambat agar oboko-ku ini tidak membuatku jatuh. Perjalanan ini jadi terasa semakin lambat karena ia sangat banyak bertanya kepadaku.
"Hebat, hebat!" ujarnya sambil menghela napas penuh kekaguman, "Aku kira, kamu seumuran dengan Kouyou-neechan. Kalian berdua sama-sama menawan hari ini. Hanya saja, kamu berbeda... hari ini kamu seperti bulan sabit di langit itu, bersinar terang, meski belum sepenuhnya mencapai bulan penuh."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lights
FanfictionAku adalah tarian yang menyuratkan gegap gempita ruangan yang hingar-bingar itu. Suara shamisenku adalah karunia yang membentangkan senyum pada setiap wajah-wajah asing di ruangan itu. Seni adalah napasku, kebahagiaan adalah hidupku, sedangkan semua...