Ohaguro

210 27 6
                                    

____________________

Ini adalah akhir bagi kamu yang menginginkan rute Odasaku/Ango.

Setelah selesai membaca, kamu bisa langsung lompat ke chapter SAYONARA, jika tak ingin melihat akhir dari rute Dazai Osamu dan Fukuzawa Yukichi.

____________________

Aku adalah geiko termasyhur di distrikku. Hampir tak ada pejabat yang tidak mengenalku, karena aku telah hadir di perjamuan para pejabat terkenal di sini setidaknya satu kali. Popularitasku bahkan mengalahkan kakak asuhku, Kouyou-neechan, tetapi hal ini tidak menjadi bahan untuk berkelahi. Ia bangga sekali denganku dan kami sering menghibur klien bersama.

Aku adalah geiko termahal di distrikku, kata mereka. Pada waktu itu usiaku baru dua puluh lima tahun, tetapi aku sanggup membayar hampir seluruh hutang-hutangku kepada okiya. Berbeda dengan teman-temanku yang banyak menghabiskan uang mereka di bar dan toko-toko kimono, aku berusaha mengembalikan semua uang yang telah dipinjamkan okiya kepadaku.

Aku tidak akan bisa lupa. Semua pakaian bagus itu, hiasan rambut, biaya sekolah seni, makanan... semuanya terus dihitung mulai dari tahap pertama aku dididik menjadi geiko, sampai saat ini. Aku tidak suka menumpuk hutang banyak-banyak. Jika semuanya sudah lunas, aku dapat hidup lebih tenang, bukan?

Pada saat itu terjadi, mungkin aku sudah memiliki adik asuh. Mungkin sudah ada geiko yang lebih baik dariku, dan aku akan mulai memikirkan bisnis di kala klienku mulai berkurang. Tidak masalah. Aku akan memiliki lebih banyak waktu untuk mendengarkan curhat Sakaguchi-san, dan juga membaca habis semua novel Oda-san.

Ah, ya. Mereka berdua masih menjadi teman baikku sampai sekarang. Meskipun aku tak pernah bisa menghubungi Oda-san yang jarang pulang sampai sekarang, aku masih menganggapnya teman baik. Aku tahu ia masih sehat di Yokohama karena baru-baru ini, Oda-san menerbitkan novel keduanya.

Sementara itu, Sakaguchi-san ini agak... unik.

Ya, unik.

Aku memang tidak tahu bagaimana persisnya pekerjaan Sakaguchi-san di kantor. Akan tetapi, aku bisa tahu betapa sibuknya ia sepanjang hari. Dalam satu bulan, paling hanya dua-tiga kali aku bisa melihatnya bersantai di kedai teh di luar jam kerjaku. Kadang, ia terlihat terlalu lelah untuk diajak bicara, sehingga waktu bertemu kami pun sangat terbatas.

Namun, Sakaguchi-san selalu memanfaatkan waktu-waktu itu dengan baik.

Pada salah satu pertemuan mendadak kami berdua di toko buku misalnya. Sakaguchi-san segera menyapa, juga bertanya kabar. Kami berbincang sedikit, lalu kukatakan bahwa aku sangat ingin membaca novel kedua Oda-san yang baru rilis pada waktu itu. Ketika aku hendak pergi, Sakaguchi-san memberikan novel itu kepadaku, masih rapi, baru saja dibayar olehnya.

Padahal, aku mengatakan itu karena aku masih belum sempat membacanya karena sibuk. Ya, aku sudah beli dengan uangku sendiri pada hari pertama buku itu terbit! Tentu saja aku tidak mengatakan ini kepada Sakaguchi-san, aku cukup berterima kasih saja. Senang sekali, aku punya dua buah buku Oda-san yang kedua.

Sejak ulang tahunku yang keduapuluhempat (itu berarti setahun yang lalu), Sakaguchi-san lebih berani. Sekiranya ia memiliki waktu kosong tetapi tidak bertemu denganku di jalan, maka ia akan mendatangi okiya-ku. Ya, dia mendatangi tempat tinggalku, dan mengajakku berjalan-jalan kalau aku bisa. Aku ingin mengkritik kebiasaan baru ini yang selalu mendadak, tetapi aku ingat lagi kalau Sakaguchi-san ini orang sibuk. Masih lebih baik bukan, daripada orang yang membuat janji dari jauh-jauh hari, tapi tiba-tiba batal mendadak, alasannya tidak jelas pula.

Red LightsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang