____________________
Ini adalah akhir bagi kamu yang menginginkan rute Fukuzawa Yukichi.
Setelah selesai membaca, kamu bisa langsung lompat ke chapter SAYONARA dan jangan kembali ke belakang jika tak ingin melihat akhir dari rute Dazai Osamu dan Odasaku/Ango.
____________________
"Nggak apa-apa kan ya," kataku agak pelan kepadanya, "kalau aku datang lagi ke Mori-sensei hari ini. Aku mau cerita lebih lengkap soal kehidupanku sekarang. Serius deh, banyak kejutannya."
Hari masih pagi, dan pakaianku sudah rapi sekali. Terlalu rapi untuk orang-orang yang mendatangi tempat ini, kurasa. Tidak masalah, bukan, karena mungkin aku tak akan datang ke sini lagi untuk waktu yang sangat lama.
Bunga dari Fukuzawa-dono kemarin masih segar di batu nisan Mori-sensei yang kudatangi hari ini.
"Jadi kan," aku menarik napas agar tidak menangis, "Mori-sensei kecelakaan. Aku benar-benar baru tahu ketika Fukuzawa-dono main ke okiya-ku. Itu seminggu setelah Mori-sensei... nah. Oke. Fukuzawa-dono diantar Mr. Fitzgerald naik mobil. Dia membawa banyak koper berisi uang untuk menebus semua hutangku kepada okiya."
Mau tidak mau, aku jadi tersenyum gara-gara teringat dengan kehebohan orang-orang di okiya-ku. Sepertinya, tidak ada yang pernah melihat uang sebanyak itu. Kata okaa-san, Fukuzawa-dono memang sudah sempat bertanya-tanya tentang aku beberapa kali, tetapi ia tidak mau menjawab jika ditanya soal menjadi danna-ku.
Ia meminta informasi ini dirahasiakan. Wajar saja, sih. Pada usiaku yang keduapuluhlima ini, aku terbilang cukup sukses sebagai geiko. Aku memang bukan nomor satu di distrikku, tetapi semua orang setidaknya tahu namaku. Sementara itu, tidak ada seorang pun yang tak pernah melihat sosok Fukuzawa-dono yang selalu bersama Mori-sensei sang dokter, sehingga kabar apa pun tentang mereka akan selalu tersebar cepat.
"Aku benar-benar tidak tahu bagaimana harus membalas budi, karena seharusnya, seorang danna punya hak lebih atas geiko yang disokong oleh uangnya. Hanya saja, Fukuzawa-dono tidak peduli dengan itu, dan lebih memilih untuk kembali ke kampung halamannya."
Kuharap, kamu mau mencoba membayangkannya sendiri, apa yang kumaksud dengan hak lebih itu. Tunggu dulu ya, aku sedang mengobrol dengan Mori-sensei. Aku janji ini yang terakhir.
"Katanya, Fukuzawa-dono punya sawah dan kebun. Hari ini, aku akan ikut pergi dengannya setelah agak memaksa. Nggak apa-apa ya, Mori-sensei, karena kurasa, ini adalah saat yang baik untukku membalas kebaikan beliau."
Aku mengucapkan selamat tinggal untuk terakhir kalinya kepada Mori-sensei.
Kemarin, aku sudah pamit kepada semua orang di okiya. Aku sudah mengucapkan perpisahan kepada Oda-san dan Sakaguchi-san. Aku sudah benar-benar siap meninggalkan semua kehidupan geiko-ku demi memulai hidup yang baru.
Rasanya aku berdebar karena pada akhirnya, aku bisa memilih nasibku sendiri.
Aku meninggalkan makam dengan perasaan lapang yang tiada terkira. Aku janji, aku akan datang ke Mori-sensei lagi. Di parkiran, aku mengetuk pintu mobil Mr. Fitzgerald yang telah mengantarkan aku ke sini. Segera ia keluar dari dalam dan membukakan pintu untukku.
"Hampir saja aku menjemputmu di sana. We're almost late!"
"Terima kasih sudah menungguku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Lights
FanfictionAku adalah tarian yang menyuratkan gegap gempita ruangan yang hingar-bingar itu. Suara shamisenku adalah karunia yang membentangkan senyum pada setiap wajah-wajah asing di ruangan itu. Seni adalah napasku, kebahagiaan adalah hidupku, sedangkan semua...