Secret Admirer

1.5K 76 0
                                    

Hari ini, hari selasa.

Ah, aku menyukainya.

Alasannya, sederhana, karena hari ini aku bisa bertatap muka dengan-nya lebih dari 2 jam lamanya. Tanpa harus diam-diam menatapnya di kantin Fakultas kala dia menikmati hidangan dan aku melewatkan itu-untung perut ku selalu pro.

Atau,

Pura-pura ke perpustakaan hanya ingin melihatnya mengerjakan Skripsi.

Pun, aku suka menemani dia di taman untuk mempersiapkan materi perkuliahan yang akan dia bawa dikelas ku. Rutinitas setiap hari selasa yang selalu aku tunggu tanpa melewatkan barang sekali.

Setelah aku memarkirkan motor Mio GT berwarna merah-hitam kesayangku, lantas aku berjalan menyusuri koridor Fakultas Ekonomi yang dimana setelah gedung ini adalah gedung Fakultasku-Teknik Informatika. Terdapat tiga jurusan disana, Rancang Bangun Software, Rancang Bangun Hardware, terakhir, Pengembangan Software dan Hardware. Tentu saja aku memilih opsi pertama karena jujur aku tidak terlalu mengerti mengenai perangkat keras.

Baiklah, sekarang aku memasuki pintu utama gedung Fakultas Teknik Informatika. Seperti biasa, aku selalu datang lebih awal satu jam sebelum mata kuliah pertama mulai dan itu sudah berlangsung lebih dari 2 bulan.

Lagi-lagi, aku sangat menyukai moment ini. Duduk di bangku belakang Fakultas di bawah pohon beringin dengan dedaunan yang begitu lebat pun ditanah terhias rumput hijau yang begitu subur. Musim semi, musim terbaik sepanjang tahun. Bunga-bunga ditaman yang bermekaran seolah ikut menertawakan kebodohan ku selama 2 bulan terakhir ini. Tanaman-tanaman ini menjadi saksi bisu akan ketololanku. Sungguh. Sedikit malu, tapi apa peduliku, kebahagiaanku sesederhana ini, melihatnya dari jarak kurang dari 5 meter tanpa sepengetahuannya membutku begitu bersyukur secara bersamaan.

Kami duduk bernaungkan satu pohon beringin. Pohon dengan ukuran paling besar di universitas ku. Pohon ini dikelilingi kursi bercat coklat. Dia duduk membelakangiku. Ya, sebenarnya aku sengaja mengambil tempat duduk dibelakangnya agar aku dengan leluasa menatapnya meski hanya pundaknya saja.

Aku kasi tau, ketika kamu menyukai seseorang maka segala sesuatu yang ada apadanya terlihat luar biasa keren dan baik dimatamu. Serius.

Aku memutar kursi berukuran sedang yang biasa aku pakai menjadi searah dengan kursi miliknya. Sekarang aku bebas melihat dari sini. Aku mengeluarkan handphone sekaligus headset dari dalam tas ranselku lalu menyumbat kedua telinga lantas memutar lagu yang ada di playlist salah satu aplikasi pemutar music milikku.

Dia duduk bersandar di sisi kursi panjang itu. Tak lupa, ia melepaskan sepatu kets berwarna hitam-putih di bawah kursi. Laptop berwarna hitam miliknya dia pangku dipaha dengan dua kaki panjang itu terlipat di atas kursi. Headset berwarna yang senada dengan laptop pun menyumbat kedua telinga.

Ah, terakhir pahatan wajah terlampau tampan itu. Hidungnya mancung, kedua alis yang sedikit tebal pun bibir tipisnya. Bibir itu selalu membuatku susah menelan ludah juga lupa bernafas kala dia mengulum, tak jarang dia menggigit sedikit ujungnya apalagi membasahinya dengan lidah. Sial sekali, hanya karena hal ketidaksengajaan itu, berhasil membuat pikiran polos ku ternodai dan berakhir meliar kemana-mana.

Sengaja, tadi aku berjalan didepannya ketika keluar dari pintu belakang Fakultas, hanya ingin melihat wajah tampan itu. Tentu saja tanpa sepengetahuannya karena dia begitu serius menatap laptop miliknya.

Wah!

Menjadi pengagum rahasia itu sungguh tidak mengenakan.

Berada didekat orang yang kita sukai, rasanya waktu berlalu begitu cepat. Aku pikir, baru beberapa menit yang lalu aku mendaratkan bokong di bangku ini, tapi, kini alarm di smartphone ku sudah berbunyi menandakan kurang 10 menit, jam 8 pagi. Artinya, sudah 50 menit aku duduk disini, menemani pria bersurai hitam kecoklatan itu, secara tidak langsung. Tak sekalipun kata bosan terlintas dibenak karena melihatnya begitu serius dengan tangan lihainya menari diatas keyboard sungguh membuatku semakin menyukainya.

Tidak perlu memberi peringatan akan mata kuliah pertama yang sebentar lagi mulai. Tenang saja, aku akan pergi dari tempat ini. Aku juga tidak ingin mengambil resiko karena dia juga pasti akan meninggalkan tempat ini setelah aku pergi.

.

.

.

.

"Yoo Jung-ah!"

Aku pun menoleh ke arah sumber suara. Disana, sekitar 10 meter jarak kita. Dia melangkahkan kakinya lebih cepat hingga kini tepat berada disampingku.

"Yuk." Ucapnya lagi seraya menggandeng lengan kanan ku lalu kami berdua masuk ke dalam kelas. Padahal tadi aku akan melangkah masuk tapi dicegah oleh suara cempreng ini. Dia, Han Soo hyun, sahabatku dari SMP hingga kuliah.

Perempuan gila ini berani bertaruh dengan kedua orang tuanya hanya karena ingin satu kampus juga sejurusan dengan ku. Dasar gila. Orang tuanya menyuruh dia untuk mengambil manajemen bisnis di London tapi dia dengan seenak jidat menolak dan mengancam ingin kabur dari rumah jika dipaksa apalagi menolak permintaannya.

Kami berdua duduk di bangku ke dua dari depan. Aku sempat melirik jam di handphone ku, kurang 5 menit jam 8. "Dia pasti sudah pergi dari sana." Ucap ku dalam hati.

"Semalam, kau dimana?" tanya Soo Hyun sambil menatapku yang sedang mengeluarkan laptop dari dalam tas.

aku balik menatapnya setelah menekan tombol power."Tidak kemana-mana. Memangnya kenapa?"

"Tidak. Aku hanya frustasi menelpon mu, mau bertanya soal tugas tapi nomor tidak aktif hingga tengah malam dan aku tertidur."

"Ah, maaf. Aku terlalu serius mengerjakan tugas kita hingga tidak tau kalau batrei hp ku kosong."

Sungguh, aku lupa mengecek HP ku. Tetapi sore sebelum itu kami sudah mengerjakan tugas ini di salah satu café dekat rumahnya. Kami sudah membuat perancangan secara garis besarnya hanya aku tinggal melengkapi beberapa bagian lalu print out.

Setelah itu, aku lanjut menulis cerita tidak jelasku hingga mengantuk dan tidur.

"Bagaimana tugasnya, apa sudah kau print?"

"Tentu saja sudah."

Aku mengeluarkan kertas itu lalu menunjukan kepada Soo Hyun, di sambut senyum lebar olehnya. Dia membalikan lembar per lembar perancangan rencana aplikasi sederhana untuk mata kuliah 'Rancang Bangun Game Online' itu. Aku kembali fokus dengan laptop ku namun sebuah suara berhasil menghentikan itu.

"Selamat pagi!"

Suara itu. Tanpa aku melihat pun aku tahu siapa pemilik suara bass ini. Aku sedikit mengulum senyum lalu kembali memberikan raut datar dan menatap ke arah depan-dimana pemilik suara berada.

Aku menggigit ujung penaku lalu berbicara dalam hati sambil melihat gerak-geriknya. "Tas ranselnya ia letakan diatas meja, laptopnya dia kelurkan lalu menekan tombol power. Sambil menunggu, dia mengeluarkan HP dari dalam saku celana lalu menonaktifkan benda pipih itu. Terakhir, ini saat yang paling aku tunggu, dia tersenyum."

Senyum kotak itu. Aku merasa kembali menjadi perempuan tolol karena hati ku kembali dibuat meleleh hanya karena senyum itu. Senyum hangat dan begitu tulus.

Ah, aku suka sekali. Sangat.

"Apa kabar semuanya?!" tanyanya dengan senyum yang masih merekah.

"Baik!" Jawab semua serentak.

"Sesuai perjanjian kita minggu lalu, hari ini akan ada 10 kelompok yang akan mempresentasikan tugasnya. Bagi kelompok yang ingin presentasi, saya kasih waktu 5 menit untuk presentasi dan 5 menit untuk kelompok lain bertanya. Yang bersedia, silahkan ajungkan tangan." Ucapnya.

"Kita juga presentasi, yuk."

Itu suara Soo Hyun. Aku melotot tidak percaya dengan yang dia ucap. Ditambah, kini tangannya sudah mengudara tanpa menunggu jawabanku. Aku tau, dia pasti sengaja karena dia tau kalau aku menyukai pria yang berdiri didepan itu.



TBC

My Happiness |END|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang