10.Misteri(2)

27 1 0
                                    

Author's POV~

Di sudut ruangan yang sepi, terdapat beberapa gadis yang tampak sedang berbincang.

"eh, Bil. Loe udah denger belum kalau si Khai itu kemaren kejebak di ruang ganti. Ih serem banget kan" kata cewek itu ke pada kedua temannya.

Cewek itu adalah Selina, dia salah satu teman atau bisa dikatakan sahabatnya Billa si ketua cewek centil dan tukang bully di sekolah itu. Billa adalah gadis yang cantik namun sombong dengan kekuasaan yang dia miliki walaupun dia tidak lebih berkuasa dari Khai, tapi tetap saja dia tak pernah menyerah ingin menghancurkan Khai. Padahal kemungkinan terbesarnya adalah bisa saja dia yang hancur terlebih dahulu.

Billa memiliki dua sahabat yang tak jauh berbeda sifatnya dari dirinya. Mereka adalah Selina dan Diana.

"gue udah denger kok berita itu, menurut gue, itu malah bagus. Biarin aja dia mati sekalian" kata Billa pada kedua sahabatnya.

"iih Bil, loe kok sadis banget. Kasian tau kalau dia mati nanti keluarga dia sedih, terus nanti dia gentayang gimana. " kata Diana. Ya itu lah Diana dengan kepolosannya. Namun terpengaruh akan pikiran jahat dari Billa.

"iish, bego banget sih loe Na. Ya bagus dong kalau si Khai itu gak ada, otomatis cuma kita yang berkuasa di sekolah ini" kata Selin.

"iya juga yah, yaudah deh bagus dia digangguin terus sama tuh hantu" kata Diana membenarkan ucapan kedua temannya.

Billa tersenyum licik, dia sedang merencanakan sesuatu di otaknya.

•••••

Di sisi lain, Khai sedang duduk di sofa sambil menatap tv di depannya. Namun bukan siaran tv yang dia perhatikan, tapi pikirannya melayang jauh memikirkan kejadian ganjal yang di laluinya akhir-akhir ini.

Ade datang memperhatikan Khai, dia mendekati dan duduk di samping Khai.

"Khai, loe napa dah malah ngelamun. Nanti kesambet baru tau rasa loe." ucap Ade menyadarkan lamunan Khai

"eh, gak kok. Siapa juga yang melamun, sotoy loe" kata Khai mengelak. Dia tidak mau abangnya tau masalah yang dia alamin belakangan ini.

"hmzz.. Kaya nya gue tau deh apa yang loe lamunin. Gue udah denger kok berita loe yang kekunci diruang ganti" kata Ade sambil menatap Khai lekat.

"ee.. Loe tau dari mana? "tanya Khai gelagapan.

"berita loe udah menyebar satu sekolah tau gak Khai. Siapa yang gak tau berita heboh kaya gitu, apa lagi yang ngalamin kali ini itu loe" kata Ade.

"hmzz. Ya gimana ya, gue juga gak ngerti sama kejadian itu. Kenapa gue bisa ke kunci, siapa yang ngunci, gak mungkin kan makhluk halus, hantu atau semacamnya" kata Khai sambil berfikir.

"lagi pun mana ada hantu di pagi hari, ya gue takut sih. Cuman ya gimana ya gue juga bingung." lanjut Khai.

"dek, loe tenang aja ya. Gue bakalan selidikin masalah itu. Dan gue minta loe mulai sekarang jangan pernah sendirian tanpa ditemanin siapapun ok" pinta Ade pada Khai.

"gue juga mau selidikin masalah ini" kata Khai.

"ini terlalu beresiko buat loe Khai, karena sasaran utama itu elo" kata Ade berusaha meyakinkan Khai agar dia tidak ikut dalam rencana ini

"karena sasarannya gue, makanya gue harus tau dan harus ikut andil dalam nyelesaiin masalah ini" kata Khai.

Ade bingung harus bagaimana, apakah dia harus membiarkan Khai ikut dalam menyelidiki masalah yang menimpa Khai, atau berusaha menjaga dan menyembunyikan Khai untuk sementara sampai masalah itu terpecahkan.

"yaudah, loe boleh ikut. Tapi gue minta loe harus hati-hati. Nanti malam kita bahas rencana pertama" kata Ade pada Khai. Lalu pergi ke kamarnya meninggalkan Khai di sana.
Khai mengembangkan senyumnya, dia merasa seperti detektif sekarang. Karena dia akan menyelidiki masalah ini. Walaupun dengan bantuan abangnya.

Dia beranjak dari duduknya, dan pergi ke lantai atas menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Khai duduk di tepi ranjang. Dia mengambil hp yang berada di samping bantal. Lalu membuka applikasi Wa dan mulai mencari nama Lisha di sana. Khai mengetikkan sesuatu dan mengirimnya.

Tak lama Lisha pun membalas pesan dari Khai.

Khai.
Lish, loe dimana?  Bisa ketemu gak?  Atau loe bisa kerumah gue sekarang?

Lisha
Lah, ngapain loe nyuruh gue kerumah loe. Tumben tumbenan, loe gak lagi kesambet kan pake acara ngundang gue kerumah loe?

Khai
Ya elah loe bisa gak sehari aja iyain apa yang gue minta.

Lisha
Iya deh iya. Nih gue otw.

Lisha
Woy, gue kena macet nih. Aaah.. Setres gue rasa nya pengen jalan kaki aja kerumah loe.

Khai tersenyum simpul melihat balasan chat dari Lisha. Gadis itu memang selalu bisa membuat Khai tersenyum walau hanya dengan kata kata yang menurut orang lain biasa biasa saja. Tapi bagi Khai, Lisha sangatlah menggemaskan.

"huh, dasar. Untung gue sayang banget" kata Khai dalam hati.

Harapan dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang