12.Rencana(2)

17 1 0
                                    

Kini Khai, Lisha, dan Ade sedang berada di perpustakaan di rumahnya. Mereka sedang membicarakan hal mengenai rencana penyelidikan ruang ganti cewek di sekolah mereka.

Ade selaku yang tertua diantara mereka bertiga membuka bicara dan mengemukakan ide nya.

"jadi rencana kita dimulai dari....." Ade pun memberitahu ide yang dia punya.

Sedang Khai dan Lisha hanya menyimak dan menuruti saja rencana pertama dari Ade.

"ok, kita setuju" jawab Khai dan Lisha kompak.

•••

Keesokan harinya, di sekolah.

Khai POV~

Pagi Ini gue kesekolah bareng Lisha dan Ade. Sesampainya kami di sekolah gue ngeliat Billa and the genk udah di kelas. Gak biasanya mereka datang ke sekolah sepagi ini.

"Lish, tumben-tumbenan tuh Billa dkk udah ada dikelas sepagi ini. Gue curiga deh sama mereka" bisik gue ke Lisha.

"iya, gue juga sepemikiran sama loe" kata Lisha ke gue. Kami masih sibuk berbisik.

Billa yang sadar kehadiran kami, melirik ke arah gue, lalu mengalihkan pandangannya dan langsung mengajak antek-anteknya keluar dari kelas.

Sebelum mereka menghilang dari pintu, Billa memberi tatapan tajam serta senyum sinis ke gue. Gue sama sekali gak peduliin mereka.

Gue langsung duduk di kursi dan meletakkan sebuah buku diatas meja dan mengambil pena di dalam tas.

Gue menuliskan sesuatu di lembaran buku itu, kemudian lembaran itu gue sobek dan gue remas. Kertas yang sudah tak berbentuk itu gue lempar dan pas mengenai meja Billa.

Jangan tanya apa yang gue tulis dikertas itu, karena akan ada sesuatu yang seru akan terjadi setelah Billa dan antek-anteknya itu membaca tulisan dikertas itu.

Tak lama kemudian bel pun berbunyi menandakan jam pertama akan segera dimulai.

Siswa-siswi berhamburan memasuki kelas mereka masing-masing, namun masih saja ada yang sengaja melambatkan langkah malas menuju kelas.

Gue hanya memerhatikan sekitar,dan tak lama guru pun masuk. Pelajaran pertama dimulai dengan keheningan.

Ya mungkin karena masih pagi, jadi murid-murid masih pada ngantuk dan males buat ngeribut.

Gue cuma merhatiin guru selama setengah jam, dan setengah jam berikutnya sampe jam istirahat gue pake buat tidur. Masa bodo dengan guru yang lagi nerangin, karena gue merasa sedang di dongeng pagi pagi gini.

Sekitar sejam gue tidur selama pelajaran berlangsung, gak kerasa ternyata bel istirahat udah bunyi. Gue bangun dan melihat kesamping dimana Lisha sedang duduk sambil memperhatikan hpnya.

"woy, Lish, kantin kuy, laper nih gue" ajak gue ke Lisha.

"loe kerjanya kalau gak tidur ya makan, itu doang, tapi badan loe tetep aja segitu gitu mulu. Iri gue jadinya" kata Lisha sambil menampakkan tampang yang menurut gue konyol itu.

"iri iri pala loe, loe udag body goals gitu masih aja suka ngiri. Heran dah gue" jawab gue sambil menoyor kepala Lisha.

"huh, bagus banget ya kelakuan loe main noyor-noyor pala orang sembarangan,nih rasain" Lisha membalas.

"iihh.. Lishaaa" teriak gue ke Lisha karena Lisha kabur dan meninggalkan gue.

"temen tuh gitu, giliran diajakin, ditungguin, eh tau nya malah kite ditinggalin" gue cuma bisa pasrah,dan langsung menyusul Lisha ke kantin.

Di kantin

"eh,, eh, Khai..loe liat deh. Itu si Billa keg nya ketakutan gitu mukanya" kata Lisha ke gue sambil nunjuk keberadaan Billa and the genk.

"hm, kaya nya bakalan makin seru nih Lish" kata gue dengan seringaian yang penuh arti

"sepertinya sih begitu nces" jawab Lisha.

"nces,, ncess paan. Loe kira gue bayi yang suka ngences hah! "omel gue ke Lisha.

"ya kan emang" jawab Lisha seolah tak peduli.

"gue kutuk juga loe lama lama durhakanya kebangetan" kata gue sambil menjitak kepala Lisha.

"sakit tau mak.  Ampuni anak mu yang tak berdosa dan imut imut ini mak" kata Lisha sok dramatis dengan ekspresi yang menjijikkan.

"eeuhh.. Jijay Lish,, jijay gue sumpah. Kantung kresek mana? pen muntah gue" balas gue dengan gaya seolah olah ingin muntah.

••

Author POV~

Disisi lain, Billa tengah memikirkan isi dari kertas yang ditemui dimejanya tadi pagi.

Itu membuatnya sedikit takut dan waspada. Karena dia tidak ingin semua rencana nya hancur saat baru memulainya.

"gue harus cari tau siapa yang berani beraninya ngamcam gue lewat kertas kaya gitu. Pengecut!" Billa membatin dan terus saja berperang dengan pikirannya mengenai tulisan itu.

"loe gak akan hidup dengan tenang Billa sayang! Karena loe udah berani memulai permainan ini, maka loe harus menghadapinya sampai selesai ok! Selamat bersenang senang dengan ketakutan!  Hahaha"  Itu lah isi dari kertas yang di temui di mejanya.

"Sialan!!!" Billa menghentakkan meja dengan sangat keras hingga semua mata tertuju pada nya.

Semua orang yang berada di kantin memandang Billa dengan tatap heran, mereka seolah menganggap Billa sudah tak waras.

"Bil, loe ngapa dah, aneh bet dari tadi? Apa loe masih mikirin kertas tadi?" Tanya Diana.

"udah lah, ngapain loe mikirin kertas ancaman kaya gitu, itu gak penting tau Bil, Lagian mana mungkin ada yang berani macem macem sama loe" kini Selina yang bersuara.

"loe pikir gue bisa tenang, ancaman itu gak main-main! Dan gue harus tetap waspada sama apa yang bakalan terjadi. Gue mau loe berdua cari tau siapa yang berani-berani ngancem gue! Ngerti! " Billa menyuruh Selina dan Diana untuk mencari tau siapa orang itu.

"aah, iya deh gue bantuin" jawab mereka pasrah jika Billa sudah memerintahkan mereka.

Harapan dan TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang