Terlalu cepat menentukan keputusan tanpa memikirkan, adalah sebuah kesalahan.
~Leo_Arfan_Muhammad~
====================================
Sesampainya di Makassar tidak membuatku merasa kelelahan. Aku berniat hangout sebentar menikmati suasana kota Makassar.
"Yah, Leo mau jalan-jalan bentar," teriakku pada Ayah di ambang pintu.
"Leo!!" Teriak Ayah balik.
"Iya," jawabku singkat.
"Sini kamu," perintah Ayah tegas.
"Leo, cuma mau jalan-jalan bentar Ayah, ke Lapangan Karebosi doang kok, boleh kan?," balasku sedikit lemah lembut biar Ayah luluh.
"Kamu ini, kalau Ayah bilang sini ya ke sini."
Mendengar teriakan Ayah membuatku menghela nafas dan berjalan mendekatinya. Ayah memang selalu jadi teman yang asyik tapi kalau sudah marah Aku juga masih takut.
"Iya Ayah Leo disini," ujarku lesu.
"Kamu ini gak liat Ayah lagi ngapain?" Ayah menatapku tajam.
"Liat ko----" Aku terkesiap belum saja ucapanku selesai Ayah sudah bersuara lagi.
"Bukannya bantuin Ayah malah mau cabut. Mau Ayah keluarin dari kartu keluarga, Ha?" Ancam Ayah.
"Iya, Ayah Leo bantuin." Aku beranjak dari posisiku mendekat kekardus. Ayah tuh ada-ada ajah masa anak sendiri mau dikeluarin dari kartu keluarga. Yakali nanti Aku tinggal dimana. Gak mungkin juga di bawah fly over kan? Secara ganteng gini.
"Ini taro di mana, Yah?" Aku mengangkat sebuah bingkai foto cukup besar dengan ukiran kayunya yang indah. Setelah kuperhatikan ternyata foto pernikahan Ayah dan Mama.
"Gantung di atas sana saja, Ayah sudah pasang paku juga tadi. Hati-hati ngangkatnya nanti pecah. Kalau pecah Ayah gak kasih uang jajan."
Parah Ayah kenapa kejam.
"Leo bukan anak kecil lagi, Yah." Barusaja kaki kananku hendak melangkah Ayah bersuara lagi.
"Ehh.. leo nanti kamu angkat semua koper ke lantai atas nanti baju Ayah biar Ayah yang rapikan. Jangan lupa kardusnya di bawa ke gudang belakang dulu. Sekalian juga sapu dikit nih lantainya berdebu. Kalau di belakang ada kain pel sekalian terasnya di pel juga," titah Ayah panjang lebar, jika kalian penasaran Aku sudah menganga dari tadi. Ayah kira Aku ini pembantu. Astaga Ayah jahat sama Leo. Aku jengah setengah mati.
"Leo? Hoii."
"Hee?" Sumpah Aku tidak fokus.
"Ngapain kamu masih berdiri disitu. Kalau kamu gak gera---"
"Oke siap boss lanjutkan." Aku terpaksa memotong ucapan Ayah, sebelum melebar ke sana kemari sampai ke Bali.
Aku beranjak menggantung bingkai yang sedari tadi ku pegang. Ternyata berat juga.
"Awas nanti jatuh," teriak Ayah saat Aku memasang bingkai itu di dinding.
Aku mendengus, "Iya, Ayah."
"Yah, mama kok bisa suka sama Ayah sih?" Tanyaku tiba-tiba disela Aku membetulkan letak bingkai itu. Aku penasaran ajah.
"Kenapa nanya begitu?" Kata Ayah heran.
"Yaaa... abis secara Mama kan cantik tuh, kok bisa nikah sama Ayah," ujarku dengan aksen yang dibuat-buat seraya berjalan ke arah Ayah yang tengah makan kacang. Kalian tahu kulitnya berserakan di lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAM
Teen Fiction(^Update Selasa^) Siapa yang tahu rahasia Tuhan? Cukup jadi pelaku terbaik bagi skenario hidupmu. Masa lalu jangan dijadikan beban tapi jadikan pijakan untuk mendatangkan harapan yang lebih baik. Cover by Me📍