11

36 2 2
                                    

(Mulmed is Masjid Amirul Mukminin a.k.a Masjid Terapung Makassar)

====================================

Sahabat bukan dia yang datang hanya saat butuh lalu pergi ketika membaik, tapi dia yang datang dengan sendirinya saat kita membutuhkannya dan tidak pergi dalam kondisi apapun.

~Unknow~

====================================

Leo Pov:

Barusaja aku menunaikan ibadah salat Magrib di Masjid Amirul Mukminin yang berada di Pantai Losari. Jaraknya sekitar 1 km dari Anjungan. Sebelum salat, aku sempat berbincang dengan pengelola masjid. Sebagai seseorang yang suka hal-hal unik dan menarik membuatku ingin mengetahui banyak hal, terutama masjid ini. Ternyata warga Makassar lazim menyebut masjid ini dengan 'Masjid Terapung" karena berada di timur laut Pantai Losari. Masjid ini pun diklaim menjadi masjid terapung pertama di Indonesia dan dapat menampung sekitar 400 sampai 500 jamaah. Masjid ini berlantai tiga dengan kubah masjid berwarna biru yang unik.

Menurut pengelola, masjid ini menjadi simbol kebanggaan masyarakat Makassar yang mayoritas muslim. Aku sangat mengagumi Masjid ini sejak pertama melihatnya, sangat unik dan berada di tempat strategis. Masjid ini dibangun dengan konsep floating mosque. Dibangun di atas tumpukan beton yang didorong ke dasar-dasar laut sehingga bentuknya menyerupai rumah panggung tradisional Makassar serta Bugis.

Sebelum keluar, Aku berniat membaca Al-Qur'an terlebih dahulu. Aku tidak ingat kapan terakhir aku membaca Surat Cinta dari Allah SWT. itu. Astagfirullah. Apa yang selama ini aku lakukan hingga melupakan kewajiban yang satu ini.

Bukannya aku pamer dan sejenisnya. Tapi Ayah mengatakan bahwa diriku dulu pernah mendapat juara satu dalam lomba membaca Al-Quran saat TK. Katanya suaraku merdu. Aku sendiri tidak percaya. Namun, Ayah memperlihatkan piagam dan di sana benar namaku yang tercantum. Sudah sangat lama hingga aku melupakannya. Anehnya aku sama sekali lupa apakah aku pernah menuntut ilmu di Taman Kanak-kanak atau tidak.

Aku bangkit dari tempatku. Beranjak menuju sebuah rak yang digunakan untuk menyimpan Al-Qur'an. Tanganku hendak meraih Kitab Suci itu, akan tetapi Kitab Suci itu telah berpindah di tangan sesorang.

"Eh, kamu juga mau baca ya?" tanya cowok agak gondrong di depanku.

Baiklah saat ini, aku tidak tahu ekspresi apa yang ditampilkan wajahku. Aku sangat berusaha menormalkan ekspresiku. Cowok yang berada di depanku benar nyata. Ya. Dia adalah cowok yang bersama Keisha tadi yang kuyakini kekasihnya. Melafalkan kata 'kekasih' sungguh membuat salah satu daging di organ tubuhku seperti tertusuk pedang lalu tersiram perasan jeruk nipis.

Ya Tuhan, seharusnya aku tidak merasakan hal ini. Ada apa ini, tidak biasanya seorang Leo menjadi seperti ini.

"Hmm... permisi, kalau mau baca silahkan," suara cowok yang kuyakini lebih tua dariku itu membuyarkan pikiran yang menggeliat di otakku. Ia menyodorkan Al-Qur'an ke arahku.

"Eh, tidak. Kamu saja, kan kamu yang duluan," ujarku sopan berusaha senormal mungkin.

Cowok itu nampak berpikir sejenak, "Baiklah. Kalau boleh tahu nama kamu siapa?" tanya cowok itu. Mungkin sekedar basa basi aku tidak tahu.

"Panggil saja Leo," kataku menyunggingkan senyum.

"Ryan."

Kami saling berjabat tangan. Ryan juga tersenyum kearahku. Hingga suara ponsel terdengar, tidak nyaring. Hanya saja telingaku teramat peka.

LAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang