4

55 9 0
                                    

Adil itu tidak harus sama dan seimbang, tapi adil itu harus sesuai kebutuhan.
Sebab jika kau merasa cukup dan menerima, disanalah keadilan itu kau rasakan.

~Leo_Arfan_Muhammad~

====================================


"Waddawww... sial apes,"

Aku mengumpat kesal. Seperti yang kalian tahu tadi malam, aku benar tidak bisa tidur. Badanku pegal semua bahkan sampai pagi ini. Mataku baru bisa di nina boboin setelah jam 3 lewat dan beginilah hasilnya, aku baru bangun 17 menit sebelum pukul 7. Sementara hari ini hari pertama sekolah. Yakali aku baru masuk sudah di cap pemalas dan kurang disiplin. Bahkan aku tidak sholat subuh. Astagfirullah....

Sialnya karena tergesa-gesa aku terpeleset manja oleh kaos oblong dengan bodohnya aku lempar sembarang arah saat ku lepas tadi, membuat sang pantat mendarat mulus di lantai.

"Duhh... pantat gue." Aku meringis, sakit sumpah kaya mau lepas. Belum lagi badanku masih nyeri.

Oh Tuhan inikah cobaan.

"Leoo... cepat Nak! Ayah sudah telat ini, atau ayah berangkat duluan. Kamu naik angkot ya?" teriak Ayah di balik pintu kamar.

Ohh tidakk.. apa tadi Ayah bilang 'angkot'. Astaga!! Leo mana pernah naik angkot. Biasanya juga nebeng Ayah.

"Tungguin Leo Ayah..!! Duhh.. Leo baru mau mandi," teriakku balik.

"Astaga Leo, jam segini kamu baru mau mandi," sembur Ayah.

"Jangan bilang kalau kamu begadang? Kamu naik angkot saja, Ayah sudah telat,"

"Tapi.. Yah. Leo gak tahu naik angkot," ucapku meringis berusaha bangkit berdiri.

"Gak ada tapian. Ayah sudah telat, gak sempat nunggu kamu. Oiya, satu lagi sarapan ada di meja makan. Ayah juga taro uang jajan nanti ayah tambahin ongkos angkot. Kalau pulang Ayah usahain jemput jadi hp kamu jangan sampai mati. Oke sipp ayah pergi."

Aku diam seiring hilangnya suara langkah kaki ayah menuruni tangga. Pasrah. Hanya itu kemampuanku.

"Apes..apes.."

Sepanjang aku mandi tak hentinya aku menggerutu banyak hal. Bahkan aku tidak sadar kalau sudah selesai berkemas. Sebenarnya kalau Ayah sabaran dikit, aku juga bisa cepet selesainya.

Setelah siap dengan seragam dan sepatu, tak lupa pula topi yang selalu bertengger di kepalaku jika akan keluar. Aku mengedarkan pandangan mencari sesuatu.

"Duhh.. tas gue mana ya?" tanyaku pada diriku. Sampai aku teringat sesuatu.

"Mampus. Gue gak ada tas, gak ada buku lantas bagaimana aku sekolah." Yang bisa aku lakukan hanya memukul jidat lantas menggaruk kepala kasar.

"Leo kenapa lo harus kelewat pintar ninggalin tas sekolah lo. Kayanya gue harus di rukiyah terus mandi kembang tujuh rupa biar otak gue bisa berfikir rasional," gerutuku tidak jelas.

"Gue harus apa? Ahh.. iya hp. Gue harus telpon Ayah."

Baru saja aku hendak meraih hp ku yang stay dengan charger. Seisi ruangan sudah diisi lagu Shawn Mendes-Imagination yang menjadi nada dering hpku.

"Ayah. Pas banget," kuraih benda pipih itu. Baru saja aku ingin mengucapkan salam. Ayah sudah menyemburku.

"Leoo!!! Kamu belum berangkat juga. Kepsek telpon Ayah katanya kamu belum datang. Ini anak, udah Ayah bilang tadi malam jangan begadang masih saja begadang. Jadi telat kan."

LAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang