12

25 4 0
                                    

(Mulmed is Leo a.k.a Syakir Daulay)

===================================

Tidak ada yang tahu kapan kematian itu datang, tapi satu yang harus
dikayakini bahwa hal itu akan tiba pada waktunya.

~Unknow~

===================================

Author Pov:

Langit makin perkasa dengan taburan bintang kerlap-kerlip seakan ikut meramaikan indahnya malam Ahad kali ini. Malam ini sungguh menyenangkan bagi kakak-beradik yang saling melempar kalimat, seraya menyantap makanan yang tersaji di hadapan mereka.

"Kapan terakhir makan sih? Pelan-pelan kali dek. Belepotan kemana-mana tuh. Gak enak tau dilihatnya," Ryan menegur Keisha yang makan berantakan.

"Astagfirullah, Eis lupa. Kalau makan gak boleh terburu-buru nanti makannya sama setan."

"Nah, itu tau."

"Kelupaan kak, Eis dibutakan oleh enaknya pisang epe ini," ucap Keisha berbinar seperti anak kecil.

Ryan tidak habis pikir dengan adik satu-satunya itu. Sudah seberapa lama adiknya tidak makan pisang epe hingga reaksinya seperti itu. Apa mungkin Ryan sudah terlalu lama tidak mengajak adiknya jalan-jalan. Sepertinya Ryan harus sering-sering mengajak adiknya jalan-jalan.

"Enak banget emang ya, dek?"

"He em..."

Keisha hanya membalas singkat karena mulutnya penuh dengan pisang epe. Ryan tersenyum tulus. Mengelus puncak kepala sang adik dengan sayang. Sungguh ia merindukan saat seperti ini, makan bersama adiknya yang satu tahun terakhir ini ia abaikan, dikarenakan dunia perkuliahan yang padat.

"Kakak gak makan?" tanya Keisha kemudian, baru sadar kalau hanya dirinya yang makan.

"Eis ajah yang makan, kakak masih kenyang."

"Oke deh, kak."

"Iya. Abis ini langsung pulang ya, dek. Sudah larut ini," ujar Ryan mengingatkan.

"Besok kan, Eis libur kak."

"Tau. Tapi begadang juga gak baik bagi kesehatan, dek."

"Gak baik kata, tapi tiap hari pulang jam empat," kata Keisha lembut tapi juga menyinggung sang kakak.

Ryan langsung menoleh dan mengintimidasi, "Kamu singgung kakak?"

"Gak kok, kak."

Keisha cepat meralat, ketika menemukan wajah menyeramkan Ryan. Sanggup membuatnya bergidik ngeri.

***

Sementara itu Leo terjebak dalam kurungan Won yang menyeretnya menuju tempat makan. Seperti keputusan sepihak Won tadi yang menyatakan bahwa Leo-lah yang harus mentraktirnya.

"Cepetan dikit dong, bro. Dari tadi ini perut sudah ngamuk."

Leo hanya memutar bola mata. Tak urung tetap mengikuti keinginan Won. Tak habis pikir, kemana semua makanan di rumah Won hingga ia kelaparan, padahal Won baru saja dari rumah. Sementara Leo tidak tahu ia akan di bawa kemana, ia hanya harus mengelus dompetnya yang sebentar lagi akan menipis.

"Pisang epe kayanya enak ya?" tanya Won menatap jajaran penjual makanan, "Menurut kamu gimana, Leo?"

"Terserah."

"Oke. Kita makan pisang epe, yuhuuuu!!" teriak Won kegirangan membuat beberapa orang sekitar memandangnya aneh.

"Berisik, diliatin tuh?" kata Leo kemudian menunjuk sekeliling dengan dagu.

LAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang