"Kai,"
Aku membuka mata perlahan. Sadar seseorang menepuk pipi kananku pelan."Hm?"
"Bangun."
Aku mengucek kedua mata dan kesadaranku perlahan mulai utuh bersamaan dengan tubuhku yang bangun dari sandaran...
Kak Rafa?!!
Reflek kedua mataku melotot lebar. Demi apa gue tidur di bahunya Kak Rafa?
"Lo kenapa?" tanya Rafa heran.
Aku yang sadar akan tingkah konyolku, segera menggeleng singkat lalu mengedarkan pandangan ke setiap sudut kereta.
Melihat sekeliling yang sepi dari penumpang juga pintu kereta yang terbuka semua, membuat kerutan di dahiku tercetak. "Udah sampe?" tanyaku serak.
Rafa mengakat kedua bahu, "Kelewatan. Kita di stasiun Jakarta Kota."
Aku menguap sesaat, "Kok bisa?"
"Gue ketiduran. Tadi aja dibangunin sama petugas keretanya."
Aku mengangguk-anggukan kepala sembari bergumam oh panjang. Kedua mataku lantas melirik arloji biru yang melingkar manis di pergelangan tangan.
Sudah pukul tiga sore. Tepat jam pulang sekolah berbunyi.
Aku menoleh ke arah Rafa, "Kak Rafa mau langsung pulang?"
"Lo?"
Lagi, aku menguap lebar dan kepala yang menggeleng, "Nggak."
"Emang nggak dicariin nyokap kalo pulang telat?" Rafa bangkit dari duduknya ketika dua petugas kebersihan kereta datang dari arah kiri.
Aku mengikut pergerakan Rafa yang melangkah keluar badan kereta, "Bisa izin." Rafa menoleh, "lagian juga, nggak ada siapa-siapa di rumah. Bosen. Mending gue jalan-jalan aja di sini."
Kening Rafa berkerut, "Emang nyokap lo kemana?"
"Nginep di rumah nenek."
Rafa mengangguk-anggukan kepala. Berjalan beriringan dalam keheningan. Rafa yang fokus pada sekitar, dan aku yang fokus mengambil kesadaran yang belum sepenuhnya utuh.
"Jadi?" Rafa menghentikan langkah. Otomatis, aku melakukan hal yang sama. "Kita mau kemana?"
Aku menatap Rafa heran. Memangnya dia tidak mau pulang? Setahuku, Rafa orang yang sibuk. Penuh dengan kegiatan belajar. Maklum, sudah kelas dua belas.
Jadi aku bertanya, "Kak Rafa nggak pulang?"
Sebelah alis Rafa naik, "Ngusir ceritanya?"
Reflek aku mengeleng kuat, "Nggak, kok nggak." Rafa terus menatapku. Samar, aku melihat senyum tipis di wajahnya. Ada maksud menggoda. "maksud gue, lo 'kan udah kelas dua belas. Siapa tahu ada les."
Rafa membuang pandangannya ke arah lain, sedang bibirnya membentuk senyum tipis, "Les mah bisa kapan-kapan." Dia melirik ke arahku sesaat, "yang penting nikmatin momen yang ada aja dulu."
Aku reflek membuang muka. Perlahan wajahku kembali memanas. Maksudku, jadi Rafa menimati momen bersamaku? Dia suka bersamaku hari ini? Atau bagaimana?
"Jadi, kita mau kemana sekarang?" Rafa kembali bersuara.
Otomatis, aku kembali menoleh ke arahnya. Senyum lebar yang sarat akan antusias aku tunjukan tanpa ragu.
"Kotu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
happy hours
Short StoryUntuk pertama kalinya, Kaila bersyukur datang terlambat. Copyright @2018 by Vanillopa