Epilogue : Good Goodbye

828 85 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.





"Sudah selesai?"

Seketika tangan waktu kembali berdetik.

"Ah- belum, masih banyak,"

"Mau kubantu?"




Duduk disebelahnya tiba-tiba, terburu tangannya jadi merapikan lembaran foto, polaroid, yang sedari tadi dipandangnya, habis hampir setengah jam. Memasukkannya asal kembali dalam buku.

"Tidak, tidak usah,"







Kemudian buku itu dimasukkan dalam kardus, beserta barang lainnya. Dengan cekatan menutup rapat bagian atas dengan solatip.

Menutupnya rapat.

.
.
.


"Unspoken Words"Wendy to Irene

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Unspoken Words"
Wendy to Irene

-An Epilogue-


.
.
.

Tahun ke tiga, sudut ruangan sudah dibersihkan. Meski ia bisa membereskannya sendiri, tentu Joy tidak mau jika ia tidak memiliki kontribusi dalam hari penting ini.

"Pesawat kita, jam berapa?"

"Dua jam setengah lagi- kau sudah menanyakan itu empat kali, sayang, sebegitu rindunya dengan negara itu?" ucapnya dengan tawa ringan.

"Tidak juga,"

Menyadari sesuatu, Joy mengulurkan tangannya hingga sudut meja sebelah tempat tidur.

"Astaga, ini tertinggal- tidak butuh ijazahmu ya? Ceroboh sekali, semua selalu terlupa,"







Katanya,

Tuhan memberikan apa yang kita perlukan, terkadang bukan yang kita inginkan. Namun juga banyak hal yang diberikan sebagai ganti, akan kebahagiaan.

Dan dalam ceritaku, Tuhan mengirimkan dia untukku. Meski sepanjang perjalanan akan jatuh, terluka, tapi seiring waktu, dan langkah yang tidak berhenti, aku bisa memahami.

Bahwa, banyak lagu indah yang begitu saja tidak selesai. Ternyata hanya untuk membawa kita ke melodi lainnya, yang lebih indah.

Kita hanya harus percaya.





"Mau kubuatkan makan dulu?"

"Boleh, aku akan lanjut membereskan barang dulu, ya,"

"Baiklah, tapi awas saja, jangan coba-coba mengeluarkan foto-fotomu dengan dia dari kardus itu -lalu memandanginya lagi, seperti tadi,"

"-Sudah berapa lama kau memandangiku?"

"Yah, kau tau- aku masak dulu ya,"

.
.
.



_____∆∆∆_____

"Ketika menulis tiap chapter, saya sambil dengerin lagu yang jadi tema di chapter itu, berulang-ulang. Semoga aja perasaan yang saya coba sampaikan ke pembaca, bisa terasa ehehe~

WenRene is tragic, sometimes, and I love it. Itu sebabnya aku milih nulis WenRene ketimbang SeulRene. Tapi gatau deh kalau nanti bakal mau nulis.


Dan,
Terimakasih sudah mau meluangkan waktu untuk membaca cerita ini. Sampe ketemu dicerita saya yang lainnya yaaaaw~~


Regards:
Diatra, /Coffeeganger


_____∆∆∆_____

Published:
July
©2018

Finished:
October
©2018

THANKS FOR READ, AND VOTE
AND COMMENT.

I love you all~
🏳️‍🌈

I love you all~🏳️‍🌈

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Unspoken Words | WenRene ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang