01. Suprise

887 126 31
                                    

Annie sedang membersihkan lensa kameranya saat ponselnya berdering. Perempuan berambut pirang itu melirik sekilas ke arah layar ponselnya. Nomor tidak di kenal tertera di layarnya yang masih berkelap-kelip. Ia melirik ke arah jam dinding yang menunjukkan hampir tengah malam. Annie mendengus, tidakkah si penelepon tahu pukul berapa sekarang?

Annie memilih mengabaikan ponselnya itu dan kembali fokus pada lensa kameranya. Ymir yang baru saja selesai mandi melirik ponsel Annie dan erempuan berwajah datar itu bergantian. Tampak bahwa Annie tidak bergeming dari kameranya, Ymir angkat suara. "Tidak kau angkat?"

"Buat apa?"

"Mana tahu itu ibumu."

Annie menaikkan alisnya, "Ibuku itu keras kepala." ujarnya mengangkat lensa kamera untuk sekedar melihat debu. "Dia itu bergengsi tinggi." 

Ymir memiringkan kepalanya saat merasa air masuk ke dalam telinganya. Rambutnya yang di gerai dan masih basah itu menjadi perhatian Annie. "Kau membuat lantai apartemenmu basah." ucap Annie saat melihat banyaknya tetesan air yang di sekitar Ymir.

Ymir tersenyum miring. "Tenang saja. Akan bersih dengan sendirinya."

Annie menatap Ymir yang tertawa sambil berlalu ke arah kamarnya. "Apa dia sedang menyuruhku membersihkannya?" gumam Annie.

Annie mendengar suara-suara langkah kaki. Lalu melirik sekilas dari ujung matanya. Krista datang dari arah dapur, tergopoh-gopoh ke ruang tengah. Ia kembali mengabaikan perempuan manis itu dan kembali meneruskan kegiatannya. Namun, ia berhenti sejenak saat mendengar dengusan kasar.

Annie mendapati Krista mendecak pinggang. "Ymir selalu kebiasaan!" ujarnya saat mendapati banyak tetesan air di atas lantai. Ia mendumel sambil mengambil kain lap di atas meja makan dengan cepat, ia mengelap tetesan-tetesan yang di hasilkan dari rambut Ymir sebelumnya dengan telaten.

Ah, Annie mengerti sekarang. Krista yang akan membersihkannya. Perempuan tomboy satu itu memang tidak bisa mengurus dirinya, ya?

Annie menggeleng. Itu bukan urusannya. Dia akan membuka tas lensa kameranya yang lain kalau suara lembut Krista tidak mengalun. "Ponselmu berdering Annie, kau tidak mau mengangkatnya?"

"Aku tidak kenal dengan nomor itu."

Krista terlihat berpikir, "Bagaimana kalau itu nomor komandanmu?"

Annie terdiam sebentar. Kemudian menggeleng. "Tidak. Komandanku itu orang yang konsisten. Dia tidak mengganti nomornya sejak duapuluh tahun yang lalu." Jawabnya asal. "Sudah abaikan saja."

Krista ingin mengabaikan, tapi ponsel itu tidak berhenti berdering. Dan yang harus Annie ingat, Krista berbeda dengan Ymir. Perempuan manis berambut panjang itu mengambil ponsel Annie dan menyodorkannya tepat di depan muka Annie.

Annie menyerngit—meminta penjelasan dengan tindakan tak sopan Krista. "Iya—aku tahu ini tidak sopan, tapi angkat saja!" ujarnya dengan nada tegas. Annie mengejapkan matanya, Krista masih tetap di tempatnya dengan tangan menyodorkan ponsel Annie. "Angkat!" ujarnya lagi dengan nada lebih keras. Annie lalu menghela napasnya. Dengan terpaksa ia mengambil ponselnya dan menggeser layarnya.

"Halo?" ujar Annie dengan nada malas. Ia menatap Krista yang tersenyum dan membalikkan tubuhnya—kembali mengelap tetesan air yang tersisa.

"Aku tahu kau sibuk. Tapi bisakah kau sopan sedikit? Kau pikir hanya kau yang memiliki kegiatan?" ujar sesorang di ujung telepon dengan nada kesal.

Annie mengernyitkan alisnya. Krista yang tidak jauh dari Annie menoleh, sepertinya ia juga mendengar ucapan laki-laki itu. Annie berdehem pelan. "Maaf. Tapi, ini dengan siapa?"

Hello PreciousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang